Logo
>

Trump Kenakan Bea Masuk 100 Persen untuk Obat-obatan, Fed: Tambah Tekanan Inflasi

Trump kembali mengguncang perdagangan global lewat tarif impor besar-besaran, menekan sektor farmasi, otomotif, dan furnitur, termasuk emiten domestik Indonesia.

Ditulis oleh Yunila Wati
Trump Kenakan Bea Masuk 100 Persen untuk Obat-obatan, Fed: Tambah Tekanan Inflasi
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Ketua The Fed Jerome Powell tengah berjabat tangan di suatu momen. (Foto: Dok. The Press Democrat)

KABARBURSA.COM - Kebijakan tarif impor terbaru Presiden Amerika Serikat Donald Trump, kembali mengguncang pasar global. Dengan bea masuk 100 persen untuk obat-obatan bermerek paten dan tarif 25 persen untuk truk berat yang akan diberlakukan pekan depan, langkah ini menambah lapisan ketidakpastian baru bagi perdagangan internasional. 

Tidak hanya menekan mitra dagang utama, tetapi kebijakan tarif agresif ini juga berpotensi mengguncang emiten farmasi, otomotif, hingga sektor furnitur yang terhubung dengan rantai pasok global, termasuk pelaku usaha domestik di Indonesia.

Keputusan Trump memperluas tarif besar-besaran menandai kelanjutan dari strategi proteksionisme yang selama ini ia suarakan. Dengan menaikkan tarif hingga 100 persen pada obat bermerek dari negara-negara yang tidak memiliki perlindungan khusus dalam perjanjian dagang, industri farmasi internasional kini menghadapi tekanan tambahan. 

Inggris misalnya, meski sudah menandatangani perjanjian dagang dasar, tetap terkena bea penuh. Kondisi ini bisa memicu perang harga dan menekan distribusi obat global, dengan efek turunan pada harga kesehatan di berbagai negara.

Sektor otomotif juga terkena imbas serius. Tarif 25 persen untuk truk berat dan 27,5 persen pada mobil asal Korea Selatan, berpotensi mengurangi volume ekspor kendaraan ke AS. Efek riaknya bisa mempengaruhi rantai pasok global, mulai dari baja, komponen mesin, hingga produsen kendaraan di Asia. 

Indonesia, yang memiliki emiten otomotif dengan eksposur ekspor dan keterkaitan dengan prinsipal Jepang serta Korea, berpotensi ikut terdampak lewat biaya produksi yang lebih tinggi dan pelemahan daya saing.

Industri furnitur dan consumer goods menjadi sektor lain yang terdampak. Tarif 30 persen untuk furnitur berlapis kain serta 50 [ersen untuk lemari dapur dan meja rias diprediksi mendorong inflasi konsumsi di AS. 

Hal ini bisa mengurangi daya beli masyarakat Amerika dan secara tidak langsung menekan kinerja eksportir furnitur negara berkembang, termasuk Indonesia, yang selama ini memasok komponen dan produk jadi ke pasar global.

The Fed Berikan Sinyal Hati-hati

Federal Reserve sudah memberi sinyal bahwa kebijakan tarif ini akan menambah tekanan inflasi. Biaya impor yang lebih tinggi dapat langsung diterjemahkan ke harga konsumen, sehingga risiko stagflasi meningkat. 

Pasar global pun bereaksi hati-hati, dengan proyeksi pertumbuhan dunia terancam melambat di tengah kenaikan harga bahan baku dan gangguan rantai pasok.

Bagi pasar domestik Indonesia, beberapa emiten yang potensial terdampak antara lain:

  • Farmasi: Kalbe Farma (KLBF) dan Kimia Farma (KAEF), yang bergantung pada impor bahan baku farmasi. Biaya bisa naik seiring ketidakpastian harga global.
  • Otomotif: Astra International (ASII) dan Indomobil (IMAS), yang memiliki eksposur besar terhadap industri kendaraan, baik dari sisi distribusi maupun produksi.
  • Furnitur dan Consumer Goods: Chitose (CINT), Integra Indocabinet (WOOD), dan Multifiling (MFMI), yang sebagian produknya masuk rantai ekspor furnitur dan perlengkapan rumah tangga.

Dengan kata lain, langkah Trump memperketat tarif bukan hanya strategi domestik AS, melainkan kebijakan dengan efek domino global. 

Bagi investor di Bursa Efek Indonesia, hal ini menambah lapisan risiko eksternal yang perlu dicermati, terutama pada sektor yang memiliki ketergantungan pada rantai pasok internasional.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79