KABARBURSA.COM - Selama ini, emas dianggap sebagai save haven, investasi yang aman dalam situasi perekonomian apapun. Namun belakangan, penulis buku finansial terkenal Robert Kiyoshi, mengatakan bahwa selain emas ada perak yang menjadi investasi aman di kala ekonomi sedang runtuh.
"Keruntuhan pasar besar-besaran akan datang. Meskipun situasi ini bisa menakutkan, tapi ini juga membuka peluang investasi yang sangat berharga. Dengan membeli aset seperti emas, perak, dan bitcoin, masyarakat dapat membangun kekayaan mereka," tulis Kiyoshi di akun X miliknya, seperti dikutip Kamis, 10 Oktober 2024.
Silver Institute, sebuah asosiasi industri internasional yang didirikan pada 1971, memprediksi bahwa tahun ini akan menjadi tahun terbaik bagi perak. Harga perak berpotensi menembus USD30 per ons, level tertinggi dalam 10 tahun terakhir, seiring permintaan yang terus naik.
Dalam laporannya pada 7 Februari 2024, Silver Institute menyebut permintaan perak global akan mencapai 1,2 miliar ons di 2024. Ini merupakan level tertinggi kedua dalam catatan lembaga tersebut.
Silver Institute diketahui merupakan asosiasi internasional nirlaba yang terdiri atas berbagai anggota di seluruh industri perak. Tujuan utama organisasi adalah untuk mempromosikan pemahaman dan penggunaan perak dalam berbagai sektor, termasuk pertambangan, manufaktur, dan investasi. Silver Institute juga mendukung penelitian, pengembangan, serta ekspansi pasar perak.
"Kami pikir, perak akan mengalami tahun yang luar biasa, terutama dalam hal permintaan," kata Direktur Eksekutif Silver Institute.
Dalam prediksinya ia mengungkap, harga perak akan mencapai USD30 per ons. Ini merupakan harga tertinggi dalam 10 tahun terakhir, menurut data LSEG. Harga perak ditransaksikan sebesar USD22,4 per ons dan terakhir kali menyentuh USD30 per ons pada Februari 2013.
Sementara itu, mantan Dirut Bursa Efek Indonesia Hasan Zein Mahmud, memberikan pendapatnya. Dalam unggahannya, hari ini, Hasan berpendapat bahwa walaupun harga perak hanya sekitar 1-1,5 persen dari harga emas, namun perak tetap tergolong dalam logam mulia (precious not base metals).
Walaupun 72 presen perak dihasilkan sebagai hasil sampingan dari produksi logam utama, posisi ini justru menempatkan perak lebih mudah mengalami kekalahan ketimbang emas atau tembaga.
"Harga perak memang tak mungkin menyamai harga emas. Tapi, beberapa tahun ke depan, saya memperkirakan harga perak akan naik lebih cepat dari harga emas. Jadi, kalau tingkat kenaikan harga logam mulia yang dijadikan tolok ukur, perak punya peluang mendapat medali emas, dan emas belum tentu mendapat medali perak," kata Hasan dalam tulisannya, Kamis, 10 Oktober 2024.
Dia melanjutkan, perak memiliki peluang lebih penting dan besar dalam industri, dibandingkan emas. Mengutip data WGC tahun 2023, sebanyak 49 persen emas digunakan untuk perhiasan. Sementara, 26 persen lainnya sebagai cadangan bank sentral, 18 persen untuk investasi, namuan hanya 7 persen yang digunakan untuk kepentingan teknologi.
Tentu, dalam klasifikasi itu hanya dihitung emas fisik, tanpa menghitung paper gold, ETF gold, dan futures gold.
"Dulu, ketika berbicara perak, yang terbayak di benak kita hanya perhiasan, cermin, peralatan rumah tangga, dekorasi, hingga karya seni. Tentu serba sedikit ada peran perak di fotografi, pemurnian air, beberapa peralatan medis dan elektronik, hanya saja porsinya sedikit," tulis dia.
Peluang Besar Perak
Beruntungnya, sudah beberapa tahun terakhir ini terjadi pergeseran ekonomi dan teknologi yang memberi peluang besar pada perak. Konon, setiap baterai mobil listrik membutuhkan 25 sampai 50 gram perak. Begitu pula dengan energi surya yang membutuhkan perak.
Intinya, perak dibutuhkan ketika photovoltaics mengubah energi matahari menjadi listrik. Tahun lalu saja, kebutuhan segmen energi surya ini tercatat 19 juta ons. Tentunya untuk tahun ini bisa saja bertambah.
"Ke depan, dalam penerawangan saya, akan terjadi kelangkaan perak. Posisinya sebagai produk sampingan akan sulit memacu naiknya pasokan, karena tergantung pada kelayakan ekonomi produk utama," ujar dia.
Penambahan khusus perak, sebagai target utama, tentunya memerlukan waktu yang tidak sebentar dan investasi yang tidak sedikit. Memang, jika dilihat dari sudut keekonomiannya, agak mustahil dilakukan. Apalagi, dalam tiga tahun terakhir ini dunia mengalami defisit perak. Tahun lalu saja, defisit tercatat sebesar 184 juta ons.
"Harga kontrak perak penyerahan Desember tercatat USD30,8 per ons. Bandingkan dengan USD22.9 pada awal tahun ini," tutup Hasan.
Kinerja Perak Ungguli Emas
Sementara itu, CEO Wheaton Precious Metals Randy Smallwood, mengatakan, kinerja perak terkait erat dengan kesehatan ekonomi secara keseluruhan atau siklus bisnis, karena aplikasi industri perak yang luas. Sebaliknya, harga emas biasanya naik pada saat ekonomi melemah atau mengalami ketidakpastian.
Ini artinya, perak lebih sensitif terhadap perubahan ekonomi dan lebih mudah berubah daripada emas. Saat ini, 90 ons perak dibutuhkan untuk membeli 1 ons emas.
"Emas akan melesat lebih dulu dan kemudian Anda akan melihat perak melesat dengan cepat. Perak selalu mengungguli emas, hanya saja terlambat," ucap Smallwood, awal tahun lalu.
Lanjutnya, dia berasumsi harga perak mungkin saja menyentuh angka USD50 per ons, jika harga emas menembus USD2.200. Harga emas saat ini berada di USD2.034 per ons.
DiRienzo dari Silver Institute menggemakan sentimen yang sama.
"Perak memang dapat mengungguli emas, terutama ketika the Fed mulai menurunkan suku bunga," tutupnya.(*)