Logo
>

Soal Investasi Asing, RI Kalah Menawan dari Singapura

Ditulis oleh Yunila Wati
Soal Investasi Asing, RI Kalah Menawan dari Singapura

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indonesia, sebagai negara ekonomi terbesar di ASEAN, memiliki potensi yang sangat besar dalam menarik investasi asing. Namun, meskipun posisinya yang strategis, rupanya Indonesia kalah menawan dibandingkan Singapura. Aliran dana investasi asing langsung (FDI) ke Indonesia masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara tetangga itu.

    Menteri Investasi dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani, mengungkapkan bahwa total investasi yang masuk ke ASEAN mencapai hampir USD300 miliar, dengan sekitar setengahnya, atau lebih tepatnya antara USD280 miliar hingga USD220 miliar, mengalir ke Singapura. Sementara itu, Indonesia hanya menerima sekitar 10 persen dari total FDI tersebut.

    Rosan mencatat bahwa meskipun Indonesia menyumbang hampir 40 persen dari total ekonomi ASEAN dan memiliki populasi sekitar 640 juta jiwa yang hampir 40 persen berada di Indonesia, daya tarik investasi asing masih belum optimal.

    Selain itu, luas lahan di Indonesia juga mencakup hampir 40 persen dari total luas lahan ASEAN, menandakan adanya potensi besar yang belum sepenuhnya dimanfaatkan.

    Menurut Rosan, kontribusi investasi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat signifikan. Sekitar 54 sampai 55 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia berasal dari konsumsi domestik, sementara 28 persen berasal dari investasi.

    Sisa pertumbuhan dihasilkan dari belanja pemerintah, ekspor-impor, dan komponen lainnya. Dengan meningkatnya investasi, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, terutama dalam konteks Indonesia yang berupaya untuk keluar dari status negara menengah dan menuju negara berpendapatan tinggi.

    Rosan juga menyoroti pentingnya periode bonus demografi yang tengah dinikmati Indonesia, yang puncaknya diperkirakan akan berakhir pada tahun 2039-2040. Hal ini menciptakan jendela peluang yang berharga bagi Indonesia untuk menarik lebih banyak investasi dan memperkuat pertumbuhan ekonomi.

    Potensi investasi asing di Indonesia masih sangat besar, dan pemerintah perlu terus berupaya menciptakan iklim investasi yang lebih baik untuk menarik lebih banyak aliran dana. Dengan upaya yang tepat, Indonesia dapat memanfaatkan bonus demografi dan posisi ekonominya yang kuat untuk mencapai status negara berpendapatan tinggi.

    Keberhasilan dalam menarik investasi tidak hanya akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga akan membuka lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

    Dana Asing Keluar, Artinya?

    Bank Indonesia (BI) melaporkan adanya penarikan dana asing dari pasar keuangan domestik dalam periode 9-12 September 2024. Dalam laporan tersebut, tercatat dana investor asing (nonresiden) mengalami jual neto sebesar Rp1,31 triliun. Penarikan ini menjadi perhatian mengingat pengaruhnya terhadap stabilitas pasar keuangan Indonesia.

    Minggatnya dana asing dalam minggu ini terutama disebabkan oleh keluarnya dana dari Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), yang tercatat sebesar Rp3,59 triliun. Selain itu, pasar Surat Berharga Negara (SBN) juga mengalami penurunan, dengan pengurangan dana sebesar Rp0,18 triliun. Hal ini menunjukkan adanya perubahan dalam minat investasi asing terhadap instrumen keuangan domestik.

    Namun, di tengah keluarnya dana dari SRBI dan SBN, pasar saham Indonesia justru mengalami lonjakan minat dari investor asing. Dalam periode yang sama, investor asing tercatat melakukan pembelian bersih (beli neto) sebesar Rp2,46 triliun di pasar saham. Ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat penarikan dana dari instrumen lain, pasar saham masih menarik perhatian investor asing.

    Berdasarkan data setelmen hingga 12 September 2024, investor asing tercatat melakukan pembelian bersih sebesar Rp31,47 triliun di pasar saham, Rp10,37 triliun di pasar SBN, dan Rp184,03 triliun di SRBI sepanjang tahun 2024.

    Di semester kedua tahun 2024, aliran masuk dana nonresiden terus berlanjut dengan pembelian bersih sebesar Rp31,13 triliun di pasar saham, Rp44,33 triliun di pasar SBN, dan Rp53,68 triliun di SRBI.

    Salah satu indikator penting yang perlu diperhatikan adalah premi risiko atau Credit Default Swap (CDS) Indonesia. Per 12 September 2024, CDS Indonesia lima tahun tercatat turun ke level 69,63 basis poin (bps) dari sebelumnya 70,45 bps per 6 September 2024. Penurunan ini menunjukkan bahwa risiko berinvestasi di SBN semakin menurun, yang dapat menjadi sinyal positif bagi investor.

    Walaupun terdapat aliran keluar dana asing dari SRBI dan SBN, minat investasi di pasar saham menunjukkan ketahanan dan daya tarik pasar Indonesia bagi investor global.

    Penurunan CDS juga mengindikasikan bahwa risiko investasi semakin rendah, memberikan harapan bagi stabilitas pasar keuangan domestik. Dengan demikian, meskipun ada tantangan, potensi untuk pertumbuhan investasi di Indonesia tetap ada, dan pemerintah serta BI perlu terus memantau perkembangan ini untuk menjaga kepercayaan investor.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79