KABARBURSA.COM – Harga emas dunia menguat pada perdagangan Senin, 19 Mei 2025, ditopang oleh melemahnya dolar AS dan meningkatnya permintaan terhadap aset aman (safe haven) setelah lembaga pemeringkat Moody’s menurunkan peringkat kredit Amerika Serikat.
Seperti dikutip dari Reuters, harga emas spot naik 0,9 persen ke level USD3.229,51 per ons, sementara kontrak berjangka emas AS ditutup menguat 1,5 persen di posisi USD3.233,5 per ons.
Kenaikan ini terjadi menyusul keputusan Moody’s pada Jumat sebelumnya yang menurunkan peringkat kredit AS dari “Aaa” menjadi “Aa1”, dengan alasan beban utang dan pembayaran bunga yang dinilai jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara berperingkat serupa.
“Secara keseluruhan, dalam beberapa bulan ke depan, saya menilai emas tetap menjadi taruhan aman yang menarik pasca penurunan rating AS ini. Pasar emas saat ini masih layak untuk dibeli dan disimpan,” ujar Bob Haberkorn, Senior Market Strategist di RJO Futures, seperti dikutip dari Reuters.
Indeks dolar AS (DXY) menyentuh titik terendah sejak 8 Mei, sementara indeks saham utama di Wall Street mengalami pelemahan. Dolar yang lebih lemah membuat harga emas menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga mendorong permintaan.
Pasar keuangan juga sempat terguncang oleh pernyataan Menteri Keuangan AS Scott Bessent pada Minggu, yang menegaskan bahwa Presiden Donald Trump akan memberlakukan tarif sesuai ancamannya pada 2 April jika mitra dagang tidak menunjukkan sikap berunding yang dianggap “beritikad baik”.
Emas yang secara tradisional menjadi aset lindung nilai di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi telah mencetak beberapa rekor tertinggi sepanjang tahun ini. Secara kumulatif, harga emas telah naik 23,1 persen sepanjang 2025.
Goldman Sachs mempertahankan proyeksi harga emasnya sebesar USD3.700 per ons troy pada akhir tahun ini, dan USD4.000 per ons pada pertengahan 2026. Proyeksi ini antara lain didasarkan pada tren diversifikasi aset oleh sektor swasta ke instrumen emas yang masih tergolong rendah namun stabil.
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa upaya untuk mengakhiri perang di Ukraina kini berada di jalur yang tepat. Dalam sambungan telepon dengan Presiden Trump pada Senin, Putin menyatakan kesiapan Moskow untuk bekerja sama dengan Ukraina dalam menyusun nota kesepahaman damai di masa depan.
Untuk logam mulia lainnya, harga perak spot naik 0,3 persen menjadi USD32,36 per ons, dan palladium menguat 1,1 persen ke level USD998,26. Harga platinum juga naik 1,4 persen menjadi USD974,50 per ons.
Kenaikan platinum didorong oleh permintaan perhiasan di China yang mulai pulih setelah penurunan selama satu dekade. Hal ini turut mendorong defisit pasokan platinum global yang lebih dalam dari perkiraan, menurut laporan World Platinum Investment Council.
Wall Street Nyaris Stagnan Gara-gara Rating Moody's
Di saat yang sama, bursa saham AS ditutup nyaris stagnan pada perdagangan Senin, 19 Mei 2025 waktu setempat. Sentimen pasar tertekan oleh keputusan lembaga pemeringkat Moody’s yang menurunkan peringkat kredit pemerintah federal AS, menyusul profil utang negara yang kian membengkak.
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 137,33 poin atau 0,32 persen ke level 42.792,07. Sementara itu, S&P 500 menguat 5,22 poin atau 0,09 persen menjadi 5.963,60, dan Nasdaq Composite bertambah tipis 4,36 poin atau 0,02 persen ke 19.215,46.
Setelah penutupan pasar pada Jumat, 16 Mei 2025 lalu, Moody’s menurunkan peringkat kredit utang jangka panjang AS dari “Aaa” ke “Aa1”. Alasan utama penurunan ini adalah beban utang pemerintah yang kini mencapai USD36 triliun, ditambah kewajiban pembayaran bunga yang terus meningkat.
“Pasar memang diperkirakan akan bereaksi karena pengumuman dari Moody’s dilakukan setelah jam perdagangan berakhir,” ujar Talley Leger, Kepala Strategi Pasar di The Wealth Consulting Group.
“Namun menurut saya, aksi jual terhadap aset Amerika saat ini sudah terlalu berlebihan," imbuhnya.
Meski sempat melemah di awal sesi, pasar saham berhasil bangkit dan ditutup mendekati level sebelumnya. Indeks S&P 500 bahkan mencatat kenaikan beruntun selama enam sesi perdagangan.
Dari 11 sektor dalam indeks S&P, tujuh di antaranya ditutup menguat, dipimpin oleh sektor kesehatan, barang konsumsi primer, industri, material, dan utilitas. Sebaliknya, sektor energi dan barang konsumsi non-primer menjadi yang paling merugi hari ini.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turut naik karena kekhawatiran bahwa RUU pemangkasan pajak yang diusulkan akan semakin memperbesar beban utang negara. Yield surat utang acuan ini naik 1 basis poin menjadi 4,449 persen.
RUU pemotongan pajak besar-besaran yang diusung Presiden Donald Trump mendapatkan persetujuan awal dari salah satu komite penting Kongres pada Minggu.
Dari sisi korporasi, saham TXNM Energy melonjak 7 persen setelah diumumkan akan diakuisisi oleh unit infrastruktur milik Blackstone dalam kesepakatan senilai USD11,5 miliar.
Sementara itu, saham Novavax melesat 15 persen usai mendapatkan persetujuan regulasi di AS untuk vaksin COVID-19 miliknya, yang telah lama dinantikan. Regeneron Pharmaceuticals turut naik 0,4 persen setelah mengumumkan rencana mengakuisisi perusahaan genomik 23andMe Holdings senilai USD256 juta melalui lelang kebangkrutan.
Di Bursa Efek New York (NYSE), jumlah saham yang turun jumlahnya setara dengan yang naik, yakni rasio 1 banding 1. Tercatat 216 saham menyentuh level tertinggi baru, sementara 50 saham menyentuh titik terendah.
Di S&P 500, ada 26 saham yang mencetak level tertinggi 52 minggu tanpa ada yang mencatatkan posisi terendah baru. Sedangkan Nasdaq mencatatkan 57 saham menyentuh level tertinggi baru dan 57 lainnya menyentuh titik terendah baru.
Volume transaksi di seluruh bursa saham AS mencapai 19,41 miliar saham, melampaui rata-rata 20 hari perdagangan terakhir yang berada di kisaran 17,34 miliar saham per hari. (*)