Logo
>

Saham Teknologi Tertekan, Bursa Eropa Melemah

Ditulis oleh Yunila Wati
Saham Teknologi Tertekan, Bursa Eropa Melemah
Papan pantau di BEI menunjukkan IHSG sedang melemah. Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Bursa ekuitas Eropa ditutup melemah pada perdagangan Rabu, di tengah meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap dampak tarif Amerika Serikat terhadap sektor semikonduktor global. 

    Saham-saham teknologi menjadi penekan utama setelah ASML, perusahaan pemasok peralatan pembuat chip terbesar di dunia, mengungkapkan bahwa tarif baru yang diberlakukan AS memperbesar ketidakpastian terhadap prospek kinerja mereka pada 2025 dan 2026.

    Indeks acuan pan-Eropa, STOXX 600, ditutup turun 0,19 persen menjadi 507,09 poin. Meskipun mencatat penurunan, indeks ini berhasil sedikit bangkit dari posisi terendah intraday. Sub-indeks teknologi menjadi sektor paling terpukul, anjlok sebesar 2 persen. Tekanan ini diperparah oleh penurunan saham ASML sebesar 5,2 persen, yang menjadi kontributor negatif terbesar bagi indeks STOXX 600.

    Dampak sentimen negatif ini terasa meluas ke saham-saham semikonduktor lainnya seperti ASM International, BE Semiconductor, Infineon Technologies, Soitec, dan STMicroelectronics yang masing-masing mengalami pelemahan antara 1,3 persen hingga 3,2 persen. 

    Kekhawatiran investor semakin dalam setelah Nvidia mengumumkan adanya potensi biaya sebesar USD5,5 miliar terkait chip canggih mereka yang terkena pembatasan ekspor ke China, menyusul upaya pemerintah AS untuk mempertahankan dominasinya dalam persaingan kecerdasan buatan (AI).

    Di tengah tekanan pada sektor teknologi, performa bursa regional Eropa terpantau bervariasi. Bursa saham Jerman melalui indeks DAX berhasil menguat 0,27 persen ke level 21.311,02. Indeks FTSE 100 di Inggris juga naik 0,32 persen menjadi 8.275,60. Sementara itu, indeks CAC 40 Prancis justru sedikit tergelincir 0,07 persen menjadi 7.329,97.

    Pasar saham Eropa telah menunjukkan volatilitas tinggi dalam beberapa hari terakhir, sebagian besar dipicu oleh ketidakpastian geopolitik dan arah kebijakan perdagangan global. Mabrouk Chetouane, Kepala Strategi Pasar Global di Natixis Investment Manager, menilai bahwa pasar berada dalam kondisi "reaktif berlebihan" akibat kebisingan kebijakan di awal masa jabatan Presiden AS Donald Trump. Ia menambahkan bahwa prospek deglobalisasi dan hilangnya aset 'safe haven' telah mengaburkan pola investasi yang biasa terjadi dalam kondisi risk-off.

    Di sisi lain, laporan musim laba menjadi fokus baru investor. Data terbaru dari LSEG menunjukkan bahwa ekspektasi pendapatan perusahaan-perusahaan Eropa untuk kuartal pertama kini diproyeksikan turun sebesar 3 persen. Angka ini memburuk dari estimasi penurunan 2,2 persen yang dirilis seminggu sebelumnya, mencerminkan dampak tekanan ekonomi global dan kebijakan proteksionis yang sedang berlangsung.

    Salah satu perusahaan yang mencatatkan penurunan tajam adalah Bunzl, distributor perlengkapan bisnis asal Inggris. Saham perusahaan ini anjlok hingga 25,6 persen setelah mereka menurunkan proyeksi kinerja untuk 2025 dan menghentikan sementara program pembelian kembali saham.

    Namun tidak semua sektor mencatatkan performa negatif. Sektor energi tampil solid, naik 1,2 persen mengikuti lonjakan harga minyak mentah dunia. Kenaikan ini membantu meredam sebagian kerugian di sektor teknologi. Selain itu, saham Heineken mencuri perhatian setelah melonjak 5 persen, menyusul laporan penjualan kuartalan yang melampaui ekspektasi dan keputusan perusahaan untuk mempertahankan panduan tahunannya.

    Sementara itu, pelaku pasar juga menanti keputusan suku bunga terbaru dari Bank Sentral Eropa (ECB) yang akan diumumkan Kamis. Data akhir inflasi konsumen zona euro untuk Maret menunjukkan kenaikan 2,2 persen secara tahunan (year-on-year), memperkuat ekspektasi pasar terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh ECB.

    Secara keseluruhan, ketegangan perdagangan, tekanan pada sektor teknologi, dan ketidakpastian makroekonomi menciptakan suasana hati-hati di kalangan investor Eropa. Semua mata kini tertuju pada arah kebijakan moneter dan musim laporan keuangan sebagai indikator utama untuk membaca arah pasar selanjutnya.

    Di Asia, pasar saham kembali bergerak dalam zona campuran, di mana investor penuh kehati-hatian di tengah ketegangan geopolitik, kekhawatiran perlambatan ekonomi global, dan tekanan dari sektor teknologi. Sebagian besar bursa utama di kawasan ini ditutup melemah, meskipun beberapa indeks menunjukkan ketahanan dengan mencatatkan penguatan terbatas.

    Di Jepang, indeks Nikkei 225 mencatatkan penurunan signifikan sebesar 1,01 persen ke level 33.920. Pelemahan ini turut diikuti oleh indeks Topix yang turun 0,61 persen ke 2.498. Investor di pasar Jepang cenderung menahan diri, terutama setelah rilis data ekonomi terbaru yang mengindikasikan tekanan terhadap konsumsi domestik dan ketidakpastian arah kebijakan suku bunga Bank of Japan.

    Sementara itu, bursa di China menunjukkan pergerakan yang lebih beragam. Indeks Shanghai Composite justru mampu mencatatkan kenaikan sebesar 0,26 persen ke level 3.276, sedangkan CSI 300 yang mengukur kinerja saham-saham unggulan di Shanghai dan Shenzhen naik 0,31 persen ke 3.772. Namun, indeks Shenzhen Component justru tertekan dan berakhir melemah 0,85 persen ke posisi 9.774. 

    Kinerja yang bervariasi ini mencerminkan pandangan pasar yang terbagi terhadap prospek pemulihan ekonomi China, yang meskipun menunjukkan tanda-tanda stabilisasi, masih dibayangi oleh lemahnya sektor properti dan konsumsi.

    Bursa Hong Kong mengalami pelemahan paling tajam di kawasan, dengan indeks Hang Seng terjun 1,91 persen ke 21.056. Penurunan ini dipicu oleh tekanan pada saham teknologi dan kekhawatiran investor terhadap prospek pertumbuhan global yang melambat. Ketidakpastian hubungan dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat juga membebani sentimen di bursa tersebut.

    Di Korea Selatan, indeks Kospi terkoreksi 1,21 persen ke 2.447. Pasar saham Negeri Ginseng ini menghadapi tekanan akibat aksi jual pada saham-saham teknologi dan manufaktur, seiring meningkatnya kekhawatiran terhadap ekspor dan dampak lanjutan dari kebijakan moneter global yang ketat. 

    Di Taiwan, indeks Taiex jatuh 1,96 persen ke 19.468, menandai salah satu pelemahan terburuk hari itu. Pelemahan tajam di pasar Taiwan mencerminkan sensitivitas pasar terhadap ketegangan geopolitik di kawasan serta tekanan pada perusahaan semikonduktor besar yang menjadi andalan ekspor negara tersebut.

    Sementara itu, indeks acuan di Australia, ASX200, relatif stabil dan hanya turun tipis 0,04 persen ke level 7.758. Pasar Australia tampak lebih tangguh dibanding bursa regional lainnya, didukung oleh kenaikan harga komoditas dan ekspektasi bahwa kebijakan suku bunga tidak akan dinaikkan dalam waktu dekat.

    Secara keseluruhan, pasar saham Asia saat ini menghadapi dinamika global yang kompleks. Ketegangan geopolitik, kekhawatiran terhadap kondisi makroekonomi global, dan tekanan pada sektor teknologi menjadi tema utama yang mendominasi sentimen investor. 

    Dalam waktu dekat, arah kebijakan bank sentral utama dunia serta rilis data ekonomi dari Amerika Serikat dan Tiongkok akan menjadi faktor penentu selanjutnya bagi pergerakan indeks-indeks utama di kawasan Asia.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79