Logo
>

UMKM Perlu Upayakan Hilirasi, Anggaran Disiapkan Rp20 Miliar

Ditulis oleh Dian Finka
UMKM Perlu Upayakan Hilirasi, Anggaran Disiapkan Rp20 Miliar

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki mengatakan bahwa usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masih berperan sebagai motor penggerak perekonomian Tanah Air.

    Pasalnya, lanjut Teten, industri manufaktur yang diharapkan memutar perekonomian, tidak dapat hadir secara optimal sehingga UMKM mengisi ruang kosong tersebut.

    “UMKM sering kali dipandang sebelah mata, hanya sebagai penghasil produk-produk seperti kripik, batik, atau kerupuk. Padahal, potensi mereka jauh lebih besar,” ujarnya saat ditemui di Jakarta, Sabtu, 28 September 2024.

    Ia menambahkan, UMKM terbukti berkontribusi mengolah sumber daya alam (SDA) Indonesia, baik sektor pertanian, perkebunan, maupun kelautan, menjadi barang setengah jadi yang dapat disuplai ke industri dalam dan luar negeri.

    Oleh karena itu, Teten menyampaikan bahwa hilirisasi harus diupayakan oleh para UMKM. “Hilirisasi harus diupayakan oleh UMKM. Pemerintah perlu menyediakan teknologi yang dibutuhkan. Dengan anggaran sekitar Rp10-Rp20 miliar, kita sudah bisa membuat langkah besar dalam hal ini,” katanya.

    Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa kementerian lain juga memiliki potensi anggaran untuk mendukung inisiatif ini, termasuk Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang memiliki dana cukup besar untuk proyek-proyek yang relevan.

    Teten juga memberikan contoh konkret yang diangkat adalah hilirisasi produk kelapa sawit. “Saat ini kita hanya menjual CPO dan minyak goreng. Kita perlu memperluas hilirisasi dengan mengolah sumber daya yang ada, termasuk berbagai herba yang dibutuhkan oleh industri kosmetik dan farmasi,” tambahnya.

    Dengan memindahkan fokus industri berbasis sumber daya alam ke berbagai daerah di Indonesia, diharapkan biaya logistik bisa ditekan dan efisiensi dapat tercapai. 

    “Kita tidak bisa terus terjebak sebagai negara berpendapatan menengah tanpa menciptakan lapangan pekerjaan berkualitas,” tegasnya.

    Namun, tantangan tetap ada. Penurunan daya beli masyarakat berdampak langsung pada kinerja UMKM. “Indeks bisnis UMKM telah menurun, dan ini berpengaruh pada Non-Performing Loan (NPL) yang meningkat,” tutupnya. 

    Pemerintah berharap dengan memanfaatkan potensi UMKM dan menerapkan hilirisasi yang tepat, Indonesia bisa mencapai status sebagai negara maju dan memberikan lapangan kerja yang lebih berkualitas bagi masyarakat.

    Eksportir Hadapi Dilema

    Tiga tantangan utama yang dihadapi oleh UKM berorientasi ekspor diungkapkan oleh para eksportir dalam Forum Berani Mendunia, yang diselenggarakan oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) pada 1 Juni 2024.

    Tantangan tersebut meliputi menjaga kualitas dan kapasitas produk ekspor, tantangan logistik, dan strategi menemukan pembeli terpercaya.

    Direktur Pelaksana Pengembangan Bisnis LPEI, Maqin U Norhadi mengatakan, sebagai lembaga keuangan yang diberikan mandat oleh Pemerintah RI untuk mendorong ekspor nasional, pihaknya menginisiasi Forum Berani Mendunia sebagai wadah diskusi dan kolaborasi ekosistem ekspor.

    “Forum ini terdiri dari kementerian, perbankan, mitra kerja, pelaku UKM, asosiasi, dan lainnya dengan tujuan bersama-sama meningkatkan kapasitas UKM agar berani mendunia secara berkelanjutan,” kata Maqin

    Dalam diskusi tersebut, para eksportir membahas upaya mereka dalam meningkatkan nilai tambah produk dan memberikan manfaat bisnis agar bisa menembus pasar internasional.

    CEO PT Tartaruga Food Indonesia, Achmad Jawahir, yang merupakan alumni Coaching Program for New Exporter (CPNE) LPEI tahun 2023, menyatakan bahwa UKM perlu dicarikan pembeli (buyer).

    Kurangnya Pengetahuan

    Sementara itu, Founder CV IKAPEKSI Agro Industri, Nurjannah, menuturkan tantangan awal dalam melakukan ekspor adalah kurangnya pengetahuan meskipun mendapat respon positif dari calon pembeli.

    Setelah mendapatkan pelatihan CPNE dari LPEI pada tahun 2019, Nurjannah berhasil mencetak ekspor kecap Oishii ke Arab Saudi senilai USD37.000 atau 22 ton kecap, yang kini juga diekspor ke Jepang.

    Nurjannah memulai usaha kecap Oishii pada 2017 di Kebumen, Jawa Tengah, dengan memproduksi kecap manis sehat tanpa bahan tambahan.

    Kecap Oishii menjadi unik karena mengusung konsep penggunaan bahan-bahan dan rempah asli Indonesia. Melalui kombinasi kedelai putih yang kaya akan protein, jahe yang memberikan aroma segar dan sedikit pedas, sereh yang memberikan aroma khas dan menyegarkan, gula kelapa yang memberikan sentuhan manis alami, dan lengkuas yang memberikan rasa yang kuat dan segar, Kecap Oishii memberikan pengalaman rasa yang autentik dan khas Indonesia.

    Selain keunggulan rasa, penggunaan bahan-bahan lokal ini juga memberikan nilai tambah dalam mendukung pertanian lokal dan keberlanjutan lingkungan. Dengan mengapresiasi kekayaan rempah-rempah dan bahan-bahan alami Indonesia, Kecap Oishii tidak hanya menjadi pilihan yang lezat tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi pengembangan industri kuliner dalam negeri. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Dian Finka

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.