KABARBURSA.COM - Harga minyak kelapa sawit dan batu bara mengawali bulan ini diprediksi berada di jalur yang sudah tepat. Menurut Research and Development ICDX Gorta Yoga, penguatan ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor penting yang akan mendorong keduanya bergerak dalam kisaran tertentu.
Pertama terkait batu bara. Yoga menjelaskan, ada beberapa hal yang menjadi indikator utama yang mempengaruhi harga batu bara pekan ini, yaitu permintaan dari China dan India, kondisi pasokan terutama di Indonesia dan Australia, serta perkembangan kebijakan energi bersih.
"Kenaikan harga batu bara ini juga sejalan dengan prediksi penguatan harga gas alam. Sentimen yang mempengaruhi pergerakan harga gas alam mencakup kondisi stok di Amerika Serikat (AS), cuaca di negara konsumen utama seperti AS dan Eropa, serta situasi geopolitik di Timur Tengah," kata Yoga.
Namun, dia memberi catatan penting bahwa kenaikan harga batu bara mungkin akan terbatas. Hal ini disebabkan oleh potensi penurunan permintaan batu bara dari China, yang mulai beralih ke pembangkit listrik berbasis energi terbarukan. Di sisi lain, India juga berpotensi mengurangi permintaan karena peningkatan produksi dalam negeri.
Lebih lanjut, laporan terbaru dari International Energy Agency (IEA) menunjukkan bahwa permintaan batu bara global diproyeksikan akan melandai hingga tahun depan.
"Oleh karena itu, harga batu bara diperkirakan akan bergerak dalam kisaran resistance di antara USD145,5 hingga USD148 per ton. Jika ada katalis negatif, harga berpotensi turun ke level support di kisaran USD140 sampai USD137,5 per ton," jelas Yoga.
Sebagai catatan, pergerakan harga batu bara pada pekan lalu mengalami penurunan sebesar 1,68 persen. Namun, sepanjang Agustus 2024 harga batu bara tercatat naik 0,49 persen.
"Secara year to date (ytd), harga batu bara telah meningkat signifikan, mencapai 8,61 persen," tutup Yoga.
Yang kedua adalah harga CPO. Yoga, memperkirakan bahwa harga minyak sawit mentah (CPO) akan tetap berada dalam tren bullish pekan ini. Berbagai indikator positif menjadi pendorong utama, sehingga bagaimana prediksi harga CPO minggu ini.
"Harga CPO pekan ini berpotensi mencapai level resistance di kisaran 4.050-4.100 Ringgit Malaysia per ton. Namun, jika ada katalis negatif harga bisa turun menuju level support di kisaran 3.930-3.880 Ringgit Malaysia per ton," ujarnya.
Dirinya menjelaskan, beberapa faktor utama yang mempengaruhi harga CPO pekan ini termasuk rilis data ekspor CPO Malaysia, situasi di negara produsen utama seperti Indonesia dan Malaysia, terutama terkait kebijakan ekspor dan program biodiesel wajib. Selain itu, isyarat dari Presiden terpilih Indonesia, Prabowo Subianto, untuk mempercepat program biodiesel B50 di tengah proyeksi penurunan produksi CPO Indonesia tahun ini, yaitu hingga 5 persen dibanding tahun sebelumnya, juga menjadi faktor penting. Tren bullish di pasar minyak kedelai turut menjadi katalis positif bagi harga CPO.
Yoga menambahkan, permintaan CPO dari India kemungkinan akan meningkat dalam jangka pendek, seiring dengan antisipasi pelaku pasar sebelum pemerintah India menerapkan kenaikan pajak impor minyak nabati.
"Cuaca La Nina dan dinamika di pasar minyak kedelai juga akan mempengaruhi pergerakan harga CPO pekan ini," tambahnya.
Tak hanya itu, Yoga juga memprediksi tren bullish akan berlanjut sepanjang September. Harga CPO diperkirakan akan bergerak pada level resistance di kisaran 4.100-4.200 Ringgit Malaysia per ton. Namun, jika tekanan negatif muncul, harga bisa turun ke level support di kisaran 3.900-3.800 Ringgit Malaysia per ton.
Sebagai gambaran, harga CPO pekan lalu tercatat menguat sebesar 1,71 persen, sementara sepanjang Agustus 2024, harga naik 3,32 persen.
"Secara year to date (ytd), harga CPO telah mengalami penguatan signifikan sebesar 8,96 persen," pungkas Yoga.
Seperti diberitakan sebelumnya, sepanjang September mendatang, potensi pasar batu bara semakin terasa. Lima taipan asal Indonesia yang fokus pada pengelolaan batu bara diperkirakan bakal mendapatkan cuan yang tidak biasa. Apalagi, pada Kuartal III 2024, harga batu bara dunia diprediksi akan berada di kisaran USD136 hingga USD150 per ton.
Harga rata-rata batu bara Newcastle selama tujuh bulan pertama tahun ini tercatat sebesar USD134 per ton, mencatatkan kenaikan 6 persen dibandingkan perkiraan awal sebesar USD126 per ton.
Sementara itu, total ekspor batu bara Indonesia diprediksi akan mencapai 418 juta ton pada tahun 2024, mengalami kenaikan 3 persen dibandingkan tahun lalu. Konsumsi domestik batu bara di Indonesia selama periode Januari hingga Juli 2024 mencapai 208 juta ton, meningkat 13 persen dibandingkan tahun lalu, berkat lonjakan penggunaan energi dan aktivitas manufaktur. Diperkirakan, konsumsi batu bara domestik akan mencapai 387 juta ton secara tahunan, atau naik 12 persen dibandingkan tahun lalu.(*)