KABARBURSA.COM - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus memperkuat langkah penerapan keuangan berkelanjutan dalam menghadapi tantangan perubahan iklim di Indonesia, sekaligus membangun industri jasa keuangan yang lebih tangguh.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Ketua Dewan Audit OJK, Sophia Wattimena, dalam konferensi internasional Asian Confederation of Institutes of Internal Auditors (ACIIA) Regional Conference 2024, yang diadakan oleh Institute of Internal Auditors (IIA) Indonesia di Bali.
"Tantangan yang kita hadapi memang besar, namun demikian peluang yang ada juga tidak kalah besar. Melalui implementasi keuangan berkelanjutan, kita dapat membuka peluang investasi bernilai triliunan rupiah, menciptakan banyak lapangan kerja baru, dan membangun masa depan yang tangguh serta sejahtera bagi generasi mendatang," ujar Sophia. Seperti dikutip, Jakarta, Kamis 29 Agustus 2024.
Sophia juga menegaskan bahwa OJK telah menerbitkan sejumlah regulasi penting, termasuk aturan mengenai perdagangan karbon melalui bursa karbon dan penerbitan Taksonomi Hijau Indonesia (TKBI). TKBI ini bertindak sebagai standar utama untuk mengklasifikasikan kegiatan ekonomi yang mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan dan target Net Zero Emission (NZE) Indonesia.
Ke depan, OJK berencana untuk memperbarui POJK 51/2017 tentang implementasi keuangan berkelanjutan, agar selaras dengan standar internasional seperti IFRS S1 (International Financial Reporting Standards Sustainability 1) dan S2. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan transparansi sekaligus mencegah praktik greenwashing.
Konferensi ini turut dihadiri oleh President IIA Indonesia, Chair of IIA Global Board, Chair International Audit Standard Board IIA, President ACIIA, serta para internal auditor dari berbagai negara di kawasan Asia.
Total Aset Industri Jasa Keuangan
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, mencatat saat ini total aset industri jasa keuangan Indonesia tembus Rp34.000 triliun.
“Saat ini total aset ditambah kapitalisasi industri jasa keuangan secara keseluruhan telah mencapai Rp34.000 triliun,” kata Mahendra Siregar dalam peluncuran Gerakan Nasional Cerdas Keuangan (GENCARKAN), Kamis, 22 Agustus 2024.
Dia mengungkapkan jumlah tersebut memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Meskipun ada sebagiannya yang berasal dari duplikasi antara total aset dan kapitalisasi.
“Memang sebagiannya ada duplikasi antara total aset dan kapitalisasi tersebut,” terang dia.
Lebih lanjut, dia mengatakan apabila rasionya dibandingkan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) negara ASEAN lainnya, sebenarnya total aset itu masih terlihat kecil. Namun ruang peningkatan nilai tambah untuk kontribusi sektor jasa keuangan kepada perekonomian nasional masih sangat besar.
“Namun angka total aset jasa keuangan tersebut menunjukkan kontribusi yang sangat signifikan bagi sektor jasa keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional,” terang dia.
Menurutnya, penguatan dan pengembangan itu juga akan meningkatkan efisiensi sektor jasa keuangan yang pada gilirannya akan menurunkan cost of fund, biaya atau bunga dari pinjaman yang diberikan kepada masyarakat.
“Untuk itu, tidak bisa tidak, penguatan dan pengembangan industri jasa keuangan menjadi prioritas mendesak,” jelasnya.
Sementara itu, menurut Mahendra, ruang untuk pengembangan sektor jasa keuangan masih terbuka sangat luas, mengingat tingkat inklusivitas inklusi keuangan di Indonesia saat ini sebesar 75 persen dan indeks literasi keuangan sebesar 65,43 persen.
“Kami meyakini bahwa literasi dan inklusi keuangan yang kuat menjadi kunci peningkatan likuiditas pendalaman pasar dan penyaluran pembiayaan untuk memberikan daya ungkit bagi pertumbuhan ekonomi nasional,” pungkasnya.
Kestabilan Perekonomian Nasional
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyoroti peran vital pasar modal Indonesia dalam menjaga kestabilan perekonomian nasional. Ia menekankan bahwa dampak dari ketidakpastian global telah mempengaruhi pertumbuhan, stabilitas, dan pembangunan ekonomi di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Namun, Mahendra menegaskan bahwa pasar modal Indonesia telah berhasil menunjukkan kapasitas adaptasi yang kuat, menjadi motor utama dalam mempertahankan stabilitas ekonomi nasional.
“Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi kita tidak terlepas dari kontribusi pasar modal Indonesia yang terus menunjukkan kemampuannya untuk beradaptasi, serta menjadi motor penting dalam menjaga perekonomian nasional dari berbagai tekanan internasional,” ujar Mahendra di Jakarta, Senin, 12 Agustus 2024.
Lebih lanjut, Mahendra menjelaskan bahwa nilai kapitalisasi pasar saham Indonesia per kuartal II/2024 telah menembus Rp12.467 triliun, mencerminkan resiliensi dan perkembangan yang solid. Ia juga menekankan peningkatan signifikan dalam jumlah investor pasar modal yang per Agustus 2024 telah melampaui angka 13,4 juta, meningkat lebih dari 10 persen dibandingkan akhir 2023.
Selain itu, Mahendra menyoroti aktivitas penghimpunan dana dari pasar modal yang telah mencapai lebih dari Rp130 triliun dengan 28 emiten baru pada tahun 2024. Masih terdapat lebih dari 100 perusahaan dalam pipeline penawaran umum dengan nilai indikatif lebih dari Rp33 triliun, menunjukkan bahwa pasar modal tetap menjadi andalan bagi korporasi Indonesia dalam upaya penghimpunan dana.(*)