KABARBURSA.COM - Melimpahnya stok minyak AS kembali menekan harga minyak dunia. Pada penutupan perdagangan Kamis dini hari WIB, 24 Oktober 2024, harga minyak dunia mengalami penurunan signifikan. Selain meningkatnya stok minyak mentah AS yang melampaui ekspektasi pasar, kekhawatiran akan melemahnya permintaan global, terutama dari China ikut mempengaruhi. Juga, penguatan dolar AS turut memberikan tekanan pada harga minyak dan menjadikan komoditas ini lebih mahal bagi pembeli internasional yang menggunakan mata uang lain.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November 2024 turun sebesar 97 sen atau 1,35 persen menjadi USD70,77 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember 2024 juga turun sebesar USD1,08 atau 1,42 persen menjadi USD74,96 per barel di London ICE Futures Exchange.
Menurut laporan yang dirilis oleh Badan Informasi Energi (EIA) AS, stok minyak mentah di negara tersebut naik 5,5 juta barel pada pekan yang berakhir 18 Oktober 2024, mencapai total 426 juta barel. Angka ini jauh melebihi prediksi analis yang memperkirakan kenaikan sebesar 270.000 barel.
Lonjakan stok ini sebagian besar disebabkan oleh peningkatan impor minyak mentah setelah terjadinya Badai Milton, yang sebelumnya mengganggu operasi kilang.
Presiden Lipow Oil Associates Andrew Lipow, menjelaskan bahwa kenaikan signifikan dalam stok minyak AS ini terjadi karena peningkatan impor pasca-badai, sementara aktivitas penyulingan terus meningkat setelah selesainya perawatan kilang musiman. Peningkatan tersebut juga menyebabkan akumulasi persediaan bensin, meskipun terdapat penurunan kecil pada persediaan sulingan minggu lalu.
Selain itu, penguatan dolar AS juga menjadi pemicu penurunan harga minyak. Indeks dolar mencapai level tertinggi sejak akhir Juli 2024, sehingga minyak yang diperdagangkan dalam denominasi dolar menjadi lebih mahal bagi pembeli internasional yang menggunakan mata uang selain dolar. Hal ini dapat mengurangi permintaan minyak global.
Begitu pula dengan ketegangan geopolitik yang berlangsung di Timur Tengah juga terus mempengaruhi dinamika pasar minyak. Meskipun risiko gangguan pasokan akibat konflik di kawasan tersebut sedikit mereda, ketidakpastian tetap ada.
Analis pasar terus memantau respons Israel terhadap serangan rudal Iran, serta perkembangan konflik antara Israel dan kelompok militan Hamas serta Hizbullah. Meski ada seruan dari Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken untuk menghentikan pertempuran, situasi di lapangan, seperti serangan udara Israel di kota Tyre, Lebanon, menunjukkan bahwa konflik masih jauh dari penyelesaian.
Potensi Dampak Jangka Panjang
Kendati harga minyak sempat mengalami kenaikan pada awal pekan ini, pergerakan tersebut tidak cukup untuk mengimbangi penurunan lebih dari 7 persen yang terjadi minggu lalu akibat kekhawatiran melemahnya permintaan dari China. Dengan kondisi stok minyak yang terus meningkat dan penguatan dolar AS, pasar minyak global diperkirakan akan tetap berfluktuasi dalam waktu dekat.
Ketidakpastian mengenai permintaan energi global, terutama dari China, serta kemungkinan terhambatnya upaya gencatan senjata di Timur Tengah, dapat terus memberikan tekanan pada harga minyak di masa mendatang. Pelaku pasar juga akan terus memantau perkembangan kebijakan ekonomi global dan geopolitik yang dapat mempengaruhi pasokan dan permintaan minyak dunia.
Penurunan harga minyak dunia pada 24 Oktober 2024 mencerminkan kombinasi berbagai faktor, termasuk lonjakan stok minyak mentah AS, penguatan dolar, dan ketidakpastian di Timur Tengah. Dalam jangka pendek, harga minyak diperkirakan masih akan dipengaruhi oleh perkembangan geopolitik dan fluktuasi permintaan global, terutama dari ekonomi besar seperti China.
Sehari sebelumnya, harga minyak dunia terus melonjak pada Selasa, 22 Oktober 2024, melanjutkan kenaikan dua hari berturut-turut. Ketegangan di Timur Tengah dan tanda-tanda peningkatan permintaan dari China memperketat keseimbangan pasar, yang diperkirakan akan mendorong harga lebih tinggi dalam beberapa bulan mendatang.
Dilansir dari Reuters, harga minyak Brent untuk pengiriman Desember naik USD1,75 (2,4 persen) menjadi USD76,04 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk November naik USD1,53 (2,2 persen) menjadi USD72,09 per barel, berakhir setelah perdagangan ditutup waktu itu.
Beijing mulai menuai hasil dari upayanya membangkitkan ekonomi yang sempat melambat, membuat beberapa analis menaikkan perkiraan permintaan minyak dari China, pengimpor minyak terbesar dunia. Penurunan permintaan sebelumnya akibat elektrifikasi kendaraan kini berbalik, memberikan dorongan positif bagi harga minyak.
Penurunan stok minyak global juga mendukung sentimen positif di pasar. Data terbaru menunjukkan stok minyak bumi global mencapai 1,24 miliar barel minggu lalu, turun 5 juta barel dari tahun sebelumnya, menandakan adanya defisit pasokan pada kuartal keempat yang diperkirakan akan terus mendukung harga minyak dalam waktu dekat.
Namun, stok minyak mentah AS justru bertambah 1,64 juta barel minggu lalu. Di sisi lain, stok gabungan bensin dan bahan bakar distilasi turun sebanyak 3,5 juta barel. Angka resmi cadangan minyak AS akan diumumkan pemerintah pada Rabu. 23 Oktober 2024, waktu setempat.(*)