Logo
>

Singgung India-Turki, Bos OJK Klaim Ekonomi RI Lebih Tangguh

Kinerja ekonomi nasional yang solid juga didukung oleh lembaga pemeringkat internasional.

Ditulis oleh Cicilia Ocha
Singgung India-Turki, Bos OJK Klaim Ekonomi RI Lebih Tangguh
Gedung Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Jakarta. (Foto: Kabarbursa/Abbas Sandji)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan bahwa sektor jasa keuangan Indonesia tetap stabil di tengah tantangan perekonomian global. 

    Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menilai kondisi perekonomian global saat ini menunjukkan kecenderungan pergerakan yang berbeda-beda (divergent). Adapun data terbaru mencatat, perekonomian Amerika Serikat (AS) tumbuh di bawah ekspektasi, sementara Eropa dan China justru mencatatkan pertumbuhan di atas perkiraan sebelumnya.

    “Volatilitas pasar tetap tinggi akibat ketidakpastian arah kebijakan ekonomi global serta risiko geopolitik yang terus meningkat," ujar Mahendra dalam Konferensi Pers Asesmen sektor jasa keuangan dan kebijakan OJK berdasarkan hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) bulanan Maret 2025, Jumat, 11 April 2025.

    Mahendra menambahkan bahwa Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2025 menjadi 3,1 persen, dan 3 persen pada 2026, terutama karena meningkatnya hambatan perdagangan dan ketidakpastian kebijakan. Untuk Indonesia, OECD memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan mencapai 4,9 persen pada tahun ini.

    “Namun penurunan itu masih sejalan dengan perbandingan peer countries ataupun negara-negara berkembang di kawasan dan di keluar kawasan kita,” kata Mahendra.

    Di sisi lain, Federal Reserve (The Fed) memprediksi ekonomi AS akan mengalami kontraksi pada kuartal pertama 2025, setelah tumbuh 2,4 persen di kuartal IV 2024. Tingkat pengangguran AS pun meningkat menjadi 4,2 persen. Sementara itu, China menunjukkan tanda-tanda perbaikan ekonomi berkat stimulus pemerintah yang mendorong konsumsi domestik, tercermin dari naiknya penjualan ritel dan kendaraan.

    Dalam negeri, kondisi tetap terkendali. OJK mencatat, inflasi indeks harga konsumen pada Maret 2025 tercatat 1,03 persen, dengan inflasi inti di Februari 2025 sebesar 2,48 persen.

    Kinerja ekonomi nasional yang solid juga didukung oleh lembaga pemeringkat internasional. Moody’s Investors Service mempertahankan peringkat kredit Indonesia pada level Baa2 dengan outlook stabil, sementara Fitch Ratings mempertahankan rating BBB dengan outlook stabil. 

    “Kinerja perekonomian nasional masih solid, sejalan juga dengan hasil tinjauan berkala dari lembaga pemeringkat Moody’s Investors Service yang menegaskan bahwa peringkat kredit Indonesia di level BAA2 dengan outlook stabil,” ungkap Mahendra.

    Lebih lanjut, dari sisi eksternal, indikator kerentanan Indonesia juga relatif lebih baik dibandingkan negara lain. Defisit fiskal Indonesia tercatat 2,29 persen, lebih rendah dibandingkan India (7,8 persen) dan Turki (5,2 persen). Rasio utang luar negeri terhadap PDB Indonesia mencapai 30,42 persen, sementara Turki 43,9 persen dan India 19,3 persen.

    Sementara itu, transaksi berjalan Indonesia mencatatkan surplus 0,63 persen terhadap PDB, dibandingkan India yang mengalami defisit 1,1 persen dan Turki 2,2 persen.

    Proyeksi Ekonomi 2025: Tumbuh Optimistis?

    Memasuki tahun 2025, pemerintah optimistis terhadap daya tahan dan prospek perekonomian nasional. Di tengah ketidakpastian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan tetap berada di kisaran 5,2 persen. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa stabilitas domestik yang kuat, konsumsi masyarakat, dan dukungan fiskal menjadi penopang utama pertumbuhan.

    Pada triwulan III-2024, ekonomi nasional mencatat pertumbuhan 4,95 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan negara-negara seperti Thailand dan Korea Selatan. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) serta Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur di angka 51,2 mencerminkan optimisme dan ekspansi sektor riil.

    Sejumlah program pemerintah terbukti mendorong aktivitas ekonomi, seperti Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 2024 yang mencatat transaksi Rp31,2 triliun, naik 21,4 persen dari tahun sebelumnya. Program “Belanja di Indonesia Aja” (BINA) dan “EPIC Sale” juga memberikan kontribusi signifikan terhadap konsumsi domestik, dengan transaksi masing-masing mencapai Rp25,4 triliun dan Rp14,9 triliun.

    Selain menjaga konsumsi, pemerintah juga meluncurkan paket stimulus akhir 2024, termasuk bantuan pangan 10 kg beras untuk 16 juta KPM, diskon listrik 50 persen, dan insentif fiskal seperti PPN DTP dan keringanan PPh 21.

    Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto memasang target ambisius: pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen dalam lima tahun ke depan. Strategi utamanya mencakup hilirisasi industri, swasembada pangan, dan penguatan energi nasional. Program prioritas seperti keanggotaan Indonesia di BRICS dan distribusi makanan bergizi telah menjadi langkah awal menuju visi tersebut.

    Hilirisasi nikel menjadi contoh nyata, dengan ekspor produk nikel mencapai USD33,52 miliar pada 2023—naik 745 persen dibanding 2017. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) juga memainkan peran penting, seperti KEK Gresik, Kendal, dan Galang Batang yang menarik investasi Rp82,6 triliun dan menyerap lebih dari 42.000 tenaga kerja sepanjang 2024.

    Menteri Airlangga menegaskan bahwa pencapaian pertumbuhan ekonomi jangka panjang memerlukan sinergi lintas sektor. Kolaborasi erat antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat menjadi kunci utama untuk mengubah tantangan menjadi peluang menuju Indonesia yang lebih tangguh dan berdaya saing global. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Cicilia Ocha

    Seorang jurnalis muda yang bergabung dengan Kabar Bursa pada Desember 2024. Menyukai isu Makro Keuangan, Ekonomi Global, dan Energi. 

    Pernah menjadi bagian dalam desk Nasional - Politik, Hukum Kriminal, dan Ekonomi. Saat ini aktif menulis untuk isu Makro ekonomi dan Ekonomi Hijau di Kabar Bursa.