KABARBURSA.COM - Gemuruh pasar semakin kencang menyambut sinyal pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve. Langkah dovish yang terpancar dari rilis Fed Minutes kian menguat, seirama dengan langkah Bank Indonesia yang membuka peluang serupa. Di tengah dinamika pasar keuangan yang terus membaik, investor mulai bertanya-tanya: saham mana yang layak menjadi pilihan di situasi ini?
Dalam pandangan tim analis JP Morgan Sekuritas, saham sektor perbankan menduduki puncak daftar saham pilihan mereka. Henry Wibowo, bersama timnya, menegaskan bahwa kondisi saat ini adalah waktu yang tepat untuk mengantisipasi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral. Prediksi mereka mencatat, Indonesia akan menjadi salah satu negara di pasar berkembang yang paling diuntungkan dari kebijakan The Fed.
“JP Morgan memproyeksikan pemangkasan sebesar 50 basis poin pada September, dan 50 basis poin lagi pada November,” tulis laporan JP Morgan terbaru pada Kamis, 22 Agustus 2024.
Selain itu, mereka juga memperkirakan bahwa Bank Indonesia akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin dalam rentang September hingga Desember tahun ini, serta tambahan 50 basis poin lagi pada semester pertama 2025.
JP Morgan yakin bahwa sektor-sektor yang paling sensitif terhadap suku bunga, seperti perbankan, properti, dan otomotif, akan mendapatkan manfaat terbesar dari kebijakan pelonggaran moneter ini. “Kami lebih memilih eksposur melalui sektor perbankan dan properti dalam siklus ini,” ungkap mereka.
Meskipun sebagian besar bank di Indonesia tidak akan mengalami peningkatan Margin Bunga Bersih (NIM) selama siklus penurunan suku bunga, JP Morgan berpendapat bahwa sektor perbankan tetap akan diuntungkan dari perbaikan likuiditas dan aliran modal.
Secara spesifik, saham BBRI dianggap memiliki peluang besar untuk meningkatkan NIM, berkat tingginya porsi pinjaman di segmen mikro yang memiliki bunga tetap. Dengan pemangkasan suku bunga, Biaya Dana (Cost of Fund) BBRI diprediksi akan menurun, memberikan ruang untuk peningkatan margin.
Selain itu, JP Morgan juga menyoroti potensi keuntungan bagi perusahaan berbasis internet dan bank digital yang memiliki aset jangka panjang. Saham seperti GOTO dan ARTO berada dalam radar utama mereka.
Dalam riset tersebut, JP Morgan memberikan rating Overweight (OW) untuk saham BBRI, mencerminkan keyakinan kuat bahwa saham ini akan mampu mengungguli pasar.
Di sisi lain, RHB Sekuritas juga sepakat bahwa Bank Indonesia akan mulai menurunkan suku bunga sebagai respons terhadap tren penurunan global. Andrey Wijaya, analis RHB Sekuritas, memperkirakan BI akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada Oktober 2024, diikuti oleh empat pemangkasan tambahan pada tahun 2025.
Menurutnya, bank-bank akan segera merasakan manfaat dari penurunan biaya dana. Selain itu, penurunan suku bunga juga diprediksi akan mengurangi risiko kualitas aset, terutama pada utang dengan bunga mengambang.
Lebih jauh, RHB Sekuritas menyebutkan bahwa pemangkasan suku bunga BI yang lebih awal dari perkiraan dapat memberikan dampak positif pada saham-saham yang sensitif terhadap suku bunga, terutama bank besar dengan likuiditas ketat, serta bank kecil dan menengah.
Sementara itu, mayoritas analis tetap optimistis terhadap prospek saham BBRI. Dari 35 analis, 31 di antaranya merekomendasikan "Buy", sementara hanya satu yang memberikan rekomendasi "Sell".
Target harga untuk 12 bulan ke depan berada di angka Rp5.706 per saham. Nicholas Santoso dari Verdhana Sekuritas bahkan memberikan rekomendasi "Buy" dengan target harga Rp6.000 per saham, sementara Jayden Vantarakis dari Macquarie menargetkan harga lebih tinggi di Rp6.630 per saham dengan rating "Outperform".
Berikut adalah beberapa sektor dan saham yang diperkirakan akan diuntungkan:
- Saham Perbankan: BBRI, BBNI, BBTN, BNGA, BBYB, BJBR
- Saham Otomotif: ASII, AUTO
- Saham Properti: PWON, SMRA
- Saham Semen dan Bahan Bangunan: SMGR, ARNA
- Perusahaan dengan Utang Tinggi: JSMR, ADHI, WIKA, PTPP
Proyeksi Pemangkasan Suku Bunga 25 Bps
Pasar keuangan merespons risalah ini dengan pergerakan yang moderat. Saham naik tipis, imbal hasil obligasi menurun, dan dana Fed berjangka menunjukkan sedikit penurunan dalam kemungkinan pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan September. Sementara itu, kemungkinan pemangkasan yang lebih dalam, yaitu 50 basis poin, meningkat.
Analisis dari Evercore ISI menyebutkan bahwa Gubernur The Fed, Jerome Powell, bisa saja mengarahkan Komite untuk melakukan hingga tiga kali pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin hingga akhir tahun ini. Namun, untuk pemotongan sebesar 50 basis poin, dibutuhkan penurunan yang lebih signifikan di pasar tenaga kerja.
Tekanan harga yang semakin mendekati target 2 persen The Fed serta kekhawatiran tentang kondisi pasar tenaga kerja menjadi alasan utama di balik kemungkinan pelonggaran kebijakan ini. Tingkat pengangguran yang mencapai 3,4 persen di awal tahun kini meningkat menjadi 4,3 persen, menciptakan urgensi untuk mempertimbangkan penurunan suku bunga.
Risalah juga menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja, meskipun kuat, telah kembali ke kondisi sebelum pandemi, memberikan ruang bagi The Fed untuk melakukan pelonggaran lebih lanjut tanpa memicu overheating ekonomi.
Jerome Powell dan para pejabat The Fed diharapkan memberikan petunjuk lebih lanjut pada konferensi tahunan di Jackson Hole, Wyoming, yang diselenggarakan oleh The Fed Kansas City. Laporan ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja AS untuk bulan Agustus, yang akan dirilis awal September, juga akan menjadi penentu utama arah kebijakan moneter ke depan.
Semua pihak kini menanti bagaimana The Fed akan merespons data terbaru dalam pertemuan September nanti, dengan harapan bahwa keputusan tersebut akan membawa angin segar bagi ekonomi Amerika yang sedang berjuang menyeimbangkan pertumbuhan dengan stabilitas. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.