Logo
>

Nilai Ekspornya Rp450 Triliun, Kemenperin Genjot Hilirisasi Sawit

Ditulis oleh KabarBursa.com
Nilai Ekspornya Rp450 Triliun, Kemenperin Genjot Hilirisasi Sawit

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pemerintah Indonesia terus mendorong program hilirisasi industri, khususnya dalam sektor agro bisnis seperti kelapa sawit, yang memiliki nilai ekspor mencapai ratusan triliun rupiah.

    Menurut Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika, kelapa sawit merupakan salah satu komoditas agro yang berhasil dalam menerapkan program hilirisasi industri.

    "Dalam sepuluh tahun terakhir, perkembangan produk hilir kelapa sawit menunjukkan peningkatan yang signifikan," kata Putu Juli dalam siaran peranya dikutip, Senin, 7 Oktober 2024.

    Sebelum penerapan hilirisasi, kelapa sawit hanya menghasilkan 45 jenis produk. Namun kini, jumlah produk hilirnya telah melampaui 200 jenis, mencakup produk turunan pangan (oleofood), non pangan (oleochemical), bahan bakar terbarukan (biofuel), hingga biomaterial ramah lingkungan.

    Putu menjelaskan bahwa kelapa sawit telah menjadi model sukses hilirisasi industri, menciptakan produk yang berkelanjutan dan berdaya saing. Capaian pertumbuhan ekonomi dari sektor hulu-hilir kelapa sawit juga menunjukkan keberhasilan tersebut.

    Pada tahun 2023, nilai ekspor kelapa sawit dan produk turunannya mencapai Rp450 triliun, yang berkontribusi 11,6 persen terhadap total ekspor nonmigas.

    Secara keseluruhan, sektor ini memiliki nilai bisnis mencapai Rp800 triliun dan menyerap tenaga kerja hingga 16,2 juta orang, termasuk pelaku usaha perkebunan kecil.

    Melihat potensi besar ini, Putu menyatakan bahwa Kemenperin akan terus mendukung pengembangan inovasi teknologi dalam industri pengolahan kelapa sawit, mulai dari sektor hulu hingga hilir.

    "Upaya ini mencakup penyusunan kebijakan yang mendukung inovasi dan kolaborasi antara berbagai pihak untuk mendorong komersialisasi inovasi baru," jelas Putu.

    Dia pun menyoroti pentingnya pembentukan konsorsium multi pihak dalam riset untuk menciptakan produk unggulan. Salah satu contoh sukses yang dihasilkan dari konsorsium ini adalah teknologi edible-coating berbasis minyak sawit, yang bertujuan untuk memperpanjang masa simpan buah tropis.

    Riset ini kini sedang dalam proses sertifikasi food grade untuk komersialisasi.

    Untuk mendorong penggunaan teknologi modern dan aktivitas riset, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah melaksanakan berbagai langkah strategis. Ini termasuk restrukturisasi mesin dan peralatan produksi serta pembangunan Indonesia Manufacturing Center (IMC), yang bertujuan untuk mendukung kolaborasi riset.

    Putu menegaskan bahwa IMC terbuka untuk digunakan oleh pihak-pihak yang ingin mengkomersialkan hasil riset. Ia juga mendorong perusahaan industri pengolahan sawit untuk membangun pusat riset di Indonesia, sehingga dapat lebih memajukan inovasi dalam sektor ini.

    Harga Minyak Sawit Diproyeksikan Naik 23 Persen

    Harga  minyak kelapa sawit yang dimurnikan, diputihkan, dan dihilangkan baunya (RBD palm olein) diprediksi akan mengalami kenaikan signifikan pada paruh pertama 2025.

    Berdasarkan proyeksi terbaru dari Thomas Mielke, seorang analis independen dari OIL WORLD (ISTA Mielke GmbH), harga RBD palm olein di Malaysia diperkirakan akan mencapai USD1.100 per metrik ton free-on-board (FOB). Angka ini mencerminkan peningkatan sebesar 23 persen dibandingkan dengan harga rata-rata tahun sebelumnya.

    Salah satu faktor utama yang mendorong kenaikan harga minyak sawit adalah meningkatnya permintaan untuk minyak sawit mentah (CPO). Mielke menyebutkan bahwa harga yang lebih tinggi untuk produk olahan minyak sawit seperti RBD palm olein akan berdampak pada peningkatan permintaan CPO. Peningkatan ini akan berkontribusi pada kenaikan harga patokan minyak sawit berjangka di Malaysia.

    Selain permintaan yang tinggi, faktor produksi juga memainkan peran penting dalam menentukan harga minyak sawit. Produksi minyak kelapa sawit di Indonesia, sebagai produsen terbesar dunia, diproyeksikan mengalami penurunan signifikan hingga 1,5 juta metrik ton pada 2024.

    Penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan dalam negeri akan biodiesel. Langkah Indonesia untuk mendorong penggunaan biodiesel berbasis minyak sawit semakin memperketat pasokan minyak sawit untuk ekspor, yang pada akhirnya mendukung kenaikan harga di pasar internasional.

    Selain minyak sawit, harga minyak nabati lainnya seperti minyak kedelai dan minyak bunga matahari juga diprediksi akan mengalami peningkatan. Thomas Mielke memperkirakan harga minyak kedelai asal Argentina dapat mencapai rata-rata USD1.130 per metrik ton FOB pada periode Januari hingga Juni 2025. Angka ini menunjukkan kenaikan sebesar 27 persen dibandingkan dengan harga tahun lalu.

    Sementara itu, harga minyak bunga matahari dari kawasan Laut Hitam, yang meliputi Rusia dan Ukraina sebagai produsen utama, diperkirakan akan melonjak hingga USD1.220 per ton pada paruh pertama tahun depan. Peningkatan harga sebesar 51 persen ini terjadi seiring dengan prediksi penurunan produksi di kedua negara tersebut akibat ketidakstabilan geopolitik dan masalah cuaca yang memengaruhi produksi. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi