KABARBURSA.COM - Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Batam dan Bintan, akan mendapat tantangan baru dengan munculnya rencana Malaysia dan Singapura membangun KEK lintas batas pertama di Asia Tenggara.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Ketua Tim Pelaksana Dewan Nasional KEK, Susiwijono Moegiarso, menjelaskan bahwa pengembangan KEK ini adalah langkah strategis untuk meningkatkan daya saing internasional.
Menurut Susi, KEK Batam dan Bintan menyediakan berbagai fasilitas dan kemudahan “ultimate” bagi investor, khususnya investor asing, termasuk fasilitas fiskal seperti perpajakan, kepabeanan, dan cukai.
Fasilitas non fiskal yang disediakan mencakup aspek pertanahan, perizinan, keimigrasian, investasi, ketenagakerjaan, serta dukungan infrastruktur wilayah dan konektivitas.
“Secara umum, KEK kita siap untuk bersaing dengan adanya kolaborasi Malaysia dan Singapura dalam pengembangan Zona Khusus,” ujar Susi.
Namun, untuk tetap kompetitif, Susi menekankan perlunya evaluasi berkala terhadap KEK Batam dan Bintan.
“Jika fasilitas dan kemudahan yang ada di KEK ini dinilai kurang kompetitif, kami akan melakukan penyesuaian dengan menambahkan insentif atau dukungan dari pemerintah, baik dari infrastruktur keras maupun lunak, serta regulasi dan kemudahan lainnya,” ujarnya.
Menteri Ekonomi Malaysia, Rafizi Ramli, menyatakan rencana untuk mengembangkan zona ekonomi khusus dengan Singapura. Zona lintas batas ini diharapkan dapat menarik investasi baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi di kedua negara.
“Pihak Malaysia dan Singapura telah mengambil langkah terakhir. Kami berharap dapat menandatangani kesepakatan dan meluncurkan zona ini pada bulan September,” kata Rafizi.
Dengan persaingan yang semakin ketat, KEK Batam dan Bintan perlu mempertahankan daya tariknya dengan terus meningkatkan fasilitas dan kemudahan yang ditawarkan kepada para investor.
Evaluasi yang berkelanjutan dan responsif terhadap perubahan pasar akan menjadi kunci untuk memastikan KEK ini tetap menjadi destinasi investasi yang menarik di kawasan Asia Tenggara.
Singapura Wajibkan Maskapai Udara Gunakan Bioavtur
Harga tiket pesawat ke Singapura diperkirakan akan meningkat karena penerapan kebijakan baru oleh pemerintah Singapura yang mengharuskan penggunaan bioavtur.
Eniya Listiani Dewi, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) di Kementerian ESDM, mengungkapkan bahwa mulai 1 Januari 2026, semua pesawat yang berangkat dari Singapura diwajibkan menggunakan bioavtur.
“Dengan penerapan kebijakan ini, harga tiket pesawat ke Singapura diperkirakan akan naik. Mulai 1 Januari 2026, pesawat yang terbang dari Bandara Changi akan menggunakan bioavtur sebesar 1 persen, yang biayanya akan dibebankan ke tiket penumpang,” jelas Eniya saat berbicara di acara Green Economy Expo 2024 di Jakarta Convention Center, Kamis, 4 Juli 2024.
Namun demikian, Eniya juga melihat kebijakan ini sebagai peluang bisnis. Menurutnya, Indonesia harus bersiap untuk mengadopsi penggunaan bahan bakar pesawat yang lebih ramah lingkungan.
“Kita harus melihat ini sebagai peluang bisnis dan tantangan. Kita perlu mempersiapkan diri dengan baik. Pertamina juga sudah mulai mempersiapkan penggunaan bioavtur berbasis minyak kelapa sawit,” ungkapnya.
Peta jalan penggunaan bioavtur di Indonesia telah disusun oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves), dan berbagai kementerian terkait sedang memberikan masukan untuk menyempurnakan peta jalan tersebut.
“Saat ini, berbagai kementerian sedang dalam proses konsensus untuk memberikan masukan,” tutur Eniya.
Pertamina dan Institut Teknologi Bandung (ITB) telah bekerja sama dalam mengembangkan bioavtur dengan memproduksi bahan bakar J 2.4 yang mengandung 2,4 persen bahan bakar nabati. Uji coba penerbangan pertama menggunakan bioavtur ini dilakukan pada September 2021 dengan pesawat CN 235-220 FTB yang terbang dari Bandung ke Jakarta.
Pada Oktober 2023, Pertamina berhasil melakukan uji terbang dengan bahan bakar campuran avtur dan minyak sawit yang diberi nama Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) pada pesawat komersial Garuda Indonesia. Uji coba ini dilakukan menggunakan pesawat Boeing 737-800 NG yang terbang dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta ke Bandara Internasional Adi Soemarmo.
Implementasi kebijakan ini menunjukkan komitmen kedua negara untuk mengurangi emisi karbon dan meningkatkan penggunaan energi terbarukan di sektor penerbangan. Dengan adanya kerja sama antara pemerintah dan perusahaan seperti Pertamina, diharapkan Indonesia dapat memimpin dalam inovasi bioavtur di kawasan Asia Tenggara.
Tiket Pesawat RI nomor Dua Termahal di Dunia
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menyoroti masalah harga tiket pesawat yang tinggi di Indonesia. Kata dia, harga tiket pesawat di Indonesia merupakan salah satu yang termahal di dunia.
Luhut menjelaskan bahwa harga tiket pesawat yang tinggi disebabkan oleh pulihnya aktivitas penerbangan setelah pandemi COVID-19.
Dia juga memproyeksikan bahwa pada tahun ini, jumlah penumpang global diperkirakan mencapai 4,7 miliar, meningkat sebesar 200 juta dibandingkan dengan tahun 2019.
“Harga tiket penerbangan yang cukup tinggi telah menjadi keluhan banyak orang akhir-akhir ini, yang disebabkan oleh pulihnya aktivitas penerbangan global mencapai 90 persen dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi. Berdasarkan data dari IATA, diproyeksikan bahwa pada tahun 2024 akan ada 4,7 miliar penumpang global, atau meningkat sebanyak 200 juta penumpang dibandingkan dengan tahun 2019,” kata Luhut seperti yang dikutip dari akun Instagram pribadinya, Kamis, 11 Juli 2024.
Bahkan, kata Luhut, harga tiket pesawat di Indonesia termahal kedua di antara negara berpenduduk tinggi setelah Brasil.
“Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN dan negara berpenduduk tinggi, harga tiket penerbangan Indonesia jadi yang termahal kedua setelah Brasil,” tuturnya.
Terkait hal tersebut, pihaknya pun menyiapkan sejumlah strategi untuk menurunkan harga tiket pesawat. Salah satunya ialah melakukan evaluasi biaya operasi.
“Kami menyiapkan beberapa langkah untuk efisiensi penerbangan dan penurunan harga tiket, misalnya evaluasi operasi biaya pesawat,” imbuhnya. (*)