KABARBURSA.COM - PT Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang yang merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) di Jawa Tengah, resmi meluncurkan zona komersial dan hunian premium.
Langkah ini diambil seiring dengan tingginya permintaan pasar dan mengacu pada model kawasan industri terintegrasi seperti yang ada di Shenzhen, China.
Direktur Utama KIT Batang Ngurah Wirawan menjelaskan bahwa pembangunan zona komersial dan hunian ini dilakukan secara paralel dengan pembangunan kawasan industrinya.
“Mulai tahun depan, atau dalam dua hingga tiga tahun ke depan, kami akan melihat munculnya berbagai gedung seperti hotel, apartemen, pusat perbelanjaan, serta deretan kafe dan restoran di sepanjang garis pantai, serupa dengan pengembangan PIK 2. Selain itu, pembangunan pabrik juga tetap berlanjut,” kata Ngurah dalam acara di Grand Batang City, Jawa Tengah, Minggu, 15 Desember 2024.
Lanjut Ngurah, kawasan ini akan berkembang menjadi kota mandiri yang mendukung kebutuhan kawasan industri, termasuk menyediakan fasilitas wisata.
Ia juga mencatat bahwa volume lalu lintas kendaraan di jalur Tol Semarang-Batang diperkirakan akan meningkat dalam beberapa tahun ke depan, yang turut mendorong perkembangan kawasan ini.
Terkait dengan destinasi pariwisata, Ngurah menyatakan bahwa konsep wisata yang ditawarkan akan berbeda dari destinasi wisata populer lainnya seperti Bali atau Lombok.
“Kami menawarkan pengalaman yang lebih praktis dan mudah diakses. Misalnya, pengunjung yang datang dari Jakarta pada bulan Maret bisa mampir ke Batang dan menikmati kegiatan watersport di garis pantai. Kawasan ini berada di jalur lintas, sehingga pariwisatanya cocok untuk kunjungan singkat, mirip dengan pengalaman di Ancol,” jelasnya.
Ngurah mengungkapkan bahwa pengembangan KIT Batang kini berbeda dengan rencana awal. Semula, fokus utama pengembangan adalah pada industri hilirisasi, dengan membangun pabrik-pabrik seperti pabrik mobil listrik, motor listrik, baterai, panel surya, dan semikonduktor. Namun, pencarian investor untuk proyek-proyek tersebut tidaklah mudah.
“Investasi dalam sektor ini sangat besar dan keputusan strategis yang diambil sering memerlukan waktu yang lama, sementara kami perlu terus tumbuh dan menghidupi karyawan,” jelasnya.
Sejak berdiri, KIT Batang telah berhasil menjual lahan seluas 339 hektare dengan total nilai investasi mencapai Rp18,7 triliun.
Beberapa tenant internasional yang berinvestasi di kawasan ini berasal dari berbagai negara, seperti China, Korea Selatan, Chili, Thailand, Amerika Serikat, Jepang, Belanda, Taiwan, Singapura, serta Indonesia sendiri.
KIT Batang Disebut sebagai “Tambang Emas”
Direktur Utama PT Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Ngurah Wirawan, menyebut kawasan industri ini merupakan potensi luar biasa yang ibarat “tambang emas.”
Menurut Ngurah, dari sekian banyak proyek yang pernah ia tangani, KIT Batang memiliki potensi yang sangat besar.
“Batang ini, dari sekian proyek yang pernah saya tangani, merupakan ‘tambang emas’ yang luar biasa. Kenapa disebut demikian? Karena (beberapa tahun lalu) saat Pak Bahlil Lahadalia (Menteri ESDM) mencari lahan, dan akhirnya mendapatkan lokasi yang sangat strategis ini. Tanahnya solid, tidak ada potensi gempa, memiliki akses tol, dan akses kereta api yang sangat mendukung,” ujar Ngurah.
Ngurah menilai, berbagai keuntungan yang dimiliki KIT Batang membuat kawasan ini sangat istimewa dan berbeda dari kawasan industri lainnya.
Hal inilah yang membuatnya merasa bersyukur mendapat kesempatan untuk memimpin proyek ini, mengingat kondisi kawasan dan sekitarnya yang sangat mendukung kelancaran pekerjaannya.
Ngurah juga mengungkapkan bahwa KIT Batang telah memiliki masterplan, dokumen Analisis Dampak Lingkungan (Amdal), serta studi kelayakan proyek sejak tahun 2020.
“Rancang bangunnya terdiri dari tiga klaster yang dibangun secara bertahap dan paralel. Klaster pertama seluas 3.100 hektare akan menjadi kawasan industri utama, klaster kedua seluas 800 hektare direncanakan untuk residential dan pemukiman, seperti sebuah kota baru, sementara klaster ketiga akan difokuskan sebagai fasilitas pendidikan dan riset,” paparnya.
Hingga saat ini, total investasi yang sudah direalisasikan di KIT Batang mencapai Rp14 triliun, dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 19.000 orang.
Dengan infrastruktur yang sudah memadai serta berbagai fasilitas yang dimiliki Kabupaten Batang, kawasan industri ini juga mendukung perkembangan sektor industri baru di Jawa Tengah, seperti panel surya, alat kesehatan, dan industri baterai kendaraan listrik.
Kata Ngurah lagi, peran KIT Batang diperkirakan akan semakin penting ke depan, seiring dengan rencana pemberian fasilitas Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang dijadwalkan pada akhir tahun ini.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.