KABARBURSA.COM - Kemacetan kapal kontainer di Singapura, salah satu pelabuhan paling sibuk di Asia, kini merambat ke negara tetangga, Malaysia. Fenomena ini menghambat rantai pasokan dan memicu penundaan dalam pengiriman barang konsumen.
Sekitar 20 kapal kontainer kini berlabuh di lepas pantai Port Klang, terletak di pantai barat Malaysia dekat Kuala Lumpur. Klang dan Singapura sama-sama berada di Selat Malaka, jalur air strategis yang menghubungkan Eropa dan Timur Tengah dengan Asia Timur.
Kemacetan ini dipicu oleh kapal-kapal yang menghindari Terusan Suez dan Laut Merah akibat serangan Houthi, yang mendukung Hamas dalam konflik dengan Israel. Banyak kapal tujuan Asia memilih rute mengelilingi ujung selatan Afrika, yang membuat mereka tak bisa mengisi bahan bakar atau menurunkan kargo di Timur Tengah.
Port Klang adalah terminal penting karena kedekatannya dengan Kuala Lumpur. Namun, antrean sebesar ini jarang terjadi, dengan gambar pelacakan kapal menunjukkan banyak kapal yang sedang membongkar muatan di tempat berlabuh.
Slot di Singapura dan Tanjong Pelepas, pelabuhan Malaysia yang terletak di seberang perbatasan Singapura, juga tampak penuh. Namun jumlah kapal yang menunggu di terminal tersebut lebih sedikit.
Analis memperkirakan kemacetan di terminal pengiriman ini bisa berlangsung hingga Agustus. Tarif kapal kontainer melonjak akibat penundaan dan pengalihan rute.
Laut Merah adalah jalur utama untuk pengiriman barang antara Eropa dan Asia. Terusan Suez yang menghubungkan Laut Merah dengan Laut Mediterania memungkinkan kapal-kapal untuk mempersingkat perjalanan mereka tanpa harus mengelilingi Afrika.
Setiap tahun, sekitar 10 persen dari perdagangan maritim global melewati Laut Merah dan Terusan Suez. Ini mencakup minyak, gas alam, dan berbagai barang konsumsi.
Laut Merah adalah jalur penting bagi pengiriman minyak dari Timur Tengah ke pasar internasional. Sebagian besar ekspor minyak dari negara-negara Teluk Persia melewati Laut Merah menuju Eropa dan Amerika.
Kemacetan atau gangguan di Laut Merah dapat berdampak signifikan pada ekonomi global. Penundaan pengiriman dan perubahan rute bisa meningkatkan biaya logistik dan harga barang.
Laut Merah adalah kawasan yang rawan konflik dan ancaman keamanan seperti pembajakan dan serangan militan. Stabilitas di kawasan ini sangat penting untuk menjaga kelancaran perdagangan global.
Selain nilai ekonominya, Laut Merah juga memiliki ekosistem laut yang kaya dan beragam, yang penting untuk konservasi dan pariwisata.
Negara-negara di sekitar Laut Merah, seperti Mesir, Arab Saudi, dan Djibouti, telah berinvestasi besar dalam infrastruktur pelabuhan untuk mendukung perdagangan internasional. Pelabuhan seperti Jeddah, Aden, dan Suez adalah contoh pelabuhan utama di kawasan ini.
Dalam situasi darurat atau konflik, Laut Merah menawarkan jalur alternatif yang lebih cepat dibandingkan mengelilingi Benua Afrika. Hal ini menjadikannya rute yang strategis bagi pengiriman global.
Pada awal Januari 2024, IHSG sempat mengalami penurunan akibat sentimen negatif dari konflik Laut Merah. Pasar saham menjadi lebih fluktuatif dan tidak stabil. Emiten yang terkait dengan pelayaran, logistik, dan manufaktur yang mengimpor bahan baku, mengalami penurunan harga saham.
Konflik Laut Merah dapat mengganggu rantai pasokan global, yang berakibat pada inflasi dan kenaikan harga barang. Biaya logistik yang meningkat akibat peralihan rute pelayaran dapat membebani perusahaan dan berimbas pada kinerja keuangannya. Ketidakpastian akibat konflik Laut Merah dapat menurunkan kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia.
Emiten Kena Dampak Konflik Laut Merah
Konflik di Laut Merah pada awal tahun 2024, yang diakibatkan serangan Houthi terhadap kapal-kapal bermuatan kargo, berdampak pada berbagai sektor industri, termasuk pelayaran, logistik, dan manufaktur. Berikut beberapa emiten yang terpengaruh akibat konflik tersebut:
Emiten Pelayaran:
- PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR): Saham SMDR mengalami kenaikan signifikan selama Januari 2024, mencapai 20,69 persen, dipicu oleh peralihan rute pelayaran yang menghindari Laut Merah.
- PT Temas Tbk (TMAS): Saham TMAS juga mengalami kenaikan 9,7 persen pada periode yang sama.
- PT Humpuss Maritim Internasional Tbk (HUMI): Saham HUMI melonjak 20,4 persen dalam sebulan.
- PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL): BULL mencatat kenaikan 17,5 persen pada harga sahamnya.
Emiten Logistik:
- PT Jasa Raksa Perkasa Tbk (JARK): Emiten logistik ini mengalami kenaikan permintaan jasa trucking akibat peralihan rute darat.
- PT Aneka Logistik Tbk (ANLK): ANLK juga mencatatkan peningkatan volume pengiriman barang.
Emiten Manufaktur:
- Emiten yang produknya impor: Biaya logistik yang meningkat akibat konflik Laut Merah berdampak pada margin keuntungan emiten yang mengandalkan bahan baku impor. Contohnya, emiten tekstil, kimia, dan elektronik. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.