Logo
>

The Fed Rencanakan Pangkas Suku Bunga, Dolar Menguat

Ditulis oleh Yunila Wati
The Fed Rencanakan Pangkas Suku Bunga, Dolar Menguat

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Federal Reserve (The Fed) diproyeksikan akan memangkas suku bunga pada Desember 2024, namun skala pemangkasan hingga tahun 2025 diperkirakan lebih kecil dibandingkan prediksi sebelumnya.

    Kebijakan ekonomi yang direncanakan oleh Presiden terpilih Donald Trump, seperti tarif impor yang lebih tinggi dan pemotongan pajak, menjadi faktor utama yang meningkatkan risiko inflasi.

    Prospek pemangkasan suku bunga menjadi lebih kompleks karena kekuatan ekonomi AS yang terus berlanjut, inflasi yang masih di atas target, dan pasar saham yang mendekati rekor tertinggi.

    "Tidak ada sinyal dari ekonomi yang menunjukkan perlunya langkah cepat untuk menurunkan suku bunga," kata Ketua The Fed, Jerome Powell.

    Namun, mayoritas ekonom yang disurvei Reuters (94 dari 106) masih memperkirakan pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember. Ini akan menurunkan suku bunga dana federal (fed funds rate) menjadi 4,25 persen-4,50 persen.

    Sebanyak 12 ekonom memprediksi tidak ada perubahan. Ini menunjukkan keraguan yang meningkat dibandingkan survei sebelumnya.

    Pasar kini hanya memperkirakan peluang pemangkasan Desember sebesar kurang dari 60 persen, meskipun sebelumnya optimisme untuk langkah tersebut lebih tinggi.

    Dampak Kebijakan Trump terhadap Inflasi

    Kebijakan yang direncanakan Trump, seperti deregulasi, pelonggaran fiskal, kebijakan perdagangan proteksionis, dan pembatasan imigrasi, dinilai memiliki potensi besar untuk meningkatkan inflasi.

    "Kami akan melihat deregulasi, kebijakan fiskal yang lebih longgar, kebijakan perdagangan proteksionis, dan langkah-langkah imigrasi yang lebih ketat. Semua ini meningkatkan risiko inflasi," kata Stephen Juneau, ekonom Bank of America.

    Karena risiko inflasi ini, Bank of America telah menaikkan proyeksi tingkat terminal suku bunga dana federal menjadi 3,75 persen-4,00 persen dari sebelumnya 3,00 persen-3,25 persen.

    Selain itu, inflasi belanja konsumen pribadi (PCE inflation), yang menjadi indikator utama The Fed, diperkirakan akan tetap di atas target 2 persen hingga setidaknya tahun 2027.

    Sebanyak 85 persen responden survei menyatakan bahwa risiko kenaikan inflasi pada 2025 telah meningkat secara signifikan.

    Proyeksi Ekonomi dan Kebijakan Suku Bunga

    The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin dalam tiga kuartal pertama 2025, lalu menahan suku bunga pada kisaran 3,50 persen-3,75 persen hingga akhir tahun.

    Proyeksi ini lebih tinggi 50 basis poin dibandingkan prediksi bulan lalu, mencerminkan ketidakpastian terkait kebijakan inflasi Trump.

    Sebagian besar ekonom memproyeksikan bahwa tarif impor yang direncanakan Trump akan mulai berlaku awal 2025. Langkah ini dinilai akan berdampak signifikan terhadap ekonomi AS, dengan kemungkinan meningkatkan inflasi secara tajam.

    "Tarif universal pada semua barang impor, ditambah tarif lebih tinggi untuk barang dari China, kemungkinan akan memicu rebound inflasi," kata Philip Marey, analis senior dari Rabobank.

    Di tengah tantangan kebijakan moneter dan risiko inflasi, ekonomi AS terus menunjukkan pertumbuhan yang kuat. Produk domestik bruto (PDB) AS tumbuh sebesar 2,8 persen pada kuartal terakhir, dan diperkirakan akan tumbuh 2,7 persen pada 2024 serta 2 persen pada 2025 dan 2026.

    Pertumbuhan ini lebih cepat dari perkiraan The Fed untuk tingkat pertumbuhan non-inflasi sebesar 1,8 persen dalam beberapa tahun ke depan. Namun, tantangan inflasi dan kebijakan fiskal proteksionis dapat menjadi penghalang bagi stabilitas ekonomi dalam jangka panjang.

    Dolar AS Lanjutkan Reli

    Dolar AS melanjutkan penguatan pada penutupan perdagangan Rabu, 20 November 2024 waktu setempat atau Kamis dinihari WIB, 21 November 2024, meneruskan reli pasca-pemilu setelah sempat melemah selama tiga sesi berturut-turut.

    Penguatan ini didorong oleh perhatian investor terhadap prospek kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed) dan kebijakan ekonomi yang diusulkan oleh Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump.

    Mata uang safe haven seperti yen Jepang dan franc Swiss juga sempat mengalami penguatan pada Selasa, 19 November 2024, didorong oleh pernyataan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, yang menegaskan bahwa Rusia akan "melakukan segala kemungkinan" untuk menghindari perang nuklir.

    Pernyataan ini muncul tak lama setelah Moskow mengumumkan akan menurunkan ambang batas serangan nuklir, yang sempat memicu aksi beli oleh investor.

    Namun, sentimen ini mereda, dan dolar kembali memimpin penguatan di pasar valuta asing.

    Indeks Dolar (DXY), yang mengukur nilai dolar terhadap sekeranjang enam mata uang utama, melonjak 0,52 persen ke level 106,65. Penguatan ini didorong oleh ekspektasi bahwa The Fed akan memperlambat laju pemangkasan suku bunga, mengingat kekhawatiran inflasi yang dapat dipicu oleh kebijakan fiskal Trump, seperti pengeluaran infrastruktur besar-besaran dan pemotongan pajak.

    Seiring dengan penguatan dolar, euro melemah 0,5 persen ke posisi USD1,0542, mencerminkan tekanan yang dirasakan mata uang lain di tengah dominasi greenback.

    Rencana Federal Reserve untuk memangkas suku bunga menghadapi tantangan dari kekuatan ekonomi AS yang berkelanjutan dan risiko inflasi yang meningkat akibat kebijakan proteksionis Presiden terpilih Donald Trump.

    Meskipun pemangkasan suku bunga diharapkan terjadi pada Desember, The Fed diperkirakan akan lebih hati-hati dalam kebijakan moneter berikutnya untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan tekanan inflasi.

    Keputusan The Fed dalam beberapa bulan mendatang akan sangat bergantung pada data ekonomi terbaru dan dampak kebijakan fiskal serta perdagangan Trump terhadap inflasi dan pasar tenaga kerja.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79