Logo
>

Nilai Ekspor Ikan Turun 16 Persen, Staf Ahli Ungkap Alasan

Ditulis oleh Yunila Wati
Nilai Ekspor Ikan Turun 16 Persen, Staf Ahli Ungkap Alasan

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Nilai ekspor ikan Indonesia tercatat menurun sebesar 16 persen. Staf Ahli Menteri Bidang Ekologi dan Sumber Daya Laut KKP Hendra Yusran Siri mengungkap, ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya penurunan tersebut. Salah satunya terkait hambatan non tarif yang diterapkan AS terhadap ekspor udang beku Indonesia.

    Diungkap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), nilai ekspor produk perikanan pada semester I-2024 naik sebesar 1,0 persen yoy, mencapai USD2,71 miliar atau setara dengan Rp44,24 triliun. Peningkatan tersebut jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

    Menurut Hendra, Amerika masih menjadi negara utama tujuan ekspor dengan nilai mencapai USD889,39 juta. Akan tetapi, nikai tersebut turun sebesar 7,5 persen dibanding periode yang sama di tahun lalu. Penurunan tersebut disebabkan oleh hambatan non tarif yang diterapkan AS terhadap produk udang beku Indonesia.

    Pada semester I-2024, China menjadi tujuan ekspor terbesar kedua dengan nilai mencapai USD556,04 juta, diikuti oleh ASEAN dengan USD353,93 juta, Jepang dengan USD285,47 juta, dan Uni Eropa dengan USD193,35 juta. Meskipun ekspor ke China, ASEAN, dan Uni Eropa mengalami peningkatan, terdapat penurunan nilai ekspor ke Jepang sebesar 16 persen secara tahunan (YoY).

    Peningkatan Ekspor ke China, ASEAN, dan Uni Eropa

    Nilai ekspor produk perikanan Indonesia ke China, ASEAN, dan Uni Eropa mengalami pertumbuhan positif pada periode Januari-Juni 2024, masing-masing meningkat sebesar 9 persen, 16,5 persen, dan 18,9 persen. Peningkatan ini menunjukkan adanya permintaan yang lebih tinggi di pasar-pasar utama tersebut.

    Komoditas Ekspor Utama

    Udang masih menjadi komoditas utama ekspor produk perikanan Indonesia dengan nilai mencapai US$755,79 juta pada semester I-2024. Komoditas lainnya yang signifikan adalah:

    • Tuna-Cakalang-Tongkol: USD456,64 juta
    • Cumi-Sotong-Gurita: USD396,94 juta
    • Rajungan-Kepiting: USD275,15 juta
    • Rumput Laut: USD162,38 juta

    Namun, nilai ekspor komoditas rumput laut mengalami penurunan terdalam sebesar 33,9 persen YoY dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan juga terjadi pada komoditas udang, yang turun sebesar 13,6 persen YoY.

    Sebaliknya, nilai ekspor Tuna-Cakalang-Tongkol, Cumi-Sotong-Gurita, dan Rajungan-Kepiting mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu, dengan peningkatan terbesar terjadi pada komoditas Cumi-Sotong-Gurita yang naik 34,2 persen YoY, diikuti oleh Rajungan-Kepiting sebesar 22 persen YoY, dan Tuna-Cakalang-Tongkol sebesar 4,8 persen YoY.

    Strategi Pemerintah

    Untuk menggenjot nilai ekspor produk perikanan Indonesia, pemerintah berencana melakukan pendekatan utama dengan sejumlah negara, terutama Uni Eropa dan AS, melalui diplomasi bilateral dan diplomasi ekonomi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan impor bea masuk yang lebih kecil, yang diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk perikanan Indonesia di pasar global.

    Dengan langkah-langkah ini, diharapkan sektor perikanan Indonesia dapat terus berkembang dan meningkatkan kontribusinya terhadap ekonomi negara.

    Sementara itu, pada Juni lalu KabarBursa memberitakan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tengah mengambil langkah antisipatif terhadap dampak dari kasus antidumping udang beku Indonesia di Amerika Serikat (AS). Upaya ini dilakukan dengan memperluas pasar ekspor udang ke beberapa negara potensial, termasuk China, Jepang, Australia, dan Korea Selatan (Korsel).Berdasarkan data dari ITC Export Potential, jenis udang mentah beku Indonesia (HS 030617) masih memiliki peluang di pasar China dan Jepang, sementara udang matang beku (HS 160521) berpotensi untuk pasar Jepang, Australia, dan Korsel. Potensi pasar keempat negara ini mencapai nilai USD800 juta atau sekitar 121 ribu ton udang beku.

    Budi Sulistiyo, Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP, menjelaskan bahwa penerapan tarif antidumping dan countervailing duties (CVD) telah membuat udang beku Indonesia kehilangan daya saing di pasar AS. Oleh karena itu, diversifikasi pasar ekspor menjadi strategi krusial, dengan peningkatan efisiensi budi daya, pengolahan, dan logistik untuk memastikan harga yang kompetitif.

    KKP terus berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan, Kemenkomarves, dan stakeholders udang dari hulu ke hilir untuk memastikan kelancaran ekspor ke AS. Upaya ini termasuk pengiriman surat kepada Kedubes RI di Washington DC guna mendapatkan dukungan komunikasi dengan otoritas AS dalam proses hearing untuk membela hasil preliminary determination margin dumping udang beku Indonesia.

    “Dalam lima tahun ke depan (2029-2030), Indonesia bertekad kuat di sektor budi daya perikanan dengan menguasai rantai pasok global komoditas seperti udang, lobster, kepiting, rumput laut, dan tilapia,” ujar Menteri KP Sakti Wahyu Trenggono.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79