KABARBURSA.COM - PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) menunjukkan kinerja yang relatif resilien dan terkendali pada triwulan pertama tahun 2025, sebagaimana tercermin dari laporan keuangan konsolidasian yang dipublikasikan perseroan.
Meskipun laba tahun berjalan mengalami kontraksi sebesar 9,9 persen secara tahunan menjadi Rp366,97 miliar, dibandingkan Rp407,44 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya, tekanan tersebut lebih disebabkan oleh peningkatan signifikan pada komponen beban operasional. Beban penjualan meningkat menjadi Rp316,04 miliar dari Rp242,59 miliar, sedangkan beban administrasi dan umum naik menjadi Rp81,77 miliar dari sebelumnya Rp61,54 miliar.
Kedua komponen itu menandakan adanya ekspansi aktivitas distribusi serta peningkatan biaya pengelolaan korporasi yang belum sepenuhnya dikompensasi oleh pertumbuhan pendapatan.
Dalam konteks pendapatan, total penjualan ULTJ tercatat sebesar Rp2,28 triliun, sedikit mengalami kontraksi dari Rp2,29 triliun pada kuartal I 2024. Kendati demikian, perusahaan mampu mempertahankan rasio profitabilitas kotor dengan laba bruto yang naik tipis menjadi Rp792,67 miliar, dibandingkan Rp776,81 miliar pada periode sebelumnya.
Hal ini mencerminkan keberhasilan manajemen dalam menjaga efisiensi rantai pasok serta stabilitas biaya produksi di tengah fluktuasi harga input yang kerap menjadi tantangan dalam industri makanan dan minuman.
Di luar aspek operasional inti, ULTJ mencatat laba selisih kurs bersih sebesar Rp50,75 miliar serta pendapatan lain-lain sebesar Rp10,09 miliar, yang turut mendukung kestabilan arus pendapatan korporasi secara agregat.
Jika dilihat dari neraca konsolidasian, total aset ULTJ per 31 Maret 2025 mencapai Rp8,64 triliun, mengalami pertumbuhan sebesar 2,14 persen dibandingkan akhir tahun 2024. Peningkatan tersebut ditopang oleh ekspansi aset tidak lancar, termasuk kenaikan pada akun penyertaan pada entitas asosiasi, aset tetap, dan aset tidak lancar lainnya. Komposisi ini memperlihatkan arah strategis manajemen untuk memperkuat kapasitas produksi serta penetrasi jaringan distribusi melalui investasi jangka panjang.
Sementara itu, ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat 5,03 persen menjadi Rp7,71 triliun. Lonjakan ini terutama disebabkan oleh akumulasi saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya, yang tumbuh dari Rp6,65 triliun menjadi Rp7,01 triliun dalam tiga bulan terakhir.
Sebagai bagian dari praktik tata kelola perusahaan yang akuntabel dan berorientasi pada pemegang saham, ULTJ mengumumkan distribusi dividen tunai berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPS) yang digelar pada 3 Mei 2025.
Total dividen untuk tahun buku 2024 ditetapkan sebesar Rp467,92 miliar atau ekuivalen dengan Rp45 per lembar saham. Jadwal cum dividen di pasar reguler dan negosiasi jatuh pada 14 Mei 2025, sementara pembayaran kepada investor dijadwalkan pada 5 Juni 2025.
Kebijakan ini didasarkan pada laba bersih tahun buku 2024 yang mencapai Rp1,13 triliun, serta cadangan saldo laba yang tidak dibatasi penggunaannya yang mencerminkan kapasitas perusahaan untuk mempertahankan imbal hasil kepada pemegang saham secara berkelanjutan.
Menurut Helina Widayani, Corporate Secretary ULTJ, keputusan pembagian dividen mencerminkan keseimbangan antara alokasi laba untuk kepentingan ekspansi usaha dan komitmen perseroan dalam memberikan nilai ekonomis kepada para pemegang saham.
"Dengan posisi kas per akhir Maret 2025 sebesar Rp2,18 triliun serta ekuitas yang solid di atas Rp7,4 triliun, ULTJ berada dalam posisi finansial yang memungkinkan untuk melanjutkan investasi strategis tanpa mengorbankan kestabilan pembagian dividen," ujarnya, melalui keterbukaan informasi, dikutip Sabtu, 3 Mei 2025.
Valuasi Saham ULTJ, saatnya Masuk Sekarang?
Dari sudut pandang valuasi pasar, saham ULTJ menawarkan metrik fundamental yang relatif atraktif. Price to Earnings Ratio (P/E) trailing berada di level 13,04 kali, sementara P/E tahunan diestimasi berada pada 9,80 kali.
Angka ini menunjukkan bahwa investor saat ini membayar Rp9,80 untuk setiap rupiah laba yang dihasilkan perusahaan dalam setahun ke depan, yang tergolong konservatif dibandingkan dengan rerata P/E sektor barang konsumsi yang lazim berada dalam kisaran 18 hingga 25 kali.
Earnings Yield yang tercermin dari inverse P/E berada di angka 7,67 persen, memberikan kompensasi imbal hasil yang cukup kompetitif terhadap risiko pasar.
Adapun dari sisi Price to Book Value (PBV), saham ULTJ tercatat berada di level 1,85 kali, yang mengindikasikan premi moderat terhadap nilai buku bersih perusahaan. Namun demikian, beberapa indikator valuasi lanjutan memperlihatkan adanya tekanan terhadap kualitas arus kas.
Price to Cashflow (TTM) berada di level 20,87 kali dan Price to Free Cashflow melonjak ke 176,48 kali, mengindikasikan bahwa konversi laba akuntansi ke arus kas aktual masih menjadi tantangan. EV/EBITDA di angka 7,89 dan EV/EBIT sebesar 9,26 kali menunjukkan valuasi pasar terhadap kapasitas operasional perusahaan masih dalam ambang wajar, dengan pertimbangan efisiensi dan potensi pertumbuhan.
Rasio PEG (Price to Earnings Growth) sebesar 1,63 kali memperlihatkan bahwa valuasi terhadap potensi pertumbuhan pendapatan perusahaan masih relatif seimbang. Namun PEG tiga tahunan yang negatif (-56,70) mencerminkan dinamika fluktuatif pertumbuhan laba historis dan potensi inkonsistensi kinerja masa lalu. Hal ini perlu diperhatikan secara cermat, terutama oleh investor institusional yang memprioritaskan stabilitas profitabilitas jangka panjang.
Dari perspektif teknikal, tren harga saham ULTJ menunjukkan pola koreksi yang cukup signifikan. Per akhir sesi perdagangan 3 Mei 2025, saham ditutup turun 0,72 persen ke level Rp1.375 per saham. Secara year-to-date, harga telah turun sebesar 23,82 persen, dengan penurunan satu bulan dan tiga bulan terakhir masing-masing sebesar 7,09 persen dan 11,58 persen.
Volume transaksi pada hari tersebut mencapai 3,75 juta lembar, jauh di atas rata-rata volume tiga bulan terakhir sebesar 1,54 juta, yang dapat mengindikasikan adanya rotasi kepemilikan atau pergeseran posisi pasar yang masif.
Meskipun tekanan teknikal masih berlangsung, valuasi saham yang mulai memasuki area undervalued jika dibandingkan dengan rerata sektoral dan historis memberikan ruang untuk strategi akumulasi jangka menengah.
ULTJ, dengan basis bisnis yang defensif, manajemen konservatif, serta komitmen pada pembayaran dividen, tetap menjadi kandidat utama dalam portofolio investasi berorientasi kestabilan arus kas.
Dengan dividend yield sebesar 3,27 persen terhadap harga pasar saat ini, saham ULTJ secara fundamental dan historis mampu menawarkan keseimbangan antara pertumbuhan moderat dan distribusi laba yang berkesinambungan. (*)