Logo
>

Aksi Jual Saham Lo Kheng Batalkan Pembagian Dividen CFIN?

Ditulis oleh Yunila Wati
Aksi Jual Saham Lo Kheng Batalkan Pembagian Dividen CFIN?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Secara mengejutkan, emiten multifinance dari Grup Panin, PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN) membatalkan rencana pembagian dividen. Diduga, aksi jual saham yang dilakukan oleh investor kawakan Lo Kheng Hong sebesar 4 juta saham, menjadi salah satu penyebabnya.

    Saat ini Lo memiliki sebesar 203.944.700 saham atau 5,12 persen. Lo Kheng Hong menyatakan bahwa alasan di balik penjualan saham tersebut adalah karena ia membeli saham CFIN pada kisaran harga Rp200 dan saat ini harga saham berada di sekitar Rp500.

    Sementara, kondisi internal CFIN juga sedang tidak baik-baik saja. Emiten ini mengalami penurunan tajam dan telah mencapai auto reject bawah (ARB) sejak awal perdagangan sesi I pada 6 Juli kemarin, yang juga merupakan periode ex date dividen tunai CFIN.

    Pada pukul 10:42 WIB, saham CFIN tergelincir 14,75 persen ke level Rp520 per saham. Saham ini telah mencatatkan transaksi sebanyak 1.117 kali dengan volume mencapai 6,87 juta lembar saham, dan nilai transaksi mencapai Rp3,57 miliar. Kapitalisasi pasar saat ini mencapai Rp2,07 triliun.

    Pada posisi tersebut, terdapat antrian jual sebanyak 3,6 juta lot dengan harga Rp520 per saham atau setara dengan Rp18,7 miliar di order offer, menjadi antrian jual terbanyak dalam sesi I hari ini. Sementara itu, belum terdapat antrian yang terlihat di order bid, menunjukkan bahwa saham CFIN sudah mencapai ARB.

    Penurunan saham CFIN ini terjadi di tengah periode pembagian dividen tunai perusahaan. Pada hari ini, ex date dividen tunai berlangsung di pasar reguler dan negosiasi. Sebelumnya, CFIN telah mengumumkan rencana pembagian dividen senilai total Rp398,45 miliar atau Rp100 per saham, berdasarkan keputusan dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) pada 22 Juni.

    Laba Bersih CFIN

    Pada 2023, Clipan Finance Indonesia (CFIN) berhasil mencatatkan kinerja keuangan yang mengesankan dengan laba bersih sebesar Rp815 miliar. Angka ini menunjukkan lonjakan signifikan sebesar 162,9 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2022 yang mencatatkan laba bersih sebesar Rp310,72 miliar.

    Laporan keuangan 2023 yang telah diaudit dan diunggah di laman Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan bahwa laba per saham CFIN mencapai Rp204,54 per lembar pada akhir 2023, meningkat tajam dari Rp77,98 per lembar pada akhir 2022.

    Harjanto Tjitohardjojo, Direktur Utama CFIN, melaporkan bahwa pendapatan perseroan sepanjang 2023 mencapai Rp2,296 triliun, naik 52,1 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencatatkan pendapatan Rp1,509 triliun. Kenaikan ini didorong oleh pendapatan dari pembiayaan konsumen yang naik 18,7 persen secara tahunan menjadi Rp1,231 triliun.

    Selain itu, pendapatan dari sumber lain juga mengalami kenaikan signifikan sebesar 129,4 persen secara tahunan menjadi Rp996,39 miliar. Meskipun demikian, beban operasional juga meningkat sebesar 13,7 persen secara tahunan menjadi Rp1,261 triliun pada 2023. Namun, berkat peningkatan pendapatan, laba sebelum pajak CFIN tetap melonjak 159,3 persen menjadi Rp1,035 triliun.

    Secara spesifik, total piutang dari pembiayaan konsumen CFIN meningkat sebesar 24,04 persen secara tahunan menjadi Rp8,429 triliun pada 2023. Di sisi lain, jumlah kewajiban juga mengalami lonjakan sebesar 48,2 persen secara tahunan menjadi Rp4,384 triliun pada tahun yang sama.

    Data ini menunjukkan performa kuat CFIN dalam mengelola portofolio pembiayaan dan mengoptimalkan pendapatan, meskipun dihadapkan pada kenaikan beban operasional yang signifikan.

    Alasan Batal Bagi Dividen

    Secara garis besar, menahan laba dan tidak membagikan dividen dapat menjadi strategi yang bijak bagi perusahaan dalam jangka panjang. Meskipun penurunan minat investor dalam membeli saham dapat menimbulkan risiko kekurangan modal dan potensi kesulitan finansial, kebijakan ini memungkinkan perusahaan untuk mengalokasikan dana lebih banyak ke dalam pengembangan, penelitian, dan inovasi produk.

    Dengan menginvestasikan laba yang seharusnya dibagikan sebagai dividen ke dalam upaya-upaya seperti perluasan fasilitas, penggunaan teknologi modern, dan peningkatan pelatihan karyawan, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi produksi, mengembangkan produk baru, serta meningkatkan kualitas produk yang ditawarkan. Hal ini tidak hanya meningkatkan daya saing perusahaan tetapi juga memperluas pangsa pasar dalam jangka panjang.

    Sebagai contoh, perusahaan manufaktur yang mengalokasikan dana untuk pengembangan infrastruktur produksi dapat menghasilkan barang-barang dengan harga lebih terjangkau dan kualitas yang lebih baik. Ini memberikan manfaat tidak hanya bagi investor dengan meningkatkan nilai perusahaan dalam jangka panjang, tetapi juga bagi masyarakat dengan menyediakan produk yang lebih terjangkau dan berkualitas.

    Dengan membangun reputasi sebagai perusahaan yang terpercaya dan inovatif, perusahaan dapat menarik minat investor jangka panjang dan mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan. Strategi ini menggambarkan komitmen perusahaan dalam menciptakan nilai tambah jangka panjang bagi semua pihak yang terlibat, termasuk investor, karyawan, dan masyarakat secara keseluruhan.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79