KABARBURSA.COM - PT Pertamina (Persero) melalui subholding-nya, Pertamina New and Renewable Energy (PNRE), tengah menjajaki potensi kolaborasi strategis dalam Forum Bisnis Indonesia-Amerika Serikat di Washington DC, Amerika Serikat (AS).
"Indonesia memiliki potensi besar dalam sumber daya energi bersih, yang mampu menarik minat investor global. Pertamina terus membangun kepercayaan internasional untuk mendukung program transisi energi guna mempercepat pencapaian Net Zero Emission (NZE) pada 2060," ujar Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, dalam keterangannya di Jakarta, Selasa 27 Agustus 2024.
Fadjar menjelaskan, forum bisnis ini diselenggarakan dalam rangka memperingati 75 tahun hubungan bilateral Indonesia-AS.
Sebagai BUMN, lanjut Fadjar, Pertamina berperan aktif dalam acara yang digelar oleh KBRI di AS pada Senin (26/8), dengan tujuan membuka peluang sekaligus mendorong Pertamina menjadi perusahaan kelas dunia.
Pertamina memanfaatkan momentum ini untuk menyampaikan kebijakan keberlanjutan perusahaan serta membuka peluang investasi dan kolaborasi dengan mitra global, terutama di sektor energi baru terbarukan.
Fadjar menambahkan, kebijakan keberlanjutan Pertamina dirancang untuk mendukung kerja sama yang kuat, baik di tingkat nasional maupun internasional.
CEO PNRE, John Anis, yang menjadi panelis dalam forum tersebut, menekankan bahwa PNRE memiliki mandat untuk mendukung target pengurangan emisi Indonesia, sekaligus merancang masa depan bisnis Pertamina.
John juga menyatakan, PNRE bercita-cita menjadi pemimpin dalam membangun ekosistem NZE di Indonesia.
PNRE telah mengalokasikan Capex besar untuk pengembangan energi baru terbarukan. Hingga 2029, Capex PNRE diproyeksikan mencapai USD 6,2 miliar, ungkap John.
Dari total Capex tersebut, sekitar 63 persen dialokasikan untuk pengembangan tenaga surya, angin, dan panas bumi.
Sisanya, sekitar 18 persen digunakan untuk pengembangan solusi rendah karbon, termasuk dekarbonisasi, 11 persen untuk biomassa dan bioetanol, serta 6 persen untuk pengembangan bisnis masa depan.
"PNRE berkomitmen memperluas bisnisnya, oleh karena itu, kami membuka peluang kolaborasi dengan mitra domestik maupun internasional, termasuk dari AS," tambah John.
Acara ini turut dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Under Secretary of Commerce for International Trade AS Marisa Lago, serta sejumlah perwakilan pemerintah dan pelaku bisnis dari kedua negara.
Sebagai pelopor dalam transisi energi, Pertamina tetap teguh mendukung target NZE 2060 dengan mengembangkan program-program yang mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).
Seluruh inisiatif ini sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.
Capex 15 BUMN Migas Asia, Pertamina Pemain Utama
Badan usaha milik negara (BUMN) di sektor minyak dan gas bumi (migas) Asia diperkirakan akan menggelontorkan anggaran belanja modal yang lebih besar tahun ini. PT Pertamina (Persero) menjadi salah satu pemain utama dalam tren ini.
Total belanja modal atau capital expenditure (capex) dari 15 perusahaan migas terkemuka di Asia, terutama Asia Timur dan Tenggara, diproyeksikan mencapai USD 136,4 miliar (sekitar Rp2.138 triliun dengan kurs saat ini) pada tahun 2024. Angka ini menunjukkan kenaikan sebesar 4,8 persen dari tahun lalu, berdasarkan estimasi BMI, lembaga riset yang merupakan bagian dari Fitch Ratings.
Di tengah geliat tersebut, Pertamina masih berada di bawah bayang-bayang BUMN migas China, PetroChina, dalam hal proyeksi belanja modal perusahaan migas pelat merah di Asia.
Menurut laporan terbaru BMI, Pertamina diperkirakan akan mengalokasikan capex sebesar USD8,5 miliar (sekitar Rp133,2 triliun dengan kurs saat ini) pada tahun 2024, meningkat 37,1 persen dibandingkan realisasi tahun lalu yang sebesar USD6,2 miliar.
Sementara itu, PetroChina diproyeksikan akan menggelontorkan capex sebesar USD39 miliar (sekitar Rp611,32 triliun dengan kurs saat ini) pada 2024, sedikit meningkat dari USD38,8 miliar pada 2023.
“PetroChina diharapkan tetap disiplin dalam pengelolaan kapitalnya, dengan fokus pada investasi di operasi inti dan usaha energi baru,” kata tim analis BMI dalam laporannya, Kamis 15 Agustus 2024
Selain Pertamina dan PetroChina, beberapa BUMN migas di Asia juga merencanakan kenaikan capex dalam waktu dekat.
Sebelumnya, SKK Migas bertekad menggapai ambisi besar: produksi minyak 1 juta barel per hari (bopd) dan gas bumi 12 miliar standar kaki kubik per hari (bscfd) pada tahun 2030. Untuk mewujudkannya, strategi eksplorasi sumur secara masif dan peningkatan investasi di sektor hulu migas menjadi kunci utama.
Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, menegaskan pentingnya ajang Supply Chain and National Capacity Summit 2024 sebagai respons terhadap dinamika industri hulu migas global dan nasional yang tengah menghadapi tantangan berat. Persaingan dalam sektor rantai pasokan kian memanas, menjadikannya fokus strategis dalam agenda nasional.
Acara ini bertujuan merumuskan rencana jangka panjang dengan memperkuat integrasi rantai pasokan untuk memperluas kapasitas nasional. Seluruh upaya tersebut selaras dengan target ambisius produksi minyak 1 juta barel per hari dan gas bumi 12 miliar meter kubik per hari. Dampak positif terhadap industri hulu migas juga diharapkan meningkat secara signifikan.
Dalam mengejar target ambisius ini, industri migas sedang bersiap dengan berbagai aktivitas besar yang tidak hanya menghadirkan peluang besar, namun juga tantangan kompleks bagi pengelolaan rantai pasokan, jelas Dwi saat Supply Chain & National Capacity Summit 2024 di JCC Senayan, Rabu, 14 Agustus 2024.
Dwi menambahkan bahwa SKK Migas berkomitmen meningkatkan investasi sektor hulu. Pada tahun 2024, target investasi dipatok sebesar USD 16,1 miliar atau sekitar Rp 242 triliun, melonjak 17 persen dari angka tahun 2023 sebesar USD 13,7 miliar atau Rp 260 triliun.
Rencana besar ini mencakup pengeboran sumur secara signifikan dengan target 932 sumur pada 2024—lonjakan luar biasa hingga 388 persen dari 200 proyek besar dalam portofolio industri gas.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.