KABARBURSA.COM – Industri refraktori nasional masih menghadapi tantangan besar akibat dominasi produk impor. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor produk refraktori untuk semen tahan api dan bata tahan api pada periode 2020–2024 mencapai 891.434 ton, dengan nilai perdagangan sebesar USD 588,90 juta. Dari jumlah tersebut, China menjadi pemasok utama dengan pangsa pasar mencapai 88 persen.
Selain Tiongkok, negara lain yang turut memasok produk refraktori ke Indonesia adalah Malaysia sebesar 2,21 persen, Korea Selatan 1,94 persen, Thailand 1,76 persen, dan India 1,35 persen.
Kondisi ini menunjukkan ketergantungan yang masih tinggi terhadap produk luar negeri untuk memenuhi kebutuhan industri semen, keramik, dan kaca di dalam negeri.
Direktur Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam (ISKPBGN) Kementerian Perindustrian, Putu Nadi Astuti, menegaskan bahwa dominasi impor tersebut menjadi perhatian serius pemerintah dan pelaku industri.
“Kesenjangan ini menegaskan bahwa produk impor masih mendominasi pangsa pasar di Indonesia," jelas Putu dalam keterangannya, dikutip KabarBursa.com, Senin, 10 November 2025.
Lebih lanjut, Putu menyoroti rendahnya tingkat utilisasi industri refraktori nasional yang rata-rata hanya mencapai 33,78 persen dari total kapasitas terpasang sepanjang tahun 2020 hingga 2024. Pangsa pasar domestik juga masih terbatas, hanya sebesar 12,54 persen dari total kebutuhan refraktori nasional.
Menanggapi hal tersebut, Kementerian Perindustrian telah mendorong langkah strategis untuk memperkuat kolaborasi antara produsen refraktori di dalam negeri dengan industri pengguna melalui kegiatan Business Matching Industri Refraktori Nasional yang digelar di Bandung.
“Kegiatan ini dilakukan untuk memperkuat sinergi antara produsen refraktori di dalam negeri dengan industri pengguna yaitu industri semen, keramik, dan kaca,” ungkap Putu.
Ia berharap forum tersebut dapat memperkuat sinergi berkelanjutan antara sektor hulu dan hilir, sekaligus meningkatkan kemandirian industri refraktori nasional.
“Dengan tercapainya kemandirian industri refraktori nasional, rantai pasok nasional akan semakin kuat, dan searah dengan kebijakan pembangunan industri nasional,” tutupnya.(*)