KABARBURSA.COM - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menekankan bahwa sektor ritel menjadi faktorkunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional di atas 5 persen.
Kata Airlangga, mengacu pada data kuartal kedua tahun ini, di mana konsumsi rumah tangga menyumbang 54 persen dari perekonomian nasional, perlunya memfokuskan perhatian pada sektor ini.
"Pertumbuhan perekonomian nasional harus bisa lebih tinggi dari 5 persen. Sektor yang bisa digenjot adalah kue yang besar, yang 54 persen yang digenjot ini, maka perekonomian nasional akan gerak," kata Airlangga saat membuma acara Indonesia Retail Summit 2024 di Jakarta, Rabu, 28 Agustus 2024.
Menurut dia, jika pemerintah fokus meningkatkan kontribusi dari sektor lain justru hanya menyumbang 1-2 persen saja. Kondisi tersebut tidak akan cukup untuk membantu menggerakkan perekonomian nasional secara signifikan.
"Kalau kita genjot yang 1-2 persen, tidak akan bergerak perekonomian nasional," ujar Airlangga.
Dia memastikan pemerintah akan mendorong peritel dalam mengalihkan sebagian konsumsi masyarakat yang saat ini belanja di luar negeri ke pasar domestik, karena barang-barang tersebut sebenarnya sudah tersedia di dalam negeri.
"Kalau kita bisa mendapatkan setengah saja belanja orang Indonesia yang pergi keluar negeri, itu akan mendongkrak pembelian," tuturnya.
Bahkan, Airlangga menyatakan, semua barang yang dijual di luar negeri sebenarnya sudah tersedia di Indonesia. Namun persoalan harga, baik murah maupun mahal tergantung pada keputusan peritel tentang margin keuntungan mereka. Sementara, pemerintah hanya akan bertugas untuk memfasilitasi dan mendongkrak daya beli masyarakat melalui berbagai program.
"Tidak ada barang yang dijual di luar negeri tidak ada di Indonesia, saya bisa pastikan itu. Masalah harganya murah atau mahal itu tergantung bapak-bapak (peritel) yang didepan ini mau untung berapa dia. Tidak tergantung pemerintah ya, pemerintah hanya memfasilitasi saja, mendongkrak daya beli dengan berbagai program," imbuh Airlangga.
Adapun untuk mendongkrak daya beli, kata Airlangga lagi, pemerintah tidak akan memberikan insentif tambahan khusus untuk kelas menengah. Namun, pemerintah akan memberikan subsidi dan bantuan yang sudah ada seperti subsidi BBM, listrik, dan Program Keluarga Harapan (PKH). tidak memberikan insentif tambahan khusus untuk kelas menengah.
"Pemerintah sudah memberikan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Program Kartu Prakerja. Jadi, sudah banyak yang didorong untuk pemberdayaan kelas menengah," ucap Airlangga.
Kembali Airlangga menjelaskan, dukungan terhadap sektor ritel tidak hanya bermanfaat untuk memperkuat ekonomi nasional tetapi juga untuk menjaga daya tahan ekonomi terhadap fluktuasi global.
Dipaparkannya, pada tahun 2023, nilai transaksi ritel mencapai Rp700 triliun dan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 12 persen dari 2022 hingga 2023, sektor ritel terbukti memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas ekonomi.
Di kesempatan itu Airlangga juga memberitahu bahwa
perekonomian global diprediksikan akan tumbuh hanya 3 hingga 4 persen tahun depan, jauh di bawah tingkat pertumbuhan pra pandemi. Dalam konteks ini, sektor ritel diharapkan dapat menjadi pilar utama perekonomian nasional.
Ia juga menyoroti peran kelas menengah dalam mendukung sektor ritel, dengan populasi kelas menengah dan calon kelas menengah yang mencapai 164 juta orang.
"Kelas menengah kita ini jumlahnya cukup besar di mana kita punya kelas menengah yang jumlahnya 164 juta orang, termasuk juga aspiring middle class," pungkas Airlangga.
Omzet Industri Ritel di Jakarta Rp700 Triliun
Di kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa jumlah ritel di suatu negara dapat menjadi indikator pertumbuhan ekonomi nasional.
Kata Airlangga, menurut laporan World Bank, sektor konsumsi atau ritel di Indonesia terus mengalami pertumbuhan sejak 2022. Pusat perbelanjaan di Indonesia, terutama di Jakarta, termasuk dalam kategori yang terbaik dan modern.
"Berapa jumlah Alfamarat, Indomaret, Ace Hardware, itu menjadi indikator ekonomi nasional. Berapa outlet daripada iBox, itu juga jadi indikator daya beli ritel kita," ujar Airlangga dalam pembukaan Indonesia Retail Summit 2024 di Jakarta, Rabu 28 Agustus 2024.
Airlangga mengaku dirinya mendengar dari Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO) Budihardjo Iduansjah bahwa omzet industri ritel di Jakarta mencapai hingga Rp 700 triliun per tahun.
"Saya ingin menyampaikan bahwa ritel di Jakarta ini, memang tadi Pak Budi (Ketua Umum HIPPINDO) mengatakan omzet yang ada di ruangan ini Rp700 triliun per tahun. Jadi ini adalah sebuah angka yang besar," katanya.
Airlangga juga menjelaskan bahwa sektor ritel di Jakarta kuat karena pendapatan per kapita di kota ini telah melewati jebakan pendapatan kelas menengah atau middle income trap.
Rata-rata pendapatan di Jakarta, menurut Airlangga, telah mencapai USD20.000 atau sekitar Rp300 juta per tahun, yang mendorong berdirinya berbagai pusat perbelanjaan.
"Sebetulnya kalau kita monitor pertumbuhan ekonomi itu bisa monitor, jenis ritel di kota itu bisa mencerminkan berapa level income per kapita," katanya.
Bahkan, dia mengungkapkan, pertumbuhan pesat industri ritel di Jakarta dapat dilihat dari kualitas mal yang lebih baik dari negara lain.
Dengan demikian menurutnya, pesatnya industri ritel di Jakarta membuat pendapatan per kapita kota tersebut mencapai USD20.000 per tahun, sehingga pertumbuhan ritelnya terus digenjot. Hal ini kata dia, juga perlu dicontoh kota-kota besar lainnya di Indonesia.
"Kita tahu kalau mal di Indonesia khususnya Jakarta lebih baik dari berbagai mal di global, termasuk di San Francisco," jelas Airlangga.
Airlangga memastikan pemerintah akan terus mendukung daya beli masyarakat kelas menengah dengan memberikan berbagai program seperti bantuan iuran BPJS Kesehatan, Kartu Prakerja, dan subsidi energi.
"Jadi inilah program bantalan yang dilakukan oleh pemerintah agar setiap masyarakat punya akses saving untuk daya beli dan juga untuk ke depan. Middle class kita kan cirinya adalah yang dibeli atau yang dibelanjakan itu beyond food and beverage, selain makanan dan minuman," ucap Airlangga. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.