KABARBURSA.COM - PT Pegadaian membukukan lonjakan pendapatan usaha yang signifikan hingga akhir 2024, mencapai Rp38,61 triliun. Capaian ini melesat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp24,43 triliun.
Dalam laporan keuangan yang dirilis pada, perseroan mengungkapkan adanya peningkatan beban usaha menjadi Rp30,95 triliun dari sebelumnya Rp18,74 triliun. Kendati demikian, laba usaha tetap tumbuh positif, naik menjadi Rp7,65 triliun dari Rp5,68 triliun. Seperti dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin 3 Februari 2025.
Kinerja keuangan yang solid juga tercermin dari laba sebelum pajak penghasilan yang meningkat menjadi Rp7,70 triliun, dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp5,70 triliun. Sementara itu, laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk mengalami pertumbuhan menjadi Rp5,85 triliun dari Rp4,37 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Dari sisi struktur keuangan, jumlah liabilitas perseroan tercatat sebesar Rp66,64 triliun per 31 Desember 2024, naik dibandingkan Rp49,94 triliun pada tahun sebelumnya. Sementara itu, total aset juga mengalami ekspansi, meningkat menjadi Rp102,61 triliun dari sebelumnya Rp82,58 triliun per akhir 2023.
Kegiatan Usaha Bullion Bank
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara resmi telah memberikan izin kepada PT Pegadaian untuk melaksanakan kegiatan usaha Bullion bank atau bank emas. Adapun, izin tersebut tercantum dalam surat Persetujuan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Bullion PT Pegadaian dengan nomor S-325/PL.02/2024.
Dengan adanya surat tersebut, Pegadaian diperbolehkan untuk melaksanakan berbagai kegiatan usaha Bullion seperti Deposito Emas, Pinjaman Modal Kerja Emas, Jasa Titipan Emas Korporasi serta Perdagangan Emas.
Direktur Utama PT Pegadaian Damar Lastri Setiawan, mengatakan izin ini telah dinantikan selama dua tahun terakhir. Menurut dia, pencapaian ini menjadikan Pegadaian sebagai perusahaan pertama di Indonesia yang memperoleh izin menjalankan usaha Bullion bank.
“Selama 123 tahun, Pegadaian hadir di tengah masyarakat, dengan berbagai improvement dan penyediaan beragam produk gadai maupun non gadai. Gadai sebagai core bisnis, 90 persen masih di dominasi oleh gadai emas,” kata Damar melalui keterangan resminya yang dikutip melalui website resmi Pegadaian di Jakarta, Sabtu, 4 Januari 2024.
Damar menyampaikan, hingga November 2024, Pegadaian mencatatkan omset sekitar Rp230 triliun, dengan total barang jaminan berupa emas mencapai 92 ton, serta saldo Tabungan Emas yang mencapai 10,3 ton. Ia menambahkan, pencapaian ini turut didukung oleh anak perusahaan Pegadaian, yaitu Galeri 24.
“Dengan izin Allah, kami optimis untuk terus menjalankan usaha di bidang Bullion,” ucap dia.
Adapun langkah yang diambil oleh Pegadaian ini merupakan jawaban atas dorongan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir beberapa waktu lalu, terkait pembentukan bank emas. Dia berharap, perusahaan-perusahaan BUMN dapat segera bersinergi agar Indonesia memiliki Bullion bank, dengan Pegadaian sebagai salah satu pihak yang mempelopori inisiatif tersebut.
“Kalau sudah ada Bullion bank, artinya masyarakat sudah mulai mengenal tabungan emas. Kebetulan, kita ada Pegadaian dan bank syariah. Kita coba dorong masyarakat juga mulai menabung emas,” ujar Erick.
Harga Emas Dunia Masih Tertekan
Harga emas dunia melemah dari posisi tertingginya dalam tiga minggu terakhir pada Jumat, 3 Desember 2024 atau Sabtu dini hari WIB karena tertekan oleh penguatan dolar AS. Pasar bersiap menghadapi potensi perubahan ekonomi dan perdagangan di bawah presiden terpilih Donald Trump.
Dilansir dari Consumer News and Business Channel International di Jakarta, Sabtu, harga emas spot turun 0,7 persen menjadi USD2.637,78 per ons (sekitar Rp42 juta per ons dengan kurs Rp16.000). Padahal, sebelumnya harga sempat mencapai level tertinggi sejak 13 Desember.
Meski demikian, logam mulia ini tetap mencatat kenaikan sekitar 1 persen dalam sepekan terakhir. Sementara itu, kontrak emas berjangka AS turun 0,7 persen ke level USD2.651,10 per ons (sekitar Rp42,41 juta per ons).
Menurut ahli strategi komoditas di WisdomTree, Nitesh Shah, agenda Trump yang mendukung kenaikan tarif impor mendorong penguatan dolar, sekaligus memberikan tekanan besar pada pasar logam. “Ketika perdagangan global melambat, biasanya ekonomi ikut melemah, yang kemudian menekan permintaan logam,” katanya.
Sebagai aset yang bersinar di tengah suku bunga rendah, emas saat ini mendapat dorongan dari permintaan musiman. “Januari secara konsisten mencatat kenaikan harga terbaik selama 20 tahun terakhir, karena investor dan pengelola aset biasanya membuka posisi baru, ditambah pembelian perhiasan untuk musim perayaan,” kata analis independen, Ross Norman,
Tidak hanya emas, logam mulia lainnya juga mencatat kenaikan. Harga perak spot naik tipis 0,2 persen ke USD29,619 per ons (sekitar Rp474 ribu), platinum menguat 1,7 persen menjadi USD938,25 (sekitar Rp15 juta), dan palladium bertambah 1,3 persen ke USD923 per ons (sekitar Rp14,76 juta).(*)