KABARBURSA.COM - Aksi divestasi besar-besaran Ciptadana Capital di saham First Media (KBLV), dengan total 240,63 juta lembar yang dijual bertahap pada 11, 12, 13, 14, 15, 22, dan 25 Agustus 2025, terlihat lebih sebagai distribusi di tengah reli ketimbang sinyal fundamental negatif.
Setelah transaksi-transaksi itu tuntas, porsi kepemilikan Ciptadana yang sebelumnya 342,77 juta lembar (19,68 persen) menyusut menjadi 102,13 juta lembar atau 5,86 persen. Dengan kata lain, Ciptadana masih berstatus pemegang saham signifikan, namun free float bertambah sehingga likuiditas di pasar sekunder berpotensi membaik.
Menariknya, sepanjang Agustus harga KBLV justru melonjak tajam, dari Rp57 (1 Agustus) ke Rp202 (29 Agustus) atau melejit sekitar 254 persen, dan kini berada di Rp220, masih 205 persen lebih tinggi dibanding Rp72 pada 6 Agustus.
Pola ini lazim dalam fase momentum, di mana pihak besar melepas barang ke pasar saat antusiasme meningkat, sementara harga tetap terdorong oleh arus beli ritel dan trader momentum.
Bagaimana setelahnya? Perdagangan terakhir memang ditutup melemah 9,09 persen ke Rp220, dengan nilai transaksi harian sekitar Rp20,1 miliar. Tekanan intraday tercermin dari rentang harga yang lebar (Rp220–Rp250) dan Average True Range yang tinggi, yang menandakan volatilitas kian besar.
Strategi Buy on Weakness Saham KBLV
Namun performa teknikal mingguan masih condong bullish. Ringkasan indikator mengarah “Sangat Beli”. Seluruh moving average kunci, baik sederhana maupun eksponensial dari MA5 sampai MA200, berada di bawah harga sehingga menyusun tangga tren naik yang rapih.
MACD masih di zona beli, ADX di kisaran 35 mengindikasikan tren yang cukup kuat, dan Rate of Change yang tinggi menegaskan besarnya percepatan harga belakangan ini. Sisi yang perlu diwaspadai adalah RSI 14 di area 77 dan StochRSI di 88 yang menandai kondisi overbought. Di fase seperti ini, reli kerap diselingi koreksi tajam dalam waktu singkat.
Pivot mingguan klasik menempatkan area Rp220 sebagai titik poros, dengan support berikutnya di Rp176 dan resistance di Rp246–Rp290. Sementara level Fibonacci menjaga rentang penyeimbang di sekitar Rp193–Rp247.
Menyatukan sinyal-sinyal tersebut, aksi jual Ciptadana tampak sebagai profit taking dan penataan portofolio di tengah lonjakan harga, bukan pembalikan arah yang sistemik. Tren besar KBLV masih naik, tetapi “panas” dan mudah terpeleset oleh aksi ambil untung jangka pendek.
Untuk strategi berbasis teknikal mingguan, pendekatan yang paling waras adalah buy on weakness, alih-alih mengejar di pucuk, namun manfaatkan penurunan ke zona Rp193–Rp214 sebagai area akumulasi bertahap dengan pengendalian risiko ketat.
Trader momentum yang sudah memegang posisi dapat mempertahankan selama harga bertahan di atas poros Rp214–Rp220, namun disiplin memasang stop loss dinamis di bawah area tersebut mengingat volatilitas tinggi.
Jika rintangan pertama di Rp246 tertembus dengan volume meyakinkan, ruang uji berikutnya terbuka menuju Rp263–Rp290; sebaliknya, patahnya poros Rp214 akan memicu fase pendinginan lebih dalam sebelum tren naik diuji kembali.(*)
 
      