KABARBURSA.COM – Pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu menilai wacana pelarangan penjualan mobil internal combustion engine atau mobil dengan pembakaran internal (konvensional) pada 2045 merupakan bagian dari semangat net zero emission.
“Indonesia sendiri berkomitmen mencapai net zero emission baru pada tahun 2060. Target 2045 untuk pelarangan penjualan mobil BBM sejalan dengan komitmen ini,” kata Yannes ketika dihubungi Kabar Bursa, Senin, 2 Agustus 2024.
Pelarangan penjualan kendaraan konvensional, kata Yannes, merupakan proses peralihan dari konvensional merupakan bagian dari komitmen Indonesia dalam United Nations Climate Change Conference. Menurutnya, pelarangan ini sebagai bentuk tekanan dari negara-negara penguasa ekonomi dan politik.
“Sebagai gambaran, Norwegia menargetkan penghentian penjualan mobil BBM pada 2045, Inggris 2030, Denmark 2030, Islandia 2030, Irlandia 2030, Swedia 2030, Kanada 2035, India 2035, Jepang 2035, USE bertahap mulai dari 2.033 dan Prancis pada 2040,” jelasnya.
Wacana yang digelontorkan pemerintah tersebut, kata dia, adalah untuk memberi waktu selama 15 tahun hingga 2045 kepada merek yang berinvestasi di Indonesia untuk mengambil langkah-langkah strategis untuk menyikapi aturan ini.
Sebelumnya, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) masih menggodok wacana pelarangan penjualan mobil konvensional dalam rangka implementasi road map di sektor otomotif di Tanah Air.
Tujuan dari pelarangan ini adalah untuk mempercepat pertumbuhan jumlah kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Ketika penjualan mobil konvensional dihentikan, masyarakat mau tidak mau harus beralih membeli kendaraan listrik. Sementara populasi kendaraan konvensional akan menurun secara signifikan dan digantikan EV.
Bergulirnya wacana pelarangan penjualan mobil konvensional jelas menghebohkan pasar otomotif di Indonesia yang didominasi oleh mobil ICE.
Meski penjualan kendaraan listrik meningkat pesat hingga lebih dari dua kali lipat di Indonesia, namun perbandingan mobil konvensional dan listrik masih terlalu timpang.
Berdasarkan data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), populasi kendaraan konvensional hingga awal semester kedua telah mencapai 484.236 unit. Dari jumlah tersebut, populasi kendaraan listrik baru di angka 17.826 unit.
Dilaksanakan Secara Bertahap
Pelarangan penjualan mobil konvensional masih perlu dikaji pemerintah terkait dampaknya, sehingga teknis dari implementasi kebijakan ini juga belum dijelaskan dengan detail.
“Langkah awal dan target telah diumumkan secara terpisah-pisah. Kalau tidak salah 2025 pemerintah menargetkan 20 persen dari total produksi kendaraan di Indonesia adalah BEV (battery electric vehicle),” kata Yannes.
Kemudian pada tahun 2030, lanjut dia, pemerintah menargetkan 2,5 juta unit motor listrik dan 400.000 untuk mobil listrik telah mengaspal. Pelarangan penjualan mobil listrik secara bertahap baru akan dilaksanakan pada tahun 2035.
“Tahun 2040 sales mobil BBM konvensional akan semakin dibatasi dan berfokus pada kendaraan listrik dan kendaraan rendah emisi lainnya (hybrid). Tahun 2045 sales mobil ICE konvensional baru sepenuhnya dihentikan,” paparnya.
Ketika pelarangan penjualan mobil konvensional dikeluarkan, barulah seluruh agen pemegang merek (APM) di pasar otomotif Tanah Air hanya menjual kendaraan atau mobil yang menggunakan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan.
Dimanfaatkan Tiongkok
Kematian industri kendaraan konvensional dan semua bisnis turunan yang ikut mendukung seperti komponen akan terjadi usai penjualan mobi konvensional direalisasikan. Di sisi lain, kematian industri otomotif menciptakan peluang baru dan membuka kebutuhan mobil listrik dalam jumlah besar.
Peluang ini ditangkap oleh sejumlah merek mobil asal Tiongkok untuk mencengkeram pasar otomotif di Tanah Air dengan serbuan mobil listrik murah. Sebelum pelarangan diberlakukan, merek-merek China di Indonesi berusaha memperluas pasar dan mempromosikan produk terbaru mereka.
Terkait dengan stigma negatif kepada mobil listrik murah telah runtuh setelah beberapa merek EV China mendapat sambutan positif di GIIAS 2024 seperti halnya Chery dengan OMODA E5.
Sementara untuk pendatang baru seperti BYD berhasil memikat pengunjung GIIAS 2024 dan dinobatkan sebagai mobil paling banyak dicoba pengunjung. Selama 10 hari pemaran, BYD M6 yang baru dirilis telah dicoba sebanyak 2.181 kali. Jumlah ini jauh meninggalkan mobil-mobil Jepang yang lebih dulu eksis di Indonesia.
Yannes menilai, hadirnya mobil listrik murah China akan mengubah preferensi konsumen di pasar otomotif Indonesia. Sementara nama besar dari brand Jepang tidak akan lagi menjadi pertimbangan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan lonjakan penjualan mobil China di tengah kelesuan di sektor otomotif.
Pembatasan Subsidi BBM
PT Pertamina Patra Niaga menegaskan, penyaluran Pertalite akan terus dilakukan sesuai penugasan yang diberikan Pemerintah. Hal itu ditegaskan menyusul wacana pembatasan subsidi bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite pada 1 September 2024.
Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari menegaskan, masyarakat tidak perlu khawatir dan termakan berita-berita yang beredar terkait dengan penghentian subsidi BBM berjenis Pertalite. Dia menekankan, pihaknya akan terus menyalurkan Pertalite sesuai dengan kuota yang ditetapkan.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.