Logo
>

Ukuran Mal Makin Kecil, Bisnis Ritel Masih Ada Harapan?

Ditulis oleh KabarBursa.com
Ukuran Mal Makin Kecil, Bisnis Ritel Masih Ada Harapan?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja, menguraikan bahwa tren mengecilnya ukuran mal di Indonesia memiliki dampak signifikan terhadap minat masyarakat dalam mengunjungi tenant pusat perbelanjaan.

    Laporan dari konsultan properti Cushman & Wakefield Indonesia menyebut bahwa pusat perbelanjaan baru di Indonesia kini cenderung lebih kecil dan fokus pada tema tertentu. Alphonzus Widjaja menilai tren ini tidak bisa digeneralisasi, terutama di kota besar di mana konsumen menginginkan pengalaman yang unik dan berkesan.

    "Di kota besar, konsumen membutuhkan pengalaman dan perjalanan pelanggan yang menarik," ujar Alphonzus dalam presentasinya di Kementerian Perdagangan, Rabu 31 Juli 2024.

    Alphonzus menekankan bahwa pengalaman konsumen dapat diwujudkan melalui konsep gedung dan tingkat minat yang beragam. Contohnya, mal Kota Kasablanka (Kokas) yang ramai pengunjung berkat keberagaman tenant yang kuat.

    Namun, Alphonzus menggarisbawahi bahwa di luar kota besar, mal dengan ukuran lebih kecil masih bisa diterima, menyesuaikan dengan pasar dan populasi setempat. "Kalau di Pangkalan Bun, Kalimantan, tentunya malnya tidak bisa besar. Pasarnya tidak ada, populasinya tidak cukup," jelasnya.

    Laporan Cushman & Wakefield Indonesia menyebut dinamika pusat perbelanjaan saat ini cenderung mengarah pada mono brand atau merger tenant berukuran kecil dengan luas ruang sekitar 2.000 meter persegi. Tren ini tidak hanya terlihat di Jabodetabek tetapi juga di daerah lain.

    Tingkat okupansi properti ritel khususnya di Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi mencapai 73,5 persen pada semester I-2024, mengalami penurunan 3,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. "Selama ekspansi ini, peritel juga menghadirkan konsep baru seperti supermarket dan tempat hiburan serta gaya hidup," kata Direktur Strategic Consulting Cushman & Wakefield Indonesia, Arief Rahardjo.

    Arief menilai pasar properti ritel di wilayah Debotabek terus mengalami pertumbuhan moderat dalam harga sewa dasar dan service charge, dengan peningkatan masing-masing sebesar 2,4 persen dan 2,9 persen. Kenaikan service charge diperkirakan terus berlanjut pada semester mendatang.

    Bisnis ritel terus mengalami dinamika yang signifikan, dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Di tengah perubahan pola konsumsi dan tantangan ekonomi global, kinerja sektor ritel menjadi barometer penting bagi perekonomian.

    Memasuki tahun 2024, sektor ritel menghadapi berbagai transformasi yang membentuk pola konsumsi dan operasi bisnis. Berikut adalah tren utama yang diperkirakan akan mendominasi industri ritel sepanjang tahun ini:

    Dominasi E-Commerce dan Omnichannel

    E-commerce terus melanjutkan pertumbuhannya yang pesat. Konsumen semakin memilih berbelanja secara online, mendorong pengecer untuk mengoptimalkan platform digital mereka. Model bisnis omnichannel—yang mengintegrasikan pengalaman berbelanja online dan offline—menjadi kunci untuk memberikan pengalaman yang mulus bagi pelanggan.

    Integrasi antara toko fisik dan platform digital semakin penting. Pengecer yang sukses adalah mereka yang dapat menyediakan layanan yang konsisten dan terhubung antara berbagai saluran. Teknologi AI dan chatbot semakin umum digunakan untuk meningkatkan pengalaman pelanggan, mulai dari layanan pelanggan otomatis hingga rekomendasi produk yang dipersonalisasi.

    Kesadaran akan isu lingkungan semakin mendalam di kalangan konsumen. Permintaan untuk produk ramah lingkungan dan praktek bisnis yang berkelanjutan meningkat. Pengecer semakin memperkenalkan produk dengan kemasan ramah lingkungan, bahan daur ulang, dan proses produksi yang berkelanjutan.

    Banyak perusahaan ritel yang menetapkan kebijakan pengurangan emisi karbon dan penggunaan sumber energi terbarukan dalam operasional mereka. Konsumen mengharapkan pengalaman berbelanja yang dipersonalisasi dan relevan dengan preferensi mereka.

    Penggunaan data pelanggan untuk memahami kebiasaan belanja dan menawarkan rekomendasi yang relevan semakin umum. Pengecer memanfaatkan analitik untuk meningkatkan penawaran produk dan layanan. Merek yang menawarkan opsi kustomisasi produk untuk memenuhi preferensi individu akan menjadi semakin populer.

    Toko fisik bertransformasi menjadi pusat pengalaman yang mengintegrasikan teknologi canggih. Implementasi teknologi seperti augmented reality (AR), virtual reality (VR), dan sistem checkout tanpa kasir di toko-toko fisik untuk memberikan pengalaman belanja yang lebih interaktif dan efisien. Pengecer semakin menyediakan kios digital dan opsi self-service untuk mempercepat proses belanja dan mengurangi antrean di kasir.

    Tren kesehatan dan kesejahteraan terus berkembang, mempengaruhi pilihan produk yang dibeli konsumen. Permintaan akan produk kesehatan, suplemen, dan peralatan kebugaran meningkat. Pengecer menawarkan berbagai produk yang mendukung gaya hidup sehat. Produk dan layanan yang mendukung kesehatan mental juga semakin dicari, dengan pengecer yang menawarkan berbagai pilihan untuk meningkatkan kesejahteraan emosional dan mental.

    Pembayaran digital dan solusi fintech menjadi semakin penting dalam ekosistem ritel. Adopsi metode pembayaran seperti dompet digital dan cryptocurrency semakin meluas. Pengecer yang menawarkan berbagai opsi pembayaran cenderung lebih menarik bagi konsumen. Penggunaan teknologi pembayaran tanpa kontak (contactless) semakin meningkat, memberikan kenyamanan dan keamanan dalam transaksi. (*)

     

     

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi