Logo
>

Rupiah Bergerak Tipis, Bank Indonesia Segera Turun Tangan

Ditulis oleh Yunila Wati
Rupiah Bergerak Tipis, Bank Indonesia Segera Turun Tangan

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pada penutupan perdagangan Rabu, 4 Desember 2024, kurs rupiah ditutup menguat tipis meskipun indeks dolar AS sedang menguat.

    Kurs rupiah tercatat berada di level Rp15.937 per dolar AS, menguat 8 poin atau 0,05 persen dibandingkan dengan posisi sebelumnya, 3 Desember 2024, yang berada di Rp15.945 per dolar AS. Penguatan tersebut terjadi di tengah sentimen global yang dipengaruhi oleh ketegangan politik di Korea Selatan dan pengumuman kebijakan domestik Indonesia terkait dengan kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang direncanakan pada tahun 2025.

    Indeks dolar AS mengalami penguatan pada hari itu, salah satunya dipicu oleh pengumuman darurat militer oleh Presiden Korea Selatan, Yoon Suk-Yeol, untuk melawan kekuatan anti-negara yang ada di kalangan lawan politiknya. Tindakan tersebut, yang memicu reaksi keras dari publik dan parlemen, akhirnya dibatalkan dalam beberapa jam setelah pengumuman, menciptakan ketidakpastian politik di Korea Selatan.

    Situasi ini mendorong Bank Sentral Korea Selatan untuk mengadakan pertemuan darurat guna menstabilkan pasar domestik dan mengumumkan kesiapan mereka untuk menyuntikkan likuiditas ke pasar keuangan, untuk meredakan dampak dari krisis politik tersebut. Ketidakpastian politik yang terjadi di Korea Selatan, yang dianggap sebagai salah satu pilar utama ekonomi Asia Timur, melemahkan sentimen investor di seluruh kawasan, termasuk di Indonesia.

    Di Indonesia, pasar merespons positif pengumuman dari pemerintah mengenai kebijakan PPN 12 persen yang akan diterapkan pada tahun 2025. Pemerintah melalui Kementerian Keuangan menegaskan bahwa meskipun tarif PPN akan naik menjadi 12 persen, mereka akan tetap memprioritaskan daya beli masyarakat.

    Pemerintah juga menyampaikan, bahwa akan ada jaring pengaman sosial dan subsidi yang diperkuat untuk melindungi kelompok masyarakat yang rentan. Penegasan ini memberi kepastian bagi pelaku pasar bahwa kebijakan tersebut tidak akan diterapkan tanpa adanya langkah-langkah mitigasi bagi masyarakat.

    Meski ada potensi dampak inflasi dari kenaikan PPN yang lebih tinggi, kehadiran kebijakan jaring pengaman sosial yang akan melindungi daya beli masyarakat memberikan angin segar bagi pasar. Ini menjadi faktor yang mendukung penguatan rupiah meskipun dolar AS sedang menguat di pasar global.

    Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, menyatakan bahwa penguatan rupiah - meskipun ada penguatan dolar AS - tidak lepas dari sentimen positif yang muncul setelah penegasan dari pemerintah terkait kebijakan tersebut.

    Pemerintah juga menggarisbawahi bahwa kenaikan tarif PPN ini akan tetap mempertimbangkan struktur ekonomi secara menyeluruh, dengan fokus pada perlindungan terhadap kelompok masyarakat yang paling terpengaruh.

    Kebijakan ini, meskipun akan diterapkan pada 2025, tampaknya akan lebih diterima oleh pelaku pasar karena adanya langkah-langkah pengamanan yang jelas, yang memastikan bahwa kebijakan ini tidak akan membebani daya beli masyarakat secara langsung tanpa perlindungan.

    Secara keseluruhan, meskipun ada tekanan eksternal dari penguatan dolar AS dan ketidakpastian politik di Korea Selatan, kebijakan domestik Indonesia yang lebih menjaga daya beli masyarakat melalui subsidi dan jaring pengaman sosial, menjadi faktor yang mendukung penguatan tipis kurs rupiah pada hari itu.

    Bank Indonesia Siap Turun Tangan

    Sementara itu, Bank Indonesia (BI) menyatakan kesiapan untuk melakukan intervensi di pasar valuta asing guna menstabilkan nilai tukar rupiah, yang baru-baru ini melemah menuju level psikologis Rp16.000 per dolar AS.

    Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset BI Edi Susianto, menjelaskan bahwa meskipun terjadi tekanan terhadap rupiah, BI akan terus hadir di pasar untuk menjaga kepercayaan pasar.

    Meskipun rupiah telah menunjukkan pelemahan, BI merasa yakin bahwa fundamental rupiah masih lebih kuat dari level Rp16.000 per dolar AS. Bahkan, BI sudah melakukan intervensi di pasar pada bulan lalu untuk mendukung stabilitas mata uang.

    Para pejabat bank sentral negara-negara Asia, termasuk Indonesia, kini terus berjaga-jaga di tengah kebangkitan dolar AS yang telah menekan mata uang regional, termasuk rupiah. Dolar yang menguat telah membuat nilai tukar rupiah diperkirakan akan mengalami penurunan sekitar 5 persen selama kuartal ini, yang menambah tantangan bagi ekonomi Indonesia.

    Deorang ahli strategi valuta asing di Malayan Banking Bhd, Singapura Alan Lau, menyatakan bahwa pihak berwenang di Asia, termasuk Indonesia, berusaha keras untuk mencegah volatilitas rupiah yang berlebihan, mengingat situasi global yang kurang bersahabat.

    Sementara itu, meskipun ada pelemahan musiman dolar pada bulan Desember, Lau memperingatkan bahwa tekanan terhadap mata uang asing Asia, termasuk rupiah, kemungkinan akan terus berlanjut, mengingat kekhawatiran investor terhadap kondisi makroekonomi global yang masih berisiko.

    Arus keluar dana dari pasar saham Indonesia turut menambah tekanan terhadap rupiah. Pada kuartal ini, investor telah menarik dana sekitar USD1,7 miliar dari bursa saham Indonesia, yang semakin memperburuk sentimen pasar terhadap mata uang lokal.

    Dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini, BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya pada rapat bulan Desember meskipun inflasi Indonesia masih berada dalam kisaran target bank sentral. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gubernur BI, Perry Warjiyo, yang pekan lalu menegaskan bahwa menjaga kestabilan rupiah menjadi fokus utama BI saat ini.

    Menurut ekonom Tamara Henson, meskipun inflasi Indonesia berada pada tingkat yang rendah, hal itu belum cukup meyakinkan BI untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut.

    Stabilitas rupiah, di sisi lain, menjadi prioritas utama bank sentral, yang telah memberikan sinyal bahwa mereka akan melakukan jeda dalam siklus penurunan suku bunga. Keputusan ini mencerminkan upaya BI untuk memastikan nilai tukar rupiah tetap stabil dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global yang sedang berlangsung.

    Dengan demikian, meskipun tantangan global dan arus keluar modal memberikan tekanan pada rupiah, langkah-langkah yang diambil oleh BI menunjukkan komitmen untuk menjaga kestabilan nilai tukar dan ekonomi Indonesia.

    Keputusan untuk tidak terburu-buru menurunkan suku bunga serta kesiapan untuk melakukan intervensi di pasar menjadi sinyal penting bahwa BI tetap fokus pada tujuan jangka panjangnya, yakni stabilitas moneter dan ekonomi yang berkelanjutan.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79