KABARBURSA.COM - Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang, mendorong salah satu perusahaan manufaktur terbesar asal Turki, SANKO Holding, untuk berinvestasi di Indonesia. Upaya tersebut ia sampaikan dalam forum pertemuan dengan para pelaku industri di Istanbul, Turki pada 4-5 Juni 2024 lalu.
Sementara saat ini, total investasi Turki di Indonesia mencapai USD42,758 Juta terhitung sejak tahun 2019 hingga 2023. Capaian itu menempatkan Turki pada urutan ke-43 di antara negara-negara yang berinvestasi di Indonesia. “Dalam pertemuan kemarin, kami mendorong SANKO Holding untuk memperluas investasinya ke sektor hilir, juga ke sektor energi,” ujar Agus Gumiwang dalam keterangan tertulisnya, dikutip, Rabu, 12 Juni 2024.
Sebagai salah satu perusahaan konglomerasi manufaktur terbesar di Turki, SANKO Holding sendiri dikenal di kancah global sebagai penghasil tekstil hingga produsen energi terbarukan. Saat ini, SANKO Holding telah mempekerjakan sekitar 14.000 tenaga kerja, beroperasi di 11 sektor berbeda, dan mengekspor produknya ke lebih dari 100 negara.
Adapun sektor-sektor unggulan dari SANKO Holding meliputi industri tekstil, pengemasan, energi, konstruksi, semen dan bangunan, serta real estate. Di bidang tekstil, SANKO Textile merupakan salah satu pemimpin global dalam produksi benang dan kain.
Agus Gumiwang mengaku, terus mengupayakan Sanko Holding berinvestasi pada sektor hilir, yakni industri pengolahan tuna dan galangan kapal. Hal tersebut dinilai sejalan, mengingat SANKO tengah mengembangkan budi daya tuna di Biak, Papua serta membuat kapal pengolah tuna.
Investasi di Sektor PLTA
Dalam kesempatan yang sama, Agus Gumiwang juga mengajak serta anak perusahaan SANKO Holding, yakni SANKO Enerji untuk berinvestasi di bidang Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Indonesia, yang saat ini memiliki tingkat utilisasi rendah. “Terdapat sekitar 69 bendungan di Indonesia yang belum termanfaatkan secara optimal, sehingga menjadi peluang yang bisa dimanfaatkan SANKO Holding untuk mengembangkan lini energinya di Indonesia,” jelasnya.
Saat ini, SANKO Enerji sendiri memiliki sejumlah pembangkit listrik dari hydroelectric, angin, dan panas bumi dengan kapasitas terpasang sebesar 1.000 MW. Peluang investasi yang ditawarkan oleh Agus Gumiwang juga mendorong SANKO Holding untuk berpartisipasi dalam produksi energi terbarukan, sebagai salah satu upaya mewujudkan Net Zero Emission di Indonesia pada 2060. “Pihak SANKO menyambut baik tawaran tersebut dan akan membicarakan hal ini lebih lanjut,” jelasnya.
Bidik Sektor Peralatan Rumah Tangga
Pada kesempatan sebelumnya, Agus Gumiwang juga menggelar pertemuan dengan President of Consumer Durables Arcelik, Fatih Kemal Ebiçlioğlu. Di mana pertemuan tersebut, ia juga menawarkan perusahaan alat rumah tangga asal Turki, Arcelik, berinvestasi di Indonesia.
Arcelik sendiri saat ini telah membangun kemitraan dengan Hitachi untuk memproduksi mesin cuci di Karawang, Jawa Barat. Arcelik juga merencanakan pengembangan kapasitas produksinya di Indonesia dengan mendirikan pabrik baru untuk produk pendingin udara dan lemari es di Semarang.
Sementara itu, Koc Holding yang merupakan perusahaan induk dari Arcelik melakukan akuisisi dan joint venture dengan berbagai mitra, termasuk dengan Hitachi untuk pasar Asia Pasifik, untuk meningkatkan usahanya. “Kami mengajak Arcelik untuk menjajaki peluang kerja sama baru dengan perusahaan elektronik Indonesia seperti Polytron,” kata Agus Gumiwang.
Bidik Perusahaan Tekstil Turki
Dalam gelaran forum yang sama, Agus Gumiwang juga menggelar pertemuan dengan CEO Kordsa, İbrahim Özgür Yıldırım. Pertemuan itu juga membahas peluang kerja sama dalam produk ban dan industri tekstil, mengingat investasi Kordsa di Indonesia mencapai USD21 juta.
Kordsa sendiri juga memiliki fasilitas pabrik di Bogor untuk memproduksi nilon, benang, dan olahan industri karet lainnya yang berorientasi ekspor saat ini. Kordsa juga mengaku di pasar Amerika Utara, perusahaan mendapatkan persaingan dari China dan Vietnam.
Terkait hal ini, Agus Gumiwang mengaku, Pemerintah Indonesia memberikan insentif berupa super tax deduction hingga 300 persen dan Indokordsa (perusahaan Kordsa di Indonesia) dapat mengajukan hal ini. Sedangkan untuk insentif lainnya akan dibahas lebih lanjut.
“Kebijakan industri di Indonesia berfokus pada peningkatan nilai tambah dan pengintegrasian sektor industri Indonesia dalam rantai pasok global. Hal ini juga ditujukan untuk melindungi investasi asing di Indonesia, khususnya di sektor manufaktur,” jelasnya.
Ia menyambut baik apabila Kordsa berminat mengembangkan produk selain yang telah diproduksi di Indonesia. Produk-produk yang dapat dikembangkan antara lain composite concentrate, kantong udara untuk kendaraan, dan composite fiber untuk penguatan struktur bangunan. “Kami mendukung rencana tersebut dan pembahasan lebih lanjut secara teknis akan dilakukan pada pertemuan selanjutnya,” pungkasnya. (and/*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.