Logo
>

Produksi Manufaktur AS Melonjak di Desember 2024

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Produksi Manufaktur AS Melonjak di Desember 2024

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Produksi manufaktur Amerika Serikat melonjak tajam pada Desember 2024. Lonjakan ini didorong oleh peningkatan output di pabrik Boeing setelah mogok kerja besar-besaran yang sebelumnya melumpuhkan perusahaan berakhir. Menurut laporan Federal Reserve, output pabrik naik 0,6 persen bulan lalu, melanjutkan rebound 0,4 persen pada November yang direvisi naik. Sebelumnya, para ekonom memprediksi kenaikan yang lebih kecil, hanya 0,2 persen.

    Meski begitu, jika dibandingkan dengan Desember tahun sebelumnya, output pabrik secara tahunan sebenarnya tidak berubah. Dilansir dari Reuters di Jakarta, Jumat, 17 Januari 2025, sepanjang kuartal keempat, produksi manufaktur justru menyusut dengan laju tahunan 1,2 persen, setelah sebelumnya juga mencatat kontraksi 0,8 persen pada kuartal ketiga. Namun, sektor manufaktur yang menyumbang sekitar 10,3 persen dari perekonomian AS ini mulai menunjukkan stabilisasi setelah Federal Reserve memutuskan untuk memotong suku bunga.

    Dalam laporan lainnya, Purchasing Managers Index dari Institute for Supply Management naik ke level tertinggi dalam sembilan bulan pada Desember. Tapi rencana pemerintahan Donald Trump yang akan segera dilantik untuk menerapkan tarif luas pada barang impor dapat berpotensi menaikkan biaya bahan baku yang akhirnya bisa merusak pemulihan sektor manufaktur.

    Produksi di sektor transportasi dan dirgantara melonjak 6,3 persen setelah mogok kerja di Boeing selesai pada November. Sebaliknya, produksi kendaraan bermotor dan suku cadang turun 0,6 persen. Barang-barang tahan lama mencatat kenaikan output 0,4 persen, terutama didorong oleh lonjakan 1,7 persen pada logam primer. Sementara itu, produksi barang tak tahan lama naik lebih tinggi sebesar 0,7 persen, mencerminkan pertumbuhan yang merata di sektor tersebut.

    Di sektor lain, output pertambangan naik 1,8 persen setelah sempat turun 0,5 persen pada November. Produksi utilitas juga melonjak 2,1 persen, didorong kenaikan 6,2 persen output gas alam, yang disebabkan oleh suhu beku ekstrem di sebagian wilayah AS.

    Secara keseluruhan, produksi industri AS tumbuh 0,9 persen pada Desember, jauh lebih baik dibanding kenaikan 0,2 persen di bulan sebelumnya. Dalam perhitungan tahunan, produksi industri naik 0,5 persen pada Desember, meski tetap mencatat kontraksi 0,8 persen untuk kuartal keempat.

    Tingkat pemanfaatan kapasitas di sektor industri, yang menunjukkan sejauh mana perusahaan menggunakan sumber daya mereka, meningkat menjadi 77,6 persen pada Desember dari 77,0 persen di November. Namun, angka ini masih 2,1 poin persentase di bawah rata-rata jangka panjangnya dari 1972 hingga 2023. Sementara itu, tingkat operasional di sektor manufaktur naik 0,4 poin persentase menjadi 76,6 persen, meski tetap 1,7 poin persentase di bawah rata-rata jangka panjangnya.

    PMI Manufaktur di Asia

    [caption id="attachment_96185" align="alignnone" width="1831"] Pabrik Semen Tiga Roda Indocemen di Cibinong Bogor, Kamis (31/10/2024). Foto: Kabar Bursa/abbas sandji[/caption]

    Sementara itu, di Asia, akhir 2024 tidak membawa kabar baik bagi pabrik-pabrik di kawasan benua ini. Ancaman datang dari dua sisi, yakni kebijakan Donald Trump yang kembali menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat dan pemulihan ekonomi China yang masih rapuh. Dilansir dari Reuters, data indeks aktivitas manufaktur atau PMI untuk Desember 2024 memperlihatkan perlambatan di China dan Korea Selatan. Meski begitu, ada secercah kabar baik dari Taiwan dan Asia Tenggara yang mulai menunjukkan perbaikan.

    Trump berencana memberlakukan tarif besar-besaran pada impor dari tiga mitra dagang utama: Meksiko, Kanada, dan China. Kebijakan ini diprediksi bakal memukul negara-negara pengekspor besar lain serta mengganggu aktivitas bisnis global secara luas.

    PMI manufaktur China, yang dihitung oleh Caixin/S&P Global, turun dari 51,5 pada November 2024 menjadi 50,5 di Desember. Hasil ini lebih rendah dari prediksi analis dan menunjukkan aktivitas pabrik China hanya tumbuh tipis. Temuan ini sejalan dengan survei resmi sebelumnya yang juga menunjukkan pertumbuhan aktivitas pabrik yang hampir stagnan.

    Ekonom dari Capital Economics, Gabriel Ng, mengatakan dukungan kebijakan dari Beijing pada akhir 2024 memberi dorongan pertumbuhan jangka pendek. Hasil ini kemungkinan akan tercermin dalam indikator kuartal keempat lainnya.

    Namun, Ng menambahkan, efek positif ini mungkin tidak akan bertahan lama. Ancaman tarif dari Trump dan masalah struktural yang terus membebani ekonomi China diperkirakan akan segera mengurangi dampaknya.

    Di tempat lain di Asia, PMI Korea Selatan menunjukkan aktivitas pabrik terus menyusut pada Desember 2024 dengan penurunan output semakin cepat. Padahal, sehari sebelumnya data ekspor justru mencatat pertumbuhan lebih baik dari perkiraan.

    Gubernur bank sentral Korea Selatan pada hari yang sama menyatakan kebijakan moneter harus lebih fleksibel tahun ini karena ketidakpastian politik dan ekonomi yang meningkat. Di luar ketidakpastian perdagangan global, Korea Selatan juga menghadapi krisis kepercayaan bisnis akibat kegagalan Presiden Yoon Suk Yeol menerapkan darurat militer bulan lalu.

    Sementara itu, PMI Jepang menunjukkan aktivitas yang tetap menyusut, meskipun pada kecepatan yang lebih lambat dibanding bulan sebelumnya.

    Di India, aktivitas manufaktur tumbuh pada laju paling lambat sepanjang 2024. Meski begitu, pabrik-pabrik India tetap mencatatkan kinerja lebih baik dibanding negara-negara lain di kawasan, dengan ekspansi tak terputus selama tiga setengah tahun terakhir. Sebaliknya, Malaysia dan Vietnam melaporkan penurunan aktivitas pabrik.

    Taiwan menjadi titik terang, dengan pertumbuhan aktivitas manufaktur tercepat dalam lima bulan terakhir. Responden survei PMI melaporkan penjualan yang kuat ke Asia, Eropa, dan Amerika Utara.

    Singapura, yang sering dianggap sebagai barometer perdagangan global, mencatat pertumbuhan tahunan tercepat sejak pandemi pada 2024. Kenaikan ini sebagian didorong oleh lonjakan ekspor sebelum tarif baru Amerika Serikat diberlakukan.

    Di sisi lain, akhir 2024 justru membawa kabar segar untuk sektor manufaktur Indonesia. Setelah terpuruk beberapa bulan, aktivitas pabrik akhirnya kembali bertumbuh. Data Purchasing Manager’s Index (PMI) dari S&P Global menunjukkan angka 51,2 di Desember, naik dari 49,6 di bulan sebelumnya. Ini jadi angka tertinggi sejak Mei 2024 dan menandai pertumbuhan pertama sejak Juni di tahun yang sama.

    Output dan permintaan baru sama-sama naik dengan laju produksi yang lebih cepat dibanding November. Permintaan baru, baik dari pasar domestik maupun ekspor, mulai menguat. Volume penjualan ekspor bahkan mencatat kenaikan pertama dalam hampir setahun, meski masih tipis.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).