KABARBURSA.COM - Proyek ambisius pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur dikhawatirkan akan menjadi penghambat ekonomi Indonesia.
Ekonom dari Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, mengingatkan bahwa ambisi tersebut tidak boleh berjalan tanpa perencanaan yang matang dan efisiensi tinggi. Pasalnya, proyek ini berpotensi dapat menjadi beban berat bagi perekonomian Indonesia.
Wijayanto berpendapat bahwa proyek IKN dan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, telah berkontribusi terhadap tingginya Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia.
Untuk diketahui, ICOR yang tinggi mengindikasikan betapa mahalnya biaya modal untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan ketidakefisienan dalam proyek-proyek besar tersebut.
“Kereta cepat dan IKN adalah dua proyek yang memberikan dampak terhadap tingginya ICOR. Proyek-proyek ini, dengan perencanaan yang terlambat atau reverse planning, membuat ekonomi semakin boros modal dan tidak berdaya saing,” kata Wijayanto dalam diskusi publik bertajuk ‘Prospek Kebijakan Ekonomi Prabowo’, Minggu, 22 September 2024,
Dia juga menyoroti konsep ‘Reverse Planning’ yang diterapkan dalam proyek IKN. Konsep ini mengacu pada pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa memindahkan ibu kota adalah tugas yang sulit dan memerlukan penyelesaian banyak hal.
Menurut Wijayanto, pernyataan ini menunjukkan bahwa pemerintah terlebih dahulu membuat keputusan untuk memindahkan ibu kota, sedangkan perencanaannya dilakukan di kemudian hari.
“Pak Jokowi pernah mengatakan bahwa memindah ibu kota itu sulit, banyak hal yang harus diselesaikan. Wong mindah kos-kosan saja sulit, apalagi ibu kota,” sindir Wijayanto.
Menurutnya, jika pernyataan tersebut disampaikan Jokowi sejak awal sebelum pembangunan dimulai, maka prosesnya akan lebih baik. Namun, yang menjadi masalah adalah pendekatan Reverse Planning ini.
Wijayanto memperingatkan bahwa tanpa perencanaan yang matang, proyek seperti IKN dapat menyebabkan pembengkakan biaya yang signifikan, yang pada akhirnya menambah beban bagi perekonomian.
“Proyek-proyek ini menjadi contoh klasik dari perencanaan yang terburu-buru dan kurang matang, yang justru merugikan negara,” ujarnya.
Lebih jauh, Wijayanto juga mengingatkan bahwa proyek IKN berpotensi menjadi “bom waktu” bagi pemerintahan selanjutnya. Tantangan lingkungan, ketimpangan sosial, dan potensi gagal manfaat dari proyek-proyek besar seperti IKN bisa berdampak negatif pada stabilitas ekonomi dan sosial Indonesia di masa depan.
“Ada beberapa proyek besar, seperti IKN yang menyimpan bom waktu dan berpotensi menjadi tragedi bagi pemerintahan Pak Prabowo,” ucap Wijayanto.
Meskipun begitu, dia mengakui bahwa pembangunan infrastruktur seperti IKN tetap diperlukan untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang. Namun, ia menekankan bahwa pendekatan yang lebih hati-hati dan fokus pada kualitas, bukan kecepatan, adalah kunci keberhasilan.
“Kualitas perencanaan harus diperbaiki dan jangan terburu-buru. Tragedi IKN dan kereta cepat KCIC adalah contoh nyata dari perencanaan yang kurang matang. Pemerintah dan pemimpin harus berpihak pada rakyat,” pungkasnya.
AS Sumbang untuk IKN Rp115,2 Miliar
Badan Perdagangan dan Pembangunan Amerika Serikat (USTDA) memberikan dana hibah sebesar USD7,6 juta atau sekitar Rp115,2 miliar (kurs Rp15.160) kepada Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN).
Dana tersebut akan digunakan untuk membiayao bukti kelayakan (proof of concept) percontohan teknologi pusat kendali (command center) di IKN.
Pemberian dana hibah tersebut ditandai dengan penandatanganan perjanjian hibah antara Pelaksana tugas (Plt) Kepala OIKN Basuki Hadimuljono dengan pihak USTDA pada Jumat, 20 September kemarin. Hadir juga Duta Besar AS untuk Indonesia, Kamala Shirin Lakhdhir
Sebagai informasi, USTDA merupakan lembaga independen pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk memajukan pembangunan ekonomi dan kepentingan komersial AS di negara-negara berkembang.
Basuki Hadimuljono mengapresiasi dukungan Pemerintah AS dalam pembangunan kota cerdas di IKN.
“Kami sangat menghargai dukungan pemerintah Amerika Serikat dalam mendukung pembangunan IKN. Sebagai kota global, tentunya kami mengundang partisipasi internasional untuk berkolaborasi di proyek ini,” kata Basuki dalam keterangan tertulis, dikutip Senin, 23 September 2024.
Rencananya, OIKN akan bekerja sama dengan tujuh perusahaan teknologi global asal AS, yaitu Amazon Web Service, Autodesk, Cisco, Esri, IBM, Honeywell, serta Motorola dalam pelaksanaan hibah percontohan teknologi Command Center di Nusantara.
Sementara itu, Duta Besar AS untuk Indonesia, Kamala Shirin Lakhdhir, mengatakan dana hibah ini merupakan bentuk komitmen dukungan pemerintah A terhadap pembangunan kota cerdas IKN.
“Hibah ini merupakan pilot project yang mendemonstrasikan berbagai keunggulan teknologi pada pengelolaan kota cerdas,” kata Kamala.
Sebelumnya, Deputi Bidang Transformasi Hijau dan Digital Otorita IKN Mohammed Ali Berawi bersama Direktur USTDA Enoh T. Ebong juga telah menandatangani perjanjian hibah sebesar USD2,49 juta pada 2 Mei 2024 di Los Angeles, Amerika Serikat.
Hibah tersebut digunakan untuk bantuan teknis terkait penerapan teknologi dan solusi kota cerdas di IKN. Dengan begitu, sampai saat ini total hibah yang diterima OIKN dari USTDA mencapai USD10,09 juta atau setara Rp 152,9 miliar. (*)