Logo
>

Titiek Soeharto: Enggak Usah Malu kalau Nyontek dengan yang Dulu

Ditulis oleh KabarBursa.com
Titiek Soeharto: Enggak Usah Malu kalau Nyontek dengan yang Dulu

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Ketua Komisi IV DPR RI, Titiek Soeharto, menilai pemerintah tak perlu mencari roll model pertanian yang baru. Jika sistem pertanian di era pemerintahan sebelumnya dirasa baik untuk kembali diterapkan, dia menilai, lebih baik pemerintah menggunakan sistem pertanian serupa.

    Hal itu dia ungkap menyusul wacana kolaborasi Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Pangan dengan Kementerian Pertanian untuk memperkuat koordinasi. Dalam wacana tersebut, Kementerian BUMN akan memberi wewenang kepada Perum Bulog untuk melakukan operasi pasar sebagaimana yang dilakukan pada pemerintahan terdahulu.

    Akan tetapi, Bulog tidak lagi dibebankan dengan kerugian negara begitu beroperasi di pasar. Hal yang sama juga dilakukan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan PT Pertamina, di mana kedua perusahaan itu melakukan kompensasi subsidi yang di audit oleh Badan Pengawas Keuangan (BPK).

    "Kalau saya pribadi ya, kita ngapain sih musti cari-cari formula baru gitu. Kalau waktu jamannya, bukan karena Pak Harto (jaman pemerintahan orde baru), ya, jamannya Pak Harto dulu kita bisa swasembada beras gitu. Kenapa kita nggak tinggal nyontek saja lihat dan bisa disesuaikan dengan kekiniannya, ke suasana sekarang gitu," kata Titiek kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 5 November 2024.

    Titiek menilai pemerintah tidak perlu malu meniru pendekatan yang diterapkan pemerintah orde baru. Menurutnya, perlu pendewasaan pemerintah untuk memisahkan kebijakan yang baik dan buruk untuk diterapkan kembali di era sekarang. "Jadi enggak usah malu lah kalau nyontek dengan yang dulu, yang berhasil gitu ya. Yang jelek kita tinggalin, yang bagus bisa kita lanjutkan gitu," tegasnya.

    Diketahui, Bulog sendiri didirikan oleh pemerintah Orde Baru dengan mandat pada tahun 1967 untuk mengendalikan harga dan penyediaan harga pokok, terutama pada tingkat konsumen. Titiek menegaskan, apapun keberhasilan program di era orde baru, tidak mengatasnamakan Soeharto. Melainkan program yang dibentuk oleh anak-anak bangsa.

    "Apapun program-program dulu, keberhasilan dulu, zaman dulu, itu bukan produknya Pak Harto, tapi produk dari anak-anak bangsa yang pintar-pintar gitu. Jadi terusin saja," jelasnya.

    Lebih jauh, Titiek menegaskan, kinerja Bulog masih tetap pada kesejahteraan petani, terlepas dari posisi koordinasinya di Kementerian BUMN maupun Kementerian Pertanian. Dia pun enggan menjawab posisi Komisi IV dalam wacana kolaborasi BUMN Pangan. Akan tetapi, dia menilai baiknya Bulog berada di bawah presiden langsung. "Ya gimana, lihat nanti gimana. Di bawah presiden mestinya," tutupnya.

    Amran Keluhkan Koordinasi

    Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, mengungkap ada yang keliru dalam sistem pertanian dalam negeri. Hal itu dia ungkap dalam Rapat Kerja (Raker) perdana Kementerian Pertanian bersama Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 5 November 2024.

    Amran menuturkan kekeliruan sistem terletak dari koordinasi antara Kementerian Pertanian dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada di sektor pangan. "Pertanian kita keliru. Tidak satu komando. Jadi seluruh penentu produksi itu tidak di pertanian seperti Bapak Ibu (anggota Komisi IV) ketahui. Ini salah, tapi kita teruskan," kata Amran dalam Raker.

    Amran pun memberi contoh yang terjadi pada produksi pupuk subsidi, di mana pada saat Menteri Pertanian sebelumnya, Syahrul Yasim Limpo, produksi target hanya sebanyak 4,7 ton di tahun 2024. Kendati begitu, dia mengaku telah menambah stok pupuk subsidi 100 persen menjadi 9,55 juta ton.

    "Pupuk tidak tersedia, kemarin (kurang) 50 persen. Pupuk untung 6 triliun, pegawainya untung, nggak masalah. Tapi petaninya berteriak seluruh Indonesia. Sekalian kami jawab, (pupuk subsidi) sudah ditambah 100 persen, pupuk sekarang baru 60 persen terserap," ungkap Amran.

    Diketahui, tercatat sebanyak lima BUMN pupuk yang tergabung dalam PIHC, yakni PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT), PT Pupuk Sriwijaya (Pusri) Palembang, PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang, dan PT Pupuk Iskandar Muda (PIM). Di sisi lain, Amran juga menyebut ada kekeliruan dari sistem penghitungan pupuk.

    "Bahwa ada kekeliruan kita di situ juga. Kenapa? Dalam APBN, anggaran pupuk itu rupiah, dolar, bukan kuantum. Tanaman itu butuh kuantum. Kelihatan sepele, tapi inilah yang membuat masalah besar di pertanian," ungkapnya.

    Kendati begitu, Amran mengaku subsidi pupuk dengan stok terbaru tidak akan terserap sepenuhnya hingga akhir tahun 2024. Pasalnya, kata dia, distribusi pupuk subsidi baru dimulai pada bulan Juni oleh perusahaan pupuk yang tergabung dalam PIHC.

    Selain pada persoalan pupuk, Amran juga menyebut ada ketidakharmonisan dalam peningkatan pendapatan petani. Padahal, kata dia, prinsip petani sangat sederhana, yakni diberi ruang untuk untung untuk terus berproduksi. Akan tetapi, off taker yang menyerap hasil pertanian tidak berada di bawah komando Kementerian Pertanian.

    "Tetapi off taker-nya siapa? Bulog. Bulog BUMN. Tidak bisa kami intervensi ke sana," tegasnya.

    Padahal, tutur Amran, Indonesia berhasil melakukan ekspor komoditas jagung 6 bulan setelah melakukan impor sebesar 500 ribu ton di akhir 2023 lalu. Akan tetapi, ekspor komoditas jagung dibanderol dengan harga yang rendah, yakni Rp2.600. "Seakan itu biasa. Padahal ini menghancurkan seluruh petani jagung," tegasnya.

    Karenanya, Amran berharap ke depan BUMN di sektor pertanian berada dalam komando Kementerian Pertanian. Dengan begitu, dia menyebut industri pertanian dari hulu ke hilir akan berada pada garis koordinasi yang sama. "Ke depan ada pemikiran ini satu komando. Jadi Menteri Pertanian bertanggung jawab, kalau ada apa-apa menterinya yang di ganti, karena satu komando. Jadi dari hulu ke hilir itu tanggung jawab kepada satu komando," tutupnya.

    Kolaborasi BUMN dan Kementan

    Andi Amran Sulaiman sebelumnya menegaskan pentingnya sinergi antara Kementan dan BUMN Pangan guna memperkuat ketahanan pangan nasional. Dalam pertemuan koordinasi bersama BUMN Pangan, Amran menggaris bawahi perlunya kolaborasi strategis untuk mengoptimalkan potensi lahan dan produksi BUMN dalam memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.

    “Kami ingin membangun kolaborasi yang saling menguntungkan. Misalnya, PT Sang Hyang Seri yang memiliki lahan potensial untuk produksi benih padi hingga mencapai 100 ribu ton per tahun dengan nilai mencapai Rp3 triliun. Potensi ini perlu dioptimalkan melalui kerja sama yang baik,” kata Amran di Kantor Pusat Kementan, Jakarta, Selasa, 29 November 2024.

    Amran menegaskan pentingnya memperkuat cadangan pangan nasional melalui sinergi bersama Bulog. Langkah ini bertujuan menjaga stabilitas stok dan harga, sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani. “Bulog memiliki peran penting dalam menjaga cadangan pangan. Kami ingin memastikan adanya mekanisme off-taker untuk komoditas strategis seperti padi dan jagung, agar petani tetap dalam posisi yang menguntungkan,” jelasnya.

    Amran juga menyampaikan rencana kerja sama dengan PTPN untuk meningkatkan produksi sawit dan gula nasional. Ia meminta agar PTPN menciptakan klaster kebun unggul yang dikelola secara profesional dan berteknologi modern. “PTPN perlu membangun klaster kebun dengan produksi tertinggi, peralatan terbaik, dan tenaga kerja yang terampil. Ini bisa menjadi laboratorium besar bagi kita untuk meningkatkan produksi secara efisien,” ungkapnya.

    Amran menjelaskan, pertemuan ini merupakan langkah lanjutan dari koordinasi bersama Menteri BUMN Erick Thohir minggu lalu. Pada pertemuan sebelumnya BUMN menyatakan kesiapannya dalam memperkuat program cetak sawah Kementan di Merauke untuk Ketahanan Pangan Nasional.

    “Pertemuan ini adalah langkah operasional dari hasil diskusi kami dengan Menteri BUMN. Kami akan terus melakukan pertemuan rutin untuk memantau dan memastikan langkah-langkah yang diambil efektif dalam meningkatkan kinerja BUMN Pangan,” katanya.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi