Logo
>

Pertumbuhan Sektor Manufaktur RI Terbesar di ASEAN

Ditulis oleh KabarBursa.com
Pertumbuhan Sektor Manufaktur RI Terbesar di ASEAN

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan bahwa sektor manufaktur Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan.

    Menurut Menperin Agus, nilai pertambahan atau value added di sektor manufaktur Indonesia pada tahun 2023 mengalami kenaikan sebesar 6,4 persen, mencapai USD68 miliar dan total menjadi USD255 miliar.

    Capaian ini telah mendorong Indonesia naik peringkat dari posisi ke-14 menjadi posisi ke-12 dalam daftar negara penyumbang produk manufaktur dunia. Meski masih berada di bawah negara-negara besar seperti China, Amerika Serikat (AS), Jerman, Inggris, dan Italia, Indonesia menunjukkan performa yang jauh lebih baik dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya yang merupakan kompetitor utama. Sebagai contoh, Thailand yang berada di peringkat ke-22 secara global mencatat nilai value added sebesar USD128 miliar.

    “Kita memang masih berada di bawah negara-negara besar tersebut, namun posisi kita jauh melampaui negara-negara ASEAN lainnya. Ini merupakan pencapaian yang signifikan, terutama dalam konteks persaingan global di sektor manufaktur,” ujar Menperin Agus dalam keterangannya di Jakarta, Selasa, 23 Juli 2024.

    Menperin Agus menambahkan bahwa pencapaian ini menunjukkan bahwa struktur sektor manufaktur di Indonesia semakin tersebar secara merata, sehingga memungkinkan nilai value added untuk meningkat secara signifikan. Kunci untuk mempertahankan dan bahkan meningkatkan prestasi ini adalah dengan memperkuat daya saing industri manufaktur nasional.

    Untuk memperkuat daya saing, Menperin Agus menyarankan agar perhatian lebih diberikan pada pengembangan jasa industri yang dapat mendukung sektor manufaktur.

    Penguatan peran dan pemanfaatan potensi jasa industri menjadi salah satu strategi utama dalam meningkatkan daya saing secara keseluruhan.

    Selain itu, posisi Indonesia dalam jajaran manufaktur global diperkuat oleh peningkatan nilai output industri dari tahun ke tahun. Pada tahun 2020, nilai output industri tercatat sebesar USD210,4 miliar, meningkat menjadi USD228,32 miliar pada tahun 2021, dan mencapai USD241,87 miliar pada tahun 2022.

    Hingga September 2023, nilai output industri telah mencapai sekitar USD192,54 miliar, dengan proyeksi yang terus menunjukkan tren positif.

    Daya saing sektor industri Indonesia juga didorong oleh investasi yang terus meningkat, baik dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA). Investasi di sektor industri manufaktur meningkat signifikan dari Rp213,4 triliun pada tahun 2020 menjadi Rp307,6 triliun pada tahun 2021, dan mencapai Rp457,6 triliun pada tahun 2022. Pada periode Januari hingga September 2023, investasi di sektor manufaktur tercatat mencapai Rp413 triliun.

    Peningkatan ini mencerminkan kepercayaan investor yang terus berkembang terhadap sektor manufaktur Indonesia, serta komitmen pemerintah untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dan berkelanjutan. Dengan terus berfokus pada pengembangan sektor ini, diharapkan Indonesia dapat mempertahankan dan bahkan meningkatkan posisi globalnya dalam industri manufaktur.

    Indeks Manajer Pembelian

    S&P Global mencatat bahwa Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur Indonesia pada Juni 2024 mencapai 50,7.

    Angka ini mengalami penurunan sebesar 1,4 poin dibandingkan dengan pencapaian Mei 2024 yang mencatatkan 52,1.

    Meskipun demikian, PMI Manufaktur Indonesia masih berada dalam zona ekspansi dan menunjukkan perbaikan dalam kondisi operasional selama 34 bulan berturut-turut, meskipun tingkat produktivitasnya mencatatkan yang terlemah dalam satu tahun terakhir.

    Laporan ini menyebutkan bahwa penurunan indeks manufaktur dipengaruhi oleh ekspansi produksi dan lambatnya permintaan baru.

    Kelemahan penjualan ekspor kembali menekan pesanan, dengan bisnis ekspor baru mengalami penurunan selama empat bulan berturut-turut.

    “Eksistensi besar manufaktur Indonesia melemah pada bulan Juni, dengan pertumbuhan permintaan baru hampir stagnan karena penurunan ekspor yang telah berlangsung selama empat bulan berturut-turut,” ujar Trevor Balchin, Direktur Ekonomi S&P Global Market Intelligence, dalam pernyataan resminya pada Senin 1 Juli 2024.

    Penumpukan Pekerjaan

    Dengan produksi yang meningkat lebih cepat daripada permintaan baru pada bulan Juni, perusahaan manufaktur Indonesia dapat mengurangi pekerjaan yang masih tertunda, dengan penumpukan pekerjaan mengalami penurunan untuk pertama kalinya sejak November lalu.

    Data terbaru juga menunjukkan bahwa stok barang jadi mengalami penurunan untuk pertama kalinya sejak Januari, yang merupakan penurunan terbesar sejak Juli 2022.

    Trevor mencatat bahwa PMI Indonesia masih berada di atas tren rata-rata jangka panjang, namun proyeksi Indeks Output Masa Depan tidak berubah dari posisi Mei dan mencatatkan angka terendah dalam catatan sejarah.

    Menurutnya, hal ini mencerminkan penurunan rekrutmen pada bulan Juni, serta penurunan pertama dalam penumpukan pekerjaan dalam tujuh bulan terakhir.

    “Arah pergerakan menunjukkan penurunan tajam pada permintaan baru pada awal semester kedua tahun ini, yang merupakan kontraksi kedua sejak pertengahan 2021,” katanya.

    S&P Global adalah perusahaan penyedia informasi dan analisis keuangan global yang terkemuka. Mereka mengkhususkan diri dalam menyediakan berbagai layanan, termasuk penilaian kredit, riset pasar, layanan indeks, dan analisis data.

    S&P Global dikenal karena indeks indeks sahamnya yang terkenal seperti S&P 500, yang mencerminkan kinerja pasar saham di Amerika Serikat.

    Perusahaan ini juga memberikan penilaian kredit kepada berbagai entitas keuangan dan perusahaan di seluruh dunia, serta menyediakan informasi yang digunakan oleh para profesional keuangan untuk pengambilan keputusan investasi yang informasional.

    Melansir situs Kemenkeu, pada bulan April 2024, aktivitas manufaktur Indonesia terus menunjukkan kinerja positif dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur mencapai 52,9 (Maret: 54,2), menandai lanjutan dari tren ekspansi selama 32 bulan berturut-turut. Kinerja ekspansif ini didukung oleh tingginya permintaan domestik dan pembelian barang input, khususnya selama momen Ramadan dan Idulfitri. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi