KABARBURSA.COM - Pasar saham Asia menunjukkan stabilitas pada Senin, 23 September 2024, di tengah antisipasi para investor terhadap serangkaian pertemuan bank sentral yang diharapkan dapat menghasilkan penurunan suku bunga lebih lanjut. Ekspektasi terhadap keputusan kebijakan ini sejalan dengan rilis data inflasi penting dari Amerika Serikat, yang diyakini dapat memberikan sinyal pelonggaran moneter tambahan.
Aktivitas perdagangan di bursa Asia relatif tenang hari ini, terutama karena pasar saham Jepang tutup untuk hari libur nasional. Hal ini menyebabkan volume perdagangan yang lebih rendah dibandingkan biasanya. Indeks MSCI Asia Pasifik (tidak termasuk Jepang) bergerak terbatas pada hari ini, setelah mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar 2,7 persen pada minggu lalu. Indeks MSCI adalah tolok ukur kinerja pasar saham di kawasan Asia Pasifik
Meskipun pasar Jepang tutup, indeks berjangka diperdagangkan lebih tinggi di level 38.300, naik dari penutupan tunai sebelumnya di 37.723. Ini mengikuti reli 3,1 persen dari minggu lalu, didorong oleh yen yang lebih lemah dan sinyal dari Bank of Japan (BoJ) bahwa mereka tidak akan terburu-buru dalam mengetatkan kebijakan moneter.
Saham-saham berjangka AS juga mencatatkan kenaikan moderat, dengan S&P 500 berjangka dan Nasdaq berjangka masing-masing naik 0,1 persen. S&P 500 telah mengalami kenaikan sebesar 0,8 persen di bulan September—bulan yang umumnya lemah untuk saham—dan naik 19 persen secara tahunan, mencapai rekor tertinggi sepanjang masa.
Aktivitas perdagangan di bursa AS mencapai lonjakan signifikan pada hari Jumat, dengan lebih dari 20 miliar saham diperdagangkan, menjadikannya sesi tersibuk sejak Januari 2021. Ini terjadi setelah penurunan suku bunga Federal Reserve baru-baru ini sebesar setengah poin, dengan kontrak berjangka saat ini menunjukkan peluang 51 persen untuk penurunan suku bunga yang lebih signifikan pada bulan November.
Ekonom Barclays, Christian Keller, menyoroti sifat tidak biasa dari langkah kebijakan agresif The Fed. "Meskipun langkah tersebut ditandai dengan baik, kepentingannya sulit untuk dilebih-lebihkan, mengingat peran The Fed dalam menjaga kondisi likuiditas dolar AS di seluruh dunia," ujarnya. Keller menekankan bahwa langkah Fed mencerminkan komitmennya untuk mencegah memburuknya kondisi pasar tenaga kerja.
Minggu ini, pasar akan dipenuhi dengan pernyataan dari setidaknya sembilan pembuat kebijakan Federal Reserve, termasuk Ketua Jerome Powell, serta dua gubernur dan Presiden Fed New York, John Williams. Para investor akan mengamati dengan seksama indeks pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) yang menjadi pengukur inflasi pilihan Fed, yang dijadwalkan dirilis pada hari Jumat. Para analis memperkirakan kenaikan 0,2 persen bulan ke bulan dengan laju tahunan diharapkan mencapai 2,7 persen. Sementara itu, indeks utama diproyeksikan melambat menjadi 2,3 persen.
Di sisi lain, beberapa bank sentral juga akan mengumumkan kebijakan mereka, dengan Swiss National Bank diperkirakan akan memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin menjadi 1,0 persen pada hari Kamis, sementara Bank Sentral Swedia diperkirakan akan menurunkan suku bunganya sebesar 25 basis poin pada pertemuan hari Rabu. Sebaliknya, Reserve Bank of Australia diproyeksikan untuk mempertahankan suku bunganya di 4,35 persen pada pertemuan hari Selasa mengingat inflasi yang masih bertahan.
Sementara itu, perhatian di AS tertuju pada negosiasi pendanaan pemerintah, dengan anggaran sebesar USD1,2 triliun saat ini akan berakhir pada 30 September. Usulan rancangan undang-undang pendanaan sementara selama tiga bulan oleh Ketua DPR AS, Mike Johnson, sedang menunggu pemungutan suara.
Dalam pasar mata uang, dolar AS menguat menjadi 143,95 yen, pulih dari level terendah minggu lalu. Euro juga menguat terhadap yen dan stabil terhadap dolar. Pemilihan pemimpin baru Partai LDP Jepang pada tanggal 27 September juga menjadi sorotan, yang akan menggantikan Perdana Menteri Fumio Kishida.
Harga emas tetap tinggi di USD2.620 per ons, mendekati rekor tertinggi, sementara posisi net buy pada emas berjangka Comex berada pada level tertinggi dalam empat tahun terakhir, menunjukkan adanya potensi risiko penurunan. Di sisi komoditas energi, harga minyak stabil setelah reli 4 persen minggu lalu, dengan minyak mentah Brent diperdagangkan pada USD74,47 per barel dan minyak mentah AS di USD71,01 per barel, didorong oleh harapan bahwa biaya pinjaman yang lebih rendah akan mendukung pertumbuhan ekonomi global dan permintaan bahan bakar.
Secara keseluruhan, pasar saham Asia menunjukkan penguatan, dengan People's Bank of China (PBOC) secara mengejutkan menurunkan suku bunga repo 14 hari sebesar 10 basis poin, mendorong saham-saham blue chips China naik 0,5 persen. Langkah ini diinterpretasikan sebagai sinyal dukungan bank sentral untuk perekonomian.
Dengan semua perkembangan ini, investor di seluruh dunia tetap waspada, menantikan pengumuman penting dari bank sentral dan data inflasi yang dapat memengaruhi kebijakan moneter ke depan. (*)