Logo
>

OJK Ungkap Kondisi Sektor Jasa Keuangan Saat ini

Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi global masih cenderung stagnan

Ditulis oleh Cicilia Ocha
OJK Ungkap Kondisi Sektor Jasa Keuangan Saat ini
Mesin penghitung uang di salah satu cabang Haji La Tunrung Money Changer Juanda, Jakarta Pusat. (Foto: Kabarbursa/Abbas Sandji)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan stabilitas sektor jasa keuangan tetap terjaga meskipun terdapat dinamika dalam perekonomian global dan domestik. 

    Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi global masih cenderung stagnan, meskipun inflasi di beberapa negara maju mulai menunjukkan tren penurunan. Namun, volatilitas pasar tetap tinggi akibat ketidakpastian kebijakan ekonomi dan dinamika geopolitik. 

    “Di Amerika Serikat, pertumbuhan ekonomi solid, didorong oleh konsumsi domestik. Inflasi berada di 3 persen pada Januari 2025 dan Core CPI atau Indeks Harga Konsumen naik ke 3,3 persen, yang menunjukkan bahwa tekanan harga di luar sektor energi dan pangan masih cukup tinggi,” ujarnya dalam Konferensi Pers Asesmen Sektor Jasa Keuangan dan Kebijakan OJK Hasil Rapat Dewan Komisioner Bulan Februari 2025, dikutip Jumat, 8 Maret 2025.

    Ia menambahkan bahwa pasar tenaga kerja AS tetap kuat, dan kebijakan moneter cenderung netral. Bank Sentral AS, The Fed, diperkirakan hanya akan memangkas suku bunga acuan (Fed Fund Rate) sebanyak satu hingga dua kali sepanjang tahun ini.  Di sisi geopolitik, konflik Ukraina belum menunjukkan tanda-tanda penyelesaian meskipun telah dilakukan berbagai pertemuan internasional.

    “Bahkan, pertemuan terakhir antara Presiden AS dan Presiden Ukraina terlihat jelas tidak mencapai kesepakatan,” ungkap Mahendra. Selain itu, rencana penerapan tarif baru AS terhadap mitra dagangnya semakin pasti, yang berpotensi meningkatkan ketidakpastian dalam perdagangan global.  

    Sementara itu, ekonomi China tetap bertahan, tetapi dengan tekanan di beberapa sektor. “Di China, pertumbuhan ekonomi cenderung bertahan dengan Indeks Harga Konsumen (CPI) tercatat masih rendah sebesar 0,5 persen, dan Indeks Harga Produsen mengalami kontraksi. Padahal PMI (manufaktur) masih di zona ekspansi, angkanya turun ke 50,1 persen di bawah ekspektasi pasar,” jelasnya. 

    Bank Sentral China juga mempertahankan suku bunga acuannya, menunjukkan pendekatan hati-hati dalam kebijakan moneternya. Selain itu, regulasi baru terkait ekspor rare earth dari China berpotensi mempengaruhi industri teknologi global.  

    Adapun, Mahendra mengungkapkan bahwa di Indonesia, inflasi tetap terkendali dengan angka inflasi Januari 2025 sebesar 0,76 persen dan inflasi inti mencapai 2,26 persen, yang menunjukkan bahwa permintaan domestik masih cukup baik. Namun, beberapa indikator  ekonomi perlu mendapati perhatian, seperti penurunan penjualan kendaraan bermotor, penurunan penjualan semen, serta perlambatan pertumbuhan harga dan volume penjualan rumah.

    Di sisi produksi, PMI manufaktur Indonesia meningkat dari 51,2 persen pada Desember 2024 menjadi 51,9 persen pada Januari 2025, menandakan ekspansi di sektor industri. Sementara itu, kinerja ekspor tetap kuat meskipun ekonomi global mengalami perlambatan. 

    “Kinerja eksternal tetap solid di tengah perlambatan ekonomi global yang terlihat pada surplus neraca perdagangan yang terus berlangsung. Pada Januari 2025, surplus perdagangan mencapai 3,45 miliar dolar AS, atau tumbuh 71 persen year on year,” kata Mahendra.

    Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV 2024

    Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV 2024 menunjukkan peningkatan di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,02 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,95 persen (yoy).

    Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso, menyampaikan bahwa dengan capaian ini, ekonomi Indonesia secara keseluruhan tahun 2024 tumbuh sebesar 5,03 persen (yoy).

    “Ke depan, pertumbuhan ekonomi pada 2025 diprakirakan berada dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen (yoy), didukung oleh permintaan domestik,” ujar Ramdan dalam siaran persnya pada Kamis, 6 Februari 2025.

    Ramdan menambahkan, berbagai upaya perlu terus ditempuh untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, baik dari sisi permintaan maupun penawaran. Bank Indonesia berkomitmen memperkuat bauran kebijakan untuk mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi serta bersinergi erat dengan kebijakan stimulus fiskal Pemerintah.

    Peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2024 didukung oleh aktivitas ekonomi domestik yang tetap terjaga. Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,98 persen (yoy), seiring dengan peningkatan aktivitas ekonomi dan mobilitas masyarakat selama periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru. Sementara itu, investasi tetap menunjukkan kekuatan dengan pertumbuhan 5,03 persen (yoy), didukung oleh peningkatan realisasi penanaman modal.

    Konsumsi pemerintah juga mencatat pertumbuhan sebesar 4,17 persen (yoy), dipicu oleh penyelesaian belanja akhir tahun. Konsumsi Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) mengalami lonjakan pertumbuhan sebesar 6,06 persen (yoy), sejalan dengan peningkatan aktivitas pada periode Pilkada 2024.

    Di sisi eksternal, ekspor tumbuh sebesar 7,63 persen (yoy), ditopang oleh permintaan mitra dagang utama yang tetap kuat, kenaikan harga beberapa komoditas utama ekspor, serta peningkatan ekspor jasa akibat bertambahnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara.

    Dari sisi Lapangan Usaha (LU), seluruh sektor menunjukkan kinerja positif pada triwulan IV 2024. LU Industri Pengolahan dan LU Perdagangan, sebagai kontributor utama pertumbuhan, mengalami peningkatan seiring dengan terjaganya permintaan domestik. LU Akomodasi dan Makan Minum serta LU Transportasi dan Pergudangan juga mencatat pertumbuhan yang solid, seiring dengan tingginya mobilitas masyarakat selama periode HBKN Nataru.

    Secara spasial, pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2024 mengalami peningkatan di sebagian besar wilayah Indonesia dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, kecuali di wilayah Bali-Nusa Tenggara (Balinusra). Pertumbuhan tertinggi tercatat di wilayah Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua), diikuti oleh Kalimantan, Jawa, Sumatera, dan Balinusra.

    BI menyebut Indonesia menunjukkan ketahanan ekonomi yang kuat di tengah dinamika global yang penuh tantangan, ketahanan ini menurutnya memberikan optimisme terhadap prospek pertumbuhan ekonomi pada tahun-tahun mendatang. (

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Cicilia Ocha

    Seorang jurnalis muda yang bergabung dengan Kabar Bursa pada Desember 2024. Menyukai isu Makro Keuangan, Ekonomi Global, dan Energi. 

    Pernah menjadi bagian dalam desk Nasional - Politik, Hukum Kriminal, dan Ekonomi. Saat ini aktif menulis untuk isu Makro ekonomi dan Ekonomi Hijau di Kabar Bursa.