Logo
>

Trump akan Investasi Besar-besaran di Sektor AI hingga Rp8.000 Triliun

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Trump akan Investasi Besar-besaran di Sektor AI hingga Rp8.000 Triliun

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Presiden Amerika Serikat Donald Trump dijadwalkan mengumumkan investasi besar-besaran sektor swasta hingga USD500 miliar (sekitar Rp8.000 triliun) untuk infrastruktur kecerdasan buatan (AI) pada hari Selasa waktu setempat atau Rabu, 22 Januari 2025.

    Menurut dua sumber yang dikutip Reuters, Rabu, investasi ini berasal dari kolaborasi tiga raksasa teknologi—OpenAI, SoftBank, dan Oracle—yang berencana membentuk proyek bersama bernama Stargate. Sumber itu mengatakan ketiga perusahaan tersebut telah berkomitmen untuk mengucurkan dana awal sebesar USD100 miliar (sekitar Rp1.600 triliun) dan akan menambahnya hingga USD500 miliar dalam empat tahun ke depan, ujar sumber tersebut.

    CEO SoftBank Masayoshi Son, CEO OpenAI Sam Altman, dan pendiri Oracle Larry Ellison dijadwalkan hadir di Gedung Putih pada hari pengumuman. Baik Oracle maupun SoftBank belum memberikan tanggapan resmi atas permintaan komentar perihal kabar ini.

    Berita ini langsung mempengaruhi pasar saham. Saham Oracle naik 6 persen setelah laporan ini beredar. Saham perusahaan teknologi lain seperti Nvidia, Arm Holdings, dan Dell juga ikut terdongkrak.

    Proyek Ambisius Bernama Stargate

    Pada Maret 2024, situs berita teknologi The Information melaporkan OpenAI dan Microsoft tengah merencanakan proyek pusat data senilai USD100 miliar. Proyek tersebut mencakup pembangunan superkomputer AI bernama Stargate yang dijadwalkan meluncur pada 2028. Namun, belum jelas apakah pengumuman terbaru ini merupakan pembaruan dari proyek yang sudah dilaporkan sebelumnya.

    Sejak peluncuran ChatGPT oleh OpenAI pada 2022, investasi di bidang AI melonjak tajam. Perusahaan dari berbagai sektor berlomba-lomba mengintegrasikan kecerdasan buatan ke dalam produk dan layanan mereka. Teknologi AI membutuhkan daya komputasi yang luar biasa besar sehingga mendorong permintaan untuk pusat data khusus yang mampu menghubungkan ribuan chip dalam satu klaster.

    Dengan investasi ini, Stargate diperkirakan akan menjadi tonggak besar dalam pengembangan infrastruktur kecerdasan buatan. Selain itu, kolaborasi antara OpenAI, SoftBank, dan Oracle mencerminkan langkah besar menuju era teknologi berbasis AI yang lebih canggih dan terintegrasi. Jika terealisasi, ini bukan hanya akan mendorong inovasi teknologi, tetapi juga mempercepat transformasi ekonomi global di berbagai sektor.

    Beda Nasib Investasi Iklim

    [caption id="attachment_98915" align="alignnone" width="1200"] Seorang pengunjuk rasa iklim mengganggu acara kampanye mantan Presiden AS dan kandidat presiden dari Partai Republik Donald Trump, di Indianola, Iowa, AS, 14 Januari 2024. REUTERS/Brendan McDermid.[/caption]

    Berbeda jauh dengan AI yang mendapat angin segar, investasi hijau untuk iklim justru tak dihiraukan sama sekali oleh Trump. Hal ini terlihat setelah beberapa jam kembali menduduki kursi kepresidenan, Trump langsung menandatangani perintah eksekutif yang mengarahkan Amerika Serikat untuk sekali lagi menarik diri dari Perjanjian Paris. Ini merupakan langkah yang tak hanya mengguncang upaya global melawan pemanasan global tetapi juga semakin menjauhkan Negeri Paman Sam dari sekutu-sekutu terdekatnya.

    Langkah ini bukan hal baru bagi Trump. Pada 2017, ia pernah melakukan hal serupa dengan mengumumkan AS akan meninggalkan kesepakatan iklim global tersebut. Perjanjian Paris sendiri, yang diadopsi oleh 196 negara, bertujuan membatasi pemanasan global agar tetap di bawah 2 derajat Celsius dari tingkat pra-industri—dan jika memungkinkan, hanya 1,5 derajat Celsius.

    Trump juga mengirimkan surat resmi ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyatakan niat AS untuk keluar dari perjanjian tersebut. Kesepakatan Paris memungkinkan setiap negara menetapkan target pengurangan emisi gas rumah kaca secara mandiri, dengan kewajiban memperbarui target tersebut menjadi lebih ketat pada Februari 2025. Sebagai perbandingan, pemerintahan Joe Biden sebelumnya telah mengusulkan rencana ambisius untuk mengurangi emisi gas rumah kaca AS lebih dari 60 persen pada 2035.

    Dalam perintah eksekutifnya, Trump menyebut Perjanjian Paris sebagai salah satu dari banyak kesepakatan internasional yang menurutnya tidak mencerminkan nilai-nilai Amerika. Ia menegaskan bahwa kesepakatan semacam ini hanya mengalihkan dana pajak rakyat ke negara-negara yang dianggapnya tidak pantas menerima bantuan finansial. Sebagai gantinya, Trump menyatakan bahwa rekam jejak AS dalam menggabungkan tujuan ekonomi dan lingkungan seharusnya menjadi panutan bagi negara-negara lain.

    Namun, tidak semua pihak sepakat. CEO European Climate Foundation sekaligus arsitek utama Perjanjian Paris, Laurence Tubiana, menyebut langkah AS ini sebagai keputusan yang amat disesalkan. Namun, ia menegaskan aksi untuk memperlambat perubahan iklim lebih kuat daripada politik atau kebijakan satu negara saja.

    Tubiana mengatakan konteks global saat ini berbeda jauh dengan 2017. “Ada momentum ekonomi yang tak terhentikan menuju transisi energi global,” ujarnya, dikutip dari AP.

    Tubiana juga mengingatkan pasar teknologi energi bersih global diperkirakan akan tumbuh tiga kali lipat menjadi lebih dari USD2 triliun (Rp32 kuadriliun dengan kurs Rp16.000) pada 2035. Sementara itu, ia menyinggung dampak krisis iklim yang semakin parah, seperti kebakaran hutan dahsyat di Los Angeles, sebagai pengingat bahwa Amerika, seperti negara lain, tidak kebal terhadap perubahan iklim.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).