KABARBBURSA.COM - PT United Tractors Tbk (UNTR) memberikan pinjaman kepada PT Arkora Hydro Tbk (ARKO) pada tanggal 28 Juni 2024.
Sara K. Loebis, Corporate Secretary UNTRA menyampaikan bahwa UNTR memberikan pinjaman sebesar Rp150 miliar kepada ARKO dalam bentuk fasilitas pinjaman berulang (revolving). Dana ini akan digunakan oleh ARKO untuk mendanai proyek pembangkit listrik tenaga air di Pongbembe, Sulawesi Selatan, dengan kapasitas 3 x 6,66 MW. Seperti dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu 3 Juli 2024.
Sara menjelaskan bahwa pinjaman ini memiliki bunga dengan margin 2,3 persen + JIBOR 3 bulan per tahun. Fasilitas pinjaman bersifat revolving dengan periode ketersediaan dana selama tiga tahun sejak penandatanganan perjanjian dan bertenor tujuh tahun sejak tanggal penarikan.
Sebagai informasi, ARKO adalah anak usaha UNTR melalui PT Energia Prima Nusantara (EPN) dan PT Bina Pertiwi Energi (BPE). Seluruh saham EPN dan BPE dimiliki oleh UNTR, sehingga transaksi ini merupakan transaksi afiliasi sesuai regulasi OJK dalam POJK 42/2020.
Sara menambahkan, secara bisnis, bagi UNTR akan lebih menguntungkan memberikan pinjaman ini daripada menyimpan dana kasnya di bank dengan tingkat suku bunga deposito saat ini.
Harga Komoditas dan Depresiasi
PT United Tractors Tbk (UNTR) tidak merasa khawatir bahwa konflik geopolitik yang mempengaruhi harga komoditas dan depresiasi rupiah akan berdampak negatif terhadap kelangsungan bisnis perusahaan.
Direktur UNTR, Iwan Hadiantoro, menyatakan bahwa hal ini disebabkan oleh diversifikasi lini bisnis UNTR yang kuat. “UNTR memiliki bisnis yang terdiversifikasi dengan baik,” ujar Iwan di Jakarta, seperti yang dikutip pada Kamis 25 April 2024.
Iwan menjelaskan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah saat ini memengaruhi bisnis perusahaan dalam bidang mesin konstruksi atau alat berat. Depresiasi rupiah menyebabkan biaya impor alat berat meningkat, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi harga jual alat berat UNTR.
Kondisi ini, menurut Iwan, membuat perusahaan merasa kurang optimis dalam menargetkan penjualan alat berat UNTR sepanjang tahun ini, yang diperkirakan akan turun hingga 25 persen.
“Segmen bisnis ini kita hanya targetkan penjualan sebanyak 3.900 sampai 4.000 unit, lebih rendah dari realisasi penjualan tahun lalu yang sampai 5.270 unit,” ujar dia.
Namun Iwan mengatakan, segmen bisnis lain yakni batu bara dan emas UNTR dalam kondisi sentimen dinilai berbalik lebih menguntungkan dan membawa margin positif.
“Nanti efeknya secara bottom line ini diharapkan bisa mengimbangi penurunan penjualan di segmen bisnis alat berat.”
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur UNTR Frans Kesuma juga mengatakan jika sepanjang tahun ini, perseroan juga tidak mau tertinggal untuk melihat berbagai peluang bisnis.
Itu dilakukan dengan rencana entitas Group Astra tersebut yang bakal melanjutkan akuisisi berbagai aset sepanjang tahun lalu.
Namun, tahun ini, kata Frans, aksi korporasi perusahaan pada tahun ini hanya akan fokus terhadap bisnis energi baru dan terbarukan (EBT) dan mineral saja.
“Kalau memang ada potensi, kami akan tetap grow up. opportunity kan nggak mungkin datang dua kali. kalau tahun ini ada, tahun depan masih ada? Intinya kalau ada potensi ya kita akan review,” ujar dia.
Produksi Batu Bara
PT United Tractors Tbk (UNTR) mengakui bahwa mereka tidak dapat memenuhi permintaan batu bara pada tahun ini, meskipun ada proyeksi peningkatan permintaan batu bara secara global.
Presiden Direktur UNTR, Frans Kesuma, menyatakan bahwa sepanjang tahun ini, perseroan tetap mempertahankan target produksi batu bara hingga 12 juta ton. Meskipun demikian, target ini naik sekitar 5 persen dari target tahun sebelumnya, yang mencapai 11,8 juta ton.
“Produksi [batu bara], yang kami punya, kan, tidak banyak. Meski target meningkat, tetapi kita juga ada keterbatasan,” ujar Frans di Jakarta, Rabu 24 April 2024.
Dalam kaitan Frans mengatakan, bahwa aset-aset tambang perusahaan saat ini juga telah didera berbagai kendala operasional.
“Pada prinsipnya, kapasitas kami terbatas untuk meningkatkan. Kami hanya punya tambang yang bergantung dari sungai, dan cukup jauh letaknya dari open sea,” ujar dia.
Dengan demikian, kata Frans, rencana peningkatan produksi batu bara pun akan semakin sulit dilakukan.
Terlebih, hal itu juga sejalan dengan rencana perseoran yang memang berkeinginan untuk meninggalkan bisnis batu bara secara bertahap, seiring dengan tren transisi energi.
“Kami sudah sampaikan, kami tidak akan cari tambang batu bara lain.”
Per Selasa kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman bulan ini berada di USD136,75/ton. Turun 0,91 persen dari hari sebelumnya.
Meski begitu, dapan sepekan ke belakang, harga batu bara masih naik 1,04 persen. Sejak awal bulan ini, harga juga masih naik 0,50 persen. Kenaikan harga tersebut sejalan dengan tingginya permintaan batu bara global.
Mengutip, kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara global naik ke rekor tertinggi pada tahun lalu, didorong oleh lonjakan pembangkit listrik baru di China dan melambatnya jumlah pembangkit listrik yang pensiun di seluruh dunia, menurut laporan baru dari Global Energy Monitor.