Logo
>

70 Persen Investor Reksa Dana dari Generasi Milenial dan Z

Ditulis oleh Pramirvan Datu
70 Persen Investor Reksa Dana dari Generasi Milenial dan Z

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Direktur PT Insight Investments Management (Insight IM) Ria M Warganda mengungkapkan bahwa sekitar 70 persen dari investor reksa dana mereka berasal dari generasi milenial dan generasi Z.

    “Dalam fact findings kami, berdasarkan data per akhir 2023, tercatat bahwa dominasi investor milenial dan generasi Z yang memilih reksa dana Insight IM sekitar 70 persen. Porsi angka ini adalah terbanyak jika dibandingkan dengan beberapa kelompok usia lainnya,” ujar Ria sebagaimana keterangan resmi di Jakarta, Jumat 5 Juli 2024.

    Pihaknya optimistis angka ini akan semakin meningkat di tengah tren investasi anak muda yang akan terus berlanjut ke depan.

    Baca juga: IHSG diprediksi variatif seiring sentimen domestik dan global

    Ia menjelaskan bahwa dominasi investor milenial dan generasi Z selaras dengan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per Januari 2024, yang mana sebesar 56,29 persen investor pasar modal berusia 30 tahun ke bawah dan 23,66 persen berada di rentang usia 31 sampai 40 tahun.

    Ia melanjutkan, potensi pasar yang masih besar mendorong pihaknya untuk melakukan berbagai langkah untuk mendorong ketertarikan investasi bagi anak muda, mulai dari aktivitas edukasi keuangan ke kampus-kampus, dan edukasi ringan seputar investasi dan keuangan bagi investor pemula.

    Selain itu, juga kerja sama dengan berbagai Agen Penjual Reksa Dana (APERD) fintech, hingga pengembangan aplikasi reksa dana online yang akan diluncurkan dalam waktu dekat.

    “Tidak lupa kami sampaikan, bahwa saat ini kami sedang menyiapkan aplikasi reksa dana online bernama InvestasiIN. Aplikasi ini berbeda dengan aplikasi sejenis, karena menggabungkan pengalaman berinvestasi sembari berkontribusi sosial,” ujar Ria.

    Ia menjelaskan, kontribusi sosial tersebut muncul karena setiap produk reksa dana Insight IM memiliki tema yang sejalan dengan isu-isu sosial dan lingkungan, salah satunya yaitu reksa dana I-Renewable Energy Fund.

    Sejak peluncurannya 13 tahun yang lalu, lanjutnya, I-Renewable Energy Fund berhasil mencetak total return sebesar 138,85 persen dan secara konsisten kinerjanya dapat mengungguli benchmark, yang tercermin dari kinerja satu tahun sebesar 7,21 persen sedangkan benchmark sebesar 1,65 persen.

    “Kinerja baik ini turut berkontribusi pada program-program berdampak lingkungan dan sosial yang sifatnya inovatif seperti Pro Women for Renewable Energy dan Desa Energi Insight,” ujar Ria.

    Ia menjelaskan, Program Pro Women for Renewable Energy, memberikan kemudahan akses penggunaan energi terbarukan untuk petani perempuan di Lombok untuk meningkatkan taraf ekonomi mereka.

    Sementara dalam Desa Energi Insight, fokus perseroan adalah pemberian bantuan Solar-powered Mini Cold Storage berbasis energi terbarukan yang akan membantu nelayan di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk menyimpan hasil tangkapan ikan dengan optimal, termasuk mendampingi mereka dalam penggunaannya.

    Kelebihan dan Kekurangan

    Membeli surat berharga negara (SBN) secara langsung atau melalui reksa dana, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Banyak pakar berpendapat bahwa imbal hasil yang diperoleh tidak akan jauh berbeda antara keduanya. Yang perlu menjadi catatan adalah surat utang negara merupakan instrumen pendapatan tetap, sedangkan reksa dana memeperoleh keuntungan dari pertumbuhan capital gain nilai aktiva bersih per unit penyertaannya.

    Jadi, mana yang lebih baik? Sebelum membahas hal tersebut, perlu kita pahami terlebih dulu mengenai apa itu reksa dana dan SBN.

    Reksa dana adalah instrumen investasi yang mengumpulkan dana dari berbagai investor untuk diinvestasikan dalam berbagai aset seperti saham, obligasi, dan instrumen pasar uang. Pengelolaan dana dilakukan oleh manajer investasi yang profesional. Reksa dana memiliki beberapa jenis, yaitu:

    1. Reksa Dana Pasar Uang. Investasi pada instrumen pasar uang seperti deposito, sertifikat Bank Indonesia, dan obligasi dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun. Risiko paling rendah, dengan return yang relatif stabil dan cocok untuk tujuan investasi jangka pendek.
    2. Reksa Dana Pendapatan Tetap. Investasi sebagian besar pada obligasi dengan jatuh tempo lebih dari satu tahun. Return lebih tinggi dibandingkan reksa dana pasar uang, dengan risiko yang lebih rendah dibandingkan reksa dana saham dan cocok untuk tujuan investasi jangka menengah.
    3. Reksa Dana Campuran. Investasi pada kombinasi saham, obligasi, dan instrumen pasar uang. Potensi return dan risiko menengah. Cocok untuk tujuan investasi jangka menengah hingga panjang.
    4. Reksa Dana Saham. Investasi sebagian besar pada saham. Potensi return tertinggi, tetapi dengan risiko paling tinggi. Cocok untuk tujuan investasi jangka panjang.

    Sementara itu, Surat Berharga Negara (SBN) adalah instrumen investasi yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia untuk membiayai anggaran negara, termasuk pembangunan infrastruktur dan proyek-proyek lainnya. SBN dianggap sebagai investasi yang relatif aman karena dijamin oleh pemerintah. Berikut adalah beberapa jenis SBN dan karakteristiknya:

    • Obligasi Negara:

      • Obligasi Negara Ritel (ORI): Dirancang untuk investor individu, biasanya memiliki kupon tetap yang dibayarkan setiap bulan, jangka waktu biasanya 3 tahun.
      • Obligasi Negara dengan Kupon Tetap (Fixed Rate Bonds). Kupon tetap yang dibayarkan secara berkala, umumnya memiliki jangka waktu lebih panjang, bisa mencapai 5-30 tahun.
      • Obligasi Negara dengan Kupon Mengambang (Floating Rate Bonds). Kupon yang bisa berubah sesuai dengan acuan suku bunga tertentu, biasanya memiliki jangka waktu menengah hingga panjang.

    • Sukuk Negara:

      • Instrumen investasi berbasis syariah.
      • Sukuk Ritel (SR). Dirancang untuk investor individu, memiliki imbal hasil tetap yang dibayarkan secara berkala, jangka waktu biasanya tiga sampai empat tahun.
      • Sukuk Tabungan (ST). Dirancang untuk investor individu, imbal hasil biasanya lebih fleksibel, jangka waktu biasanya 2 tahun.

    • Savings Bond Ritel (SBR):

      • Dirancang untuk investor individu.
      • Memiliki imbal hasil yang bisa berubah mengikuti acuan suku bunga tertentu.
      • Jangka waktu biasanya 2 tahun.
      • Bisa dicairkan sebagian sebelum jatuh tempo (early redemption).

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.