KABARBURSA.COM - Pergerakan pasangan mata uang Yen Jepang mengalami fluktuasi signifikan setelah hasil pemungutan suara untuk kandidat pemimpin baru. Saat Takaichi memenangkan putaran pertama, nilai tukar USD/JPY melambung di atas 146.00. Namun, setelah Takaichi kalah dalam pemungutan suara langsung melawan Ishiba, terjadi pembalikan besar pada USD/JPY, yang kini merosot dari level sekitar 146.20 menjadi 143.80.
Takaichi dikenal sebagai kandidat yang paling vokal dan berpendapat bahwa Bank of Japan (BOJ) menaikkan suku bunga terlalu cepat. Ketika Takaichi terlihat memimpin perlombaan, para trader mulai memasukkan kemungkinan pelemahan yen dalam perhitungan mereka. Namun, setelah Ishiba dinyatakan sebagai pemenang, pasar harus kembali menyesuaikan ekspektasi mereka terhadap pergerakan USD/JPY.
Meskipun pasangan ini sebelumnya keras kepala menahan pergerakan pasca-Fed di tempat lain selama minggu ini, tampaknya saat ini pasangan ini harus mengejar ketertinggalan, mengingat risiko politik yang kini sudah teratasi.
Salah satu level kunci yang perlu diperhatikan dalam waktu dekat adalah rata-rata pergerakan 200 jam di level 143.28. Jika pasangan ini menembus di bawah level ini, maka penjual akan mengambil alih kendali dalam waktu dekat, yang memungkinkan momentum lebih lanjut untuk mendorong harga lebih rendah.
Kekalahan Takaichi dalam pemungutan suara menunjukkan perubahan signifikan dalam lanskap kebijakan moneter Jepang dan dapat memengaruhi ekspektasi pasar terkait kebijakan suku bunga ke depan. Trader akan memantau reaksi pasar terhadap pengumuman lanjutan dari BOJ dan bagaimana itu akan berimplikasi terhadap nilai tukar yen.
Di tengah ketidakpastian ini, investor disarankan untuk waspada terhadap pergerakan USD/JPY, terutama jika terjadi penembusan di bawah level teknis kunci. Dengan perhatian sekarang terfokus pada potensi pergerakan suku bunga BOJ dan respons pasar, situasi ini bisa menjadi peluang atau risiko bagi trader dan investor yang terlibat.
Pasar Asia Perpanjang Kenaikan
Pasar saham Asia memperpanjang kenaikan, dengan indeks-indeks utama menunjukkan hasil positif. Nikkei Jepang naik 1.39 persen ke level 39,466.33, sementara Hang Seng Index (HSI) Hong Kong melonjak 3.71 persen menjadi 20,663.69. Indeks Shanghai Composite (SHCOMP) juga mencatat kenaikan signifikan, dengan peningkatan 2.41 ke level 3,073.18. Meskipun beberapa indeks seperti KOSPI Korea Selatan dan STI Singapura mengalami sedikit penurunan, secara keseluruhan, bursa Asia menunjukkan tren positif.
Data Ekonomi Tiongkok Mendorong Sentimen Pasar
Pendorong utama kenaikan ini adalah pengumuman langkah-langkah stimulus ekonomi oleh bank sentral Tiongkok, yang menciptakan optimisme di pasar. Hal ini terjadi di tengah laporan bahwa keuntungan industri Tiongkok pada bulan Agustus anjlok sebesar 17.8 persen dibandingkan tahun sebelumnya, setelah mencatatkan peningkatan 4.1 persen pada bulan Juli. Penurunan ini, meskipun mengecewakan, tampaknya tidak menghentikan momentum pasar yang didorong oleh harapan akan dukungan lebih lanjut dari pemerintah.
Pergerakan Pasar Komoditas
Di sisi lain, harga minyak jatuh untuk hari ketiga berturut-turut, dan diperkirakan akan mengakhiri minggu ini dengan penurunan. Para investor memfokuskan perhatian pada ekspektasi peningkatan pasokan dari Libya dan kelompok OPEC+. Penurunan ini mencerminkan kecemasan pasar terhadap surplus pasokan yang dapat menghambat kenaikan harga minyak lebih lanjut.
Sementara itu, harga emas tetap berada di level rekor, seiring pasar bersiap untuk laporan PCE AS yang sangat dinantikan. Data ini diperkirakan akan memberikan panduan lebih lanjut mengenai prospek kebijakan moneter Federal Reserve ke depan, yang sangat mempengaruhi arah harga emas dan aset lainnya.
Di sektor komoditas pertanian, harga futures minyak kelapa sawit Malaysia berada di bawah MYR 4,130 per ton. Penurunan harga ini menghentikan tren kenaikan yang telah berlangsung selama tujuh sesi terakhir, di tengah penguatan mata uang ringgit Malaysia. Hal ini menunjukkan dampak fluktuasi nilai tukar terhadap pasar komoditas.
Secara keseluruhan, pasar saham Asia menunjukkan optimisme yang kuat, didorong oleh langkah-langkah stimulus ekonomi dari Tiongkok. Namun, sektor komoditas, terutama minyak dan kelapa sawit, menunjukkan tanda-tanda tekanan. Investor di seluruh dunia perlu memperhatikan perkembangan data ekonomi yang akan datang, terutama dari AS, untuk menentukan arah pasar selanjutnya.
Dengan latar belakang dinamika ini, para investor disarankan untuk tetap waspada terhadap perubahan sentimen pasar dan potensi risiko yang dapat mempengaruhi keputusan investasi mereka.
IHSG Merosot
Pasar saham Indonesia mengalami penurunan signifikan pada perdagangan hari ini, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat merosot sebesar 51.746 poin atau 0.67 persen, menutup perdagangan di angka 7,692.769. Sementara itu, Indeks LQ45 juga mengalami penurunan, tergusur 10.93 poin atau 1.13 persen, menjadi 959.62.
Volume perdagangan hari ini mencapai 10.9 miliar saham, dengan nilai transaksi mencapai Rp6.635 triliun. Dari jumlah tersebut, Rp317 miliar berasal dari pasar negosiasi. Dalam pergerakan saham, sebanyak 222 saham mengalami kenaikan, sementara 317 saham mengalami penurunan, dan 254 saham lainnya tidak mengalami perubahan.
Di sektor mata uang, Jisdor (Jurnal Nilai Tukar Rupiah) pada hari Kamis mengalami pelemahan sebesar 79 poin atau 0.52 persen, sehingga tercatat di angka 15,171. Di sisi lain, nilai tukar spot mengalami sedikit penguatan, naik 5 poin atau 0.03 persen, menjadi 15,155.
Kondisi pasar yang bergejolak ini menandakan adanya ketidakpastian di kalangan investor, yang mungkin disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kondisi ekonomi global yang berfluktuasi. Para analis merekomendasikan agar investor tetap berhati-hati dan mempertimbangkan strategi investasi yang tepat dalam menghadapi situasi pasar saat ini.
Dengan adanya penurunan ini, pelaku pasar diharapkan tetap waspada dan memperhatikan berita serta perkembangan ekonomi yang dapat mempengaruhi indeks saham di masa mendatang.(*)