KABARBURSA.COM - PT Midi Utama Indonesia Tbk atau MIDI atau alfamidi baru saja merilis laporan keuangan kuartal II 2024 yang memperlihatkan kinerja positif dalam beberapa aspek penting. Dengan arus kas operasional yang kuat dan pertumbuhan pendapatan yang stabil, perusahaan minimarket yang terkenal dengan nama Alfamidi ini menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan yang berkelanjutan. Meskipun menghadapi beberapa tantangan dalam hal laba per saham, kinerja harga saham MIDI tetap menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Pada kuartal pertama 2024, MIDI mencatat pendapatan bersih (net income) sebesar Rp159 miliar, naik dari Rp118 miliar pada kuartal pertama 2023 dan Rp89 miliar pada periode yang sama 2022. Laba bersih pada kuartal kedua 2024 juga menunjukkan peningkatan menjadi Rp166 miliar, dibandingkan dengan Rp142 miliar pada kuartal kedua 2023 dan Rp104 miliar pada kuartal kedua 2022.
Selama dua belas bulan terakhir (trailing twelve months/TTM) yang berakhir pada 30 Juni 2024, MIDI mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp582 miliar, meningkat dari Rp517 miliar pada tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan efisiensi operasional dan memanfaatkan peluang pasar dengan baik.
Valuasi dan Kinerja Saham
Dari sisi valuasi (valuation), rasio PE (Price to Earnings ratio) tahunan MIDI tercatat sebesar 22,04, sedangkan rasio PE TTM adalah 24,58. Rasio harga terhadap penjualan (Price to Sales ratio) sebesar 0,77 dan rasio harga terhadap nilai buku (Price to Book Value ratio) sebesar 3,66 menunjukkan valuasi saham yang cukup menarik bagi investor. Rasio harga terhadap arus kas (Price to Cashflow ratio) TTM adalah 10,68, sedangkan rasio harga terhadap arus kas bebas (Price to Free Cashflow ratio) TTM mencapai 23,33, mengindikasikan arus kas yang cukup kuat untuk mendukung operasional perusahaan.
Likuiditas dan Solvabilitas
Rasio likuiditas (current ratio) MIDI tercatat sebesar 0,96, sedangkan rasio cepat (quick ratio) adalah 0,29. Meskipun rasio likuiditas ini menunjukkan tantangan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, struktur modal perusahaan yang sehat tercermin dari rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity ratio) yang sangat rendah, yaitu 0,01.
Profitabilitas
Dari sisi profitabilitas (profitability), pengembalian aset (Return on Assets/ROA) MIDI tercatat sebesar 7,22 persen, sedangkan pengembalian ekuitas (Return on Equity/ROE) adalah 14,89 persen. Margin laba kotor (Gross Profit Margin) pada kuartal terakhir mencapai 26,61 persen, yang menunjukkan efisiensi dalam mengelola biaya produksi. Margin laba operasi (Operating Profit Margin) tercatat sebesar 4,33 persen dan margin laba bersih (Net Profit Margin) mencapai 3,33 persen, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari total pendapatannya.
Dividen dan Pengembalian Saham
Pada 2024, MIDI membagikan dividen (dividend) sebesar Rp4,65 miliar dengan rasio pembayaran (payout ratio) sebesar 23,94 persen. Hasil dividen (dividend yield) mencapai 1,09 persen, memberikan pengembalian yang stabil bagi para pemegang saham. Tanggal ex-dividen terakhir tercatat pada 29 Mei 2024.
Laporan Laba Rugi dan Neraca
Selama dua belas bulan terakhir (TTM), MIDI mencatat pendapatan (revenue) sebesar Rp18.487 miliar dengan laba kotor sebesar Rp4.861 miliar dan EBITDA sebesar Rp1,66 triliun. Laba bersih mencapai Rp582 miliar, menunjukkan performa keuangan yang stabil dan sehat.
Pada neraca keuangan, total aset (total assets) perusahaan tercatat sebesar Rp8.057 miliar, dengan total kewajiban (total liabilities) sebesar Rp3.937 miliar. MIDI memiliki utang jangka pendek (short-term debt) sebesar Rp57 miliar dan utang jangka panjang (long-term debt) sebesar Rp57 miliar, dengan total ekuitas (total equity) mencapai Rp3.909 miliar. Jumlah kas (cash) yang dimiliki perusahaan sebesar Rp331 miliar, menunjukkan likuiditas yang cukup untuk mendukung operasional dan ekspansi bisnis.
Laporan Arus Kas
Pada periode dua belas bulan terakhir (trailing twelve months/TTM), PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) mencatatkan arus kas dari operasional (cash from operations) sebesar Rp1.339 miliar. Angka ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas positif dari aktivitas utamanya. Namun, arus kas dari investasi (cash from investing) tercatat negatif Rp1.006 miliar, yang menunjukkan pengeluaran besar untuk investasi yang diharapkan dapat memberikan keuntungan di masa depan.
Di sisi lain, arus kas dari pendanaan (cash from financing) juga negatif sebesar Rp324 miliar, menandakan adanya pengeluaran untuk pembayaran utang atau distribusi dividen. Pengeluaran modal (capital expenditure) selama periode ini mencapai Rp726 miliar. Dengan demikian, arus kas bebas (free cash flow) perusahaan tercatat positif sebesar Rp613 miliar, menandakan kondisi keuangan yang sehat dan kemampuan perusahaan untuk mendanai ekspansi tanpa perlu mencari tambahan pembiayaan eksternal.
Pertumbuhan
MIDI menunjukkan kinerja yang cukup baik dalam hal pertumbuhan (growth). Pertumbuhan pendapatan kuartalan (quarter YoY growth) tercatat sebesar 8,31 persen, sementara pendapatan tahun berjalan (YTD YoY growth) meningkat sebesar 13,14 persen. Pertumbuhan pendapatan tahunan (annual YoY growth) mencapai 11,06 persen. Laba bersih kuartalan (quarter YoY growth) meningkat sebesar 17,20 persen, dan laba bersih tahun berjalan (YTD YoY growth) naik 25,24 persen.
Pertumbuhan laba bersih tahunan (annual YoY growth) bahkan mencapai 29,51 persen. Namun, pertumbuhan EPS tahunan (annual YoY growth) menurun drastis sebesar 88,84 persen, menunjukkan adanya tekanan pada laba per saham meskipun laba bersih meningkat.
Kinerja Harga Saham
Kinerja harga saham MIDI menunjukkan berbagai perubahan positif. Selama satu minggu terakhir, harga saham mengalami peningkatan sebesar 4,39 persen. Dalam periode satu bulan, harga saham naik 6,47 persen, sementara dalam tiga bulan terakhir, harga saham meningkat 10,88 persen. Kinerja harga saham dalam enam bulan mencatat kenaikan sebesar 7,00 persen, dan dalam satu tahun terakhir, harga saham naik sebesar 7,54 persen.
Peningkatan yang signifikan terlihat dalam jangka waktu tiga tahun, dengan kenaikan harga saham sebesar 148,29 persen, dan dalam lima tahun, meningkat sebesar 308,55 persen. Dalam sepuluh tahun, harga saham bahkan mengalami kenaikan sebesar 798,78 persen. Namun, kinerja harga saham tahun ini hingga saat ini (year to date) menunjukkan penurunan sebesar 0,47 persen. Harga tertinggi saham selama 52 minggu mencapai Rp530, sedangkan harga terendah selama periode yang sama adalah Rp344.(*)