KABARBURSA.COM - Sakti Wahyu Trenggono, yang kini kembali menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) di Kabinet Merah Putih, bukanlah sosok baru di dunia bisnis. Sebelum terjun ke birokrasi, Wahyu memiliki pengalaman panjang di sektor korporasi, salah satunya adalah perannya sebagai komisaris di PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). Kehadiran Wahyu di MDKA, terutama pada periode 2018-2019, membawa pengaruh signifikan dalam strategi perusahaan, terutama di sektor pertambangan emas dan tembaga. Kini, setelah beberapa tahun berlalu sejak ia meninggalkan jabatannya, bagaimana perkembangan kinerja perusahaan tersebut?
Jejak Wahyu di MDKA
Sakti Wahyu Trenggono tercatat menjabat sebagai komisaris MDKA berdasarkan akta notaris Noor 25 Tahun 2018. Masa jabatannya berakhir pada 2019, saat ia memutuskan untuk lebih fokus pada kariernya di bidang pemerintahan. Di bawah kepemimpinan Wahyu sebagai komisaris, MDKA menjalani beberapa periode penting yang turut memengaruhi fondasi bisnisnya di masa mendatang. Selama kepemimpinannya, perusahaan terus memperkuat pengelolaan sumber daya dan memperluas kapasitas produksi, yang berdampak pada stabilitas keuangan MDKA.
Wahyu dikenal sebagai sosok yang strategis dan mampu membawa perusahaan menghadapi berbagai tantangan di sektor pertambangan yang memiliki risiko tinggi. Dengan pengalaman manajerialnya, ia berkontribusi dalam menetapkan kebijakan yang membantu MDKA tumbuh dalam lingkungan bisnis yang kompetitif.
Kinerja Keuangan MDKA Setelah Masa Kepemimpinan Wahyu
Setelah Sakti Wahyu Trenggono tidak lagi menjabat sebagai komisaris, MDKA terus beroperasi dan menghadapi berbagai dinamika di sektor pertambangan. Data keuangan terbaru dari emiten ini menunjukkan fluktuasi yang signifikan.
Mengutip data Stockbit, tahun 2022 menjadi salah satu periode paling cemerlang bagi MDKA, di mana perusahaan berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp911 miliar. Capaian ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yang didorong oleh stabilitas operasional dan kondisi pasar yang mendukung.
Namun, tren positif tersebut tidak bertahan lama. Memasuki tahun 2023, laporan keuangan MDKA mencatatkan perubahan drastis dengan kerugian sebesar Rp319 miliar. Pembalikan dari profitabilitas ke kerugian ini mengindikasikan adanya tekanan berat yang dihadapi perusahaan, baik dari sisi operasional maupun fluktuasi harga komoditas di pasar global. Kondisi ini berlanjut hingga paruh pertama 2024, di mana laporan keuangan yang telah di-annualisasi menunjukkan kerugian yang lebih besar, mencapai Rp410 miliar.
Melihat kinerja per kuartal pada 2024, perusahaan membukukan kerugian sebesar Rp242 miliar di kuartal pertama, yang berbeda jauh dengan capaian pada kuartal yang sama tahun 2023 saat perusahaan masih mencatatkan laba sebesar Rp47 miliar. Meskipun ada sedikit perbaikan di kuartal kedua dengan laba Rp37 miliar, angka tersebut tetap tidak cukup untuk membalikkan situasi keseluruhan tahun, yang masih memperlihatkan tren kerugian.
Profitabilitas dan Pertumbuhan
Jika dilihat dari segi profitabilitas, margin laba kotor (gross profit margin) MDKA untuk kuartal terbaru berada di angka 9,91 persen. Ini berarti, dari setiap pendapatan yang diterima, hanya sekitar 9,91 persen yang dapat dikonversi menjadi laba kotor setelah memotong biaya produksi. Sementara itu, margin laba operasi tercatat sebesar 7,42 persen, dan margin laba bersihnya tipis di angka 0,39 persen. Meskipun persentase tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mengelola biaya operasional, masih ada ruang untuk perbaikan agar laba bersih dapat lebih optimal di masa depan.
Dari sisi pertumbuhan, MDKA mencatatkan angka yang cukup menarik. Pertumbuhan pendapatan tahunan perusahaan mencapai 103,48 persen, menunjukkan adanya peningkatan pendapatan yang lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan laba kotor juga mencatatkan angka positif sebesar 321,48 persen, mengindikasikan adanya efisiensi dalam biaya produksi yang dijalankan perusahaan. Namun, pertumbuhan laba bersih tahunan sebesar 104,69 persen, meskipun signifikan, harus dilihat dalam konteks margin laba bersih yang masih tipis, sehingga menunjukkan adanya tantangan untuk mengubah pendapatan menjadi profitabilitas murni.
Harga Saham: Fluktuasi di Tengah Optimisme
Di pasar saham, MDKA juga mengalami fluktuasi harga yang cukup mencolok. Pada periode satu minggu terakhir, harga saham mengalami kenaikan sebesar 1,18 persen, sementara dalam periode satu bulan mencatatkan kenaikan yang lebih signifikan sebesar 13,22 persen. Kenaikan ini mengindikasikan optimisme investor terhadap potensi pemulihan kinerja perusahaan di masa mendatang. Namun, tren yang lebih panjang, seperti enam bulan terakhir, memperlihatkan penurunan harga saham sebesar 8,21 persen, menandakan adanya volatilitas yang masih tinggi dan ketidakpastian di pasar.
Dalam lima tahun terakhir, performa saham MDKA mencatatkan kenaikan sebesar 110,66 persen, mengindikasikan pertumbuhan yang solid dalam jangka panjang. Namun, dalam periode tiga tahun terakhir, harga saham justru turun sebesar 20,65 persen, menunjukkan adanya fase koreksi yang mungkin dipicu oleh berbagai faktor eksternal dan internal perusahaan.
Dividen dan Kebijakan Pembagian Laba
Dalam hal pembagian dividen, data menunjukkan bahwa MDKA tidak membagikan dividen dalam periode terbaru. Tidak adanya distribusi dividen ini bisa mencerminkan strategi perusahaan untuk mengalokasikan keuntungan kembali ke dalam operasional dan investasi perusahaan, terutama di tengah kondisi pasar yang menantang. Dengan demikian, fokus perusahaan tampaknya masih pada ekspansi dan pemulihan, alih-alih memberikan dividen kepada pemegang saham.(*)