KABARBURSA.COM - Prospek cerah menyelimuti industri perhotelan menjelang akhir tahun 2024, seiring dengan melonjaknya aktivitas pariwisata dan bisnis di berbagai penjuru tanah air.
Maulana Yusran, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), menjelaskan bahwa hotel-hotel di Indonesia kerap menjadi tuan rumah bagi berbagai kegiatan pemerintah dan perusahaan swasta.
"Sepanjang tahun, hotel sering menjadi tempat pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan korporasi. Kami memperkirakan akan terjadi lonjakan signifikan dalam kunjungan dari institusi pemerintah dan perusahaan pada kuartal IV-2024," ungkap Maulana pada Senin 3 September 2024.
Menurut Maulana, kegiatan pemerintah dan swasta di hotel menjelang akhir tahun sering kali bertujuan untuk menyerap anggaran yang tersisa.
Selain itu, periode libur akhir tahun diharapkan dapat memberikan dorongan positif bagi kinerja hotel, khususnya di area yang berdekatan dengan destinasi wisata.
Namun, Pilkada serentak diperkirakan tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap bisnis perhotelan. Sebagian besar kampanye politik berlangsung di luar ruangan, sementara hotel umumnya digunakan untuk pertemuan politik yang tidak melibatkan massa besar.
Marketing Communication Manager Santika Hotels & Resort, Prita Gero, menilai bahwa Pilkada kemungkinan tidak akan memicu lonjakan okupansi yang signifikan di jaringan hotel Santika.
Sebaliknya, Pilpres 2024 yang berdekatan dengan libur panjang akhir pekan diperkirakan akan menyebabkan lonjakan pemesanan kamar hotel. Santika memproyeksikan peningkatan okupansi kamar hotel mulai terjadi pada awal kuartal IV-2024, didorong oleh tingginya aktivitas dari pelanggan korporasi, pemerintah, serta wisatawan yang memulai liburan mereka.
"Kami memperkirakan okupansi tinggi di hotel kami yang dekat dengan destinasi wisata seperti Bali dan Yogyakarta, mencapai sekitar 88 persen hingga 90 persen," jelas Prita pada Senin 3 September 2024.
Untuk menghadapi lonjakan kunjungan, Santika telah memperbarui fasilitas dan meluncurkan program promosi untuk mempermudah pemesanan kamar.
Sementara itu, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) berfokus pada potensi pasar pariwisata di Bali dengan hotel-hotel mereka seperti Horison Ultima Seminyak dan Metland Venya Ubud.
Metland Venya Ubud khususnya telah menunjukkan kinerja impresif dengan rata-rata okupansi di atas 90 persen.
"Kami baru saja mulai mengoperasikan beberapa unit villa di Ubud dengan target pasar leisure," tambah Olivia Surodjo, Direktur Metropolitan Land, pada Selasa 3 September 2024.
Meskipun dampak Pilkada relatif kecil, MTLA tetap mempersiapkan hotel-hotel mereka di Pulau Jawa seperti Horison Ultima Bekasi, Metland Hotel Cirebon, dan Horison Ultima Kertajati.
PT Ciputra Development Tbk (CTRA) juga menunjukkan optimisme bahwa bisnis hotel mereka akan mencatat pertumbuhan positif menjelang akhir tahun, didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata, maraknya event dan konferensi, serta libur Natal dan Tahun Baru.
Penawaran khusus, diskon, dan paket staycation juga diperkirakan akan menarik lebih banyak pelanggan, ujar Agustono Effendy, Direktur Ciputra Group, pada Selasa 3 September 2024.
Untuk informasi, CTRA memiliki sejumlah hotel termasuk Raffles Jakarta Hotel, Hotel Ciputra Jakarta, Hotel Ciputra Semarang, Hotel Ciputra World Surabaya, dan lainnya.
Selain faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan di kuartal IV-2024, terdapat beberapa tantangan yang perlu diwaspadai oleh pelaku industri perhotelan.
Perubahan tren pasar, ekspektasi konsumen yang terus berkembang, serta fluktuasi ekonomi global dapat memengaruhi kinerja sektor ini.
Para pengusaha hotel harus memantau secara cermat dinamika permintaan dan penawaran, serta menyesuaikan strategi mereka untuk tetap kompetitif. Penggunaan teknologi canggih dalam manajemen hotel dan pemasaran digital menjadi kunci dalam menarik lebih banyak tamu dan meningkatkan efisiensi operasional.
Inovasi dalam pelayanan pelanggan, seperti menawarkan pengalaman menginap yang lebih personal dan terintegrasi dengan kebutuhan modern, juga menjadi faktor penting dalam mempertahankan dan menarik pelanggan.
Selain itu, pelaku usaha perhotelan harus siap menghadapi perubahan regulasi dan kebijakan pemerintah yang dapat memengaruhi operasional dan strategi bisnis mereka.
Kesiapan menghadapi berbagai skenario dan adaptasi yang cepat akan menentukan keberhasilan mereka di pasar yang semakin kompetitif ini.
Dengan persiapan yang matang dan strategi yang tepat, sektor perhotelan berpotensi besar untuk meraih kesuksesan dan memanfaatkan momentum yang ada menjelang akhir tahun 2024.
Kinerja hunian hotel di Jakarta diperkirakan akan mengalami lonjakan signifikan pada kuartal III dan menuju pertengahan kuartal IV tahun 2024.
Ferry Salanto, Kepala Riset Colliers Indonesia, mencatat bahwa meski awal tahun ini menunjukkan penurunan, sektor perhotelan mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan pada kuartal II-2024.
Menurut Ferry, lonjakan aktivitas bisnis yang diperkirakan akan terus meningkat di paruh kedua tahun 2024 akan menjadi pendorong utama perbaikan kinerja hotel. Acara-acara besar yang umumnya direncanakan jauh-jauh hari menjadi salah satu faktor pendorong utama.
Untuk menarik tamu, banyak hotel menawarkan tarif spesial yang bersaing, khususnya untuk acara kelompok yang diadakan oleh pemerintah atau perusahaan.
Selain pendapatan dari kamar, Ferry menambahkan bahwa hotel-hotel juga memperoleh keuntungan dari sektor lain seperti makanan dan minuman serta layanan housekeeping. Ini menandakan bahwa bisnis perhotelan tidak hanya bergantung pada tingkat hunian, tetapi juga pada layanan tambahan yang mereka tawarkan.
Colliers Indonesia juga memperkirakan bahwa kinerja hotel di Surabaya akan menunjukkan perbaikan pada paruh kedua tahun 2024, meskipun pertumbuhannya mungkin tidak secepat Jakarta. Perbaikan ini diharapkan akan berlanjut secara bertahap.
Ferry menambahkan bahwa peningkatan aktivitas bisnis di Surabaya, terutama dari sektor pemerintah dan korporasi, diperkirakan akan terus berlanjut hingga minggu kedua bulan Desember 2024.
Optimisme tumbuh dalam industri perhotelan di kota-kota besar di Indonesia. Proyeksi ini memberi harapan bahwa hotel-hotel di Jakarta dan Surabaya dapat memaksimalkan potensi pertumbuhan mereka dalam beberapa bulan mendatang.
Kenaikan tingkat hunian ini diharapkan memberikan dampak positif pada sektor-sektor terkait lainnya seperti pariwisata dan bisnis pertemuan. Secara keseluruhan, prospek industri perhotelan di Indonesia, khususnya di Jakarta dan Surabaya, menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang menjanjikan.
Meski tantangan seperti ketidakpastian ekonomi global tetap ada, meningkatnya aktivitas bisnis domestik diharapkan dapat mendukung pemulihan sektor ini. Dengan memperhatikan tren ini, pelaku industri diharapkan dapat mengambil langkah strategis untuk mengoptimalkan kinerja hotel mereka menghadapi sisa tahun 2024. (*)