KABARBURSA.COM - Saham PT Alamtri Minerals Indonesia Tbk. (ADMR) kembali menjadi sorotan investor setelah sejumlah rekomendasi “buy”. Begitu pula dengan Republik Investor, yang memberikan strategi masuk di level Rp1.070 dengan target harga Rp1.115–Rp1.135 dan stop loss di Rp1.040.
Pertanyaannya, seberapa validkah strategi ini jika dibandingkan dengan kondisi teknikal harian serta dukungan fundamental dan kinerja keuangan perusahaan?
Pada perdagangan terakhir, ADMR bergerak stagnan di Rp1.070 dengan volume transaksi sekitar 406 ribu lot, Hal ini menunjukkan konsolidasi di area yang cukup krusial. Secara teknikal, indikator mayoritas masih memberi sinyal “sangat beli”.
Moving average jangka pendek hingga panjang (MA5–MA200) seluruhnya berada dalam tren positif. Itu artinya, momentum jangka menengah masih mendukung penguatan. RSI di level 59 juga menunjukkan ruang kenaikan yang masih terbuka tanpa indikasi overbought, meski Stochastic RSI sudah berada di area jenuh beli.
Dari sisi pivot, area Rp1.055–Rp1.070 menjadi support kuat, sementara resistensi terdekat di Rp1.100 sebelum menuju Rp1.115 dan Rp1.135, sesuai dengan target yang ditetapkan.
Dengan ATR tinggi, volatilitas memang meningkat, sehingga disiplin stop loss di Rp1.040 menjadi langkah konservatif yang realistis untuk membatasi risiko.
Harga Wajar dan Valuasi
Secara valuasi, ADMR saat ini diperdagangkan pada PE TTM 8,28, lebih rendah dibanding median IHSG 9,11. Earnings yield mencapai 12,08 persen membuat ADMR tampak cukup atraktif.
Analis konsensus menempatkan harga wajar rata-rata di Rp1.326, dengan proyeksi optimistis hingga Rp1.600, jauh di atas posisi sekarang. Kondisi ini memberi ruang upside yang lebar, meski ada catatan penurunan laba bersih 2025 menjadi Rp5,1 triliun dari Rp6,9 triliun pada 2024, sebelum kembali pulih pada 2026.
Jika dilihat secara fundamental, ADMR masih menyimpan kekuatan. Laba bersih TTM mencapai Rp5,28 triliun dengan margin laba bersih 30,7 persen. Angka yang cukup tinggi untuk sektor pertambangan.
Neraca keuangan juga sehat, dengan debt-to-equity ratio rendah (0,35) dan interest coverage ratio lebih dari 300 kali. Artinya, beban utang sangat terkendali. Likuiditas perusahaan juga solid, yang tercermin dari current ratio 2,36.
Meski demikian, ada catatan pada arus kas bebas (free cash flow) yang masih negatif Rp2,9 triliun akibat tingginya belanja modal (capex Rp8,7 triliun). Hal ini mengindikasikan perusahaan sedang agresif ekspansi, sesuatu yang berpotensi positif jangka panjang tetapi memberi tekanan jangka pendek.
Yang menggembirakan, ADMR konsisten memberi dividen, dengan yield saat ini sekitar 4,5 persen. Payout ratio di kisaran 42 persen menunjukkan manajemen masih menjaga keseimbangan antara ekspansi bisnis dan distribusi keuntungan.
Dengan ekspektasi pemulihan laba di 2026, potensi kenaikan dividen tetap terbuka.
Outlook dan Strategi
Melihat keseluruhan kondisi, rekomendasi “buy” dengan entry di Rp1.070 cukup masuk akal. Target price jangka pendek Rp1.115–Rp1.135 sesuai dengan resistensi teknikal. Sementara harga wajar fundamental menurut konsensus analis masih jauh di atasnya.
Risiko koreksi tetap ada mengingat tren laba tahun ini menurun, tetapi dukungan balance sheet kuat, valuasi murah, serta prospek pertumbuhan jangka panjang menjadi faktor yang mendukung strategi ini.
Kesimpulannya, strategi buy ADMR di level Rp1.070 dengan stop loss Rp1.040 cukup rasional dalam jangka pendek, terutama bagi investor yang disiplin mengelola risiko. Namun, bagi investor jangka menengah–panjang, harga saat ini juga menawarkan peluang akumulasi, mengingat valuasi masih menarik dan konsensus harga wajar jauh lebih tinggi.
Kombinasi fundamental yang sehat, dukungan teknikal positif, dan prospek pemulihan kinerja membuat ADMR layak dipertahankan dalam radar investor.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.