Logo
>

ALTO Dihadapkan Masalah PKPU, Menunggak Rp10,5 Miliar

Ditulis oleh Syahrianto
ALTO Dihadapkan Masalah PKPU, Menunggak Rp10,5 Miliar

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Tri Banyan Tirta Tbk (ALTO), produsen air minum dalam kemasan (AMDK) tengah menghadapi tantangan berat setelah beberapa pemasoknya mengajukan permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).

    Berdasarkan keterbukaan informasi, permohonan tersebut mencerminkan adanya masalah likuiditas di perusahaan tersebut, yang disebabkan oleh tagihan dari pemasok yang belum dibayar sejak Desember 2021. Meski likuiditas konsolidasi perusahaan masih positif, arus kas perusahaan sangat ketat, memaksa manajemen untuk mengambil langkah penghematan biaya operasional dan produksi.

    Menurut Huda Nardono, Sekretaris Perusahaan ALTO, permohonan PKPU diajukan oleh dua pemasok utama PT Tri Banyan Tirta Tbk. PT Indo Ceria Plastik dan Printing, yang mengklaim tunggakan sebesar Rp7,1 miliar. PT Surindo Teguh Gemilang, dengan tunggakan sebesar Rp3,4 miliar. Jadi, total tunggakan kepada kedua pemasok adalah Rp10,5 miliar.

    "Kedua kewajiban ini telah jatuh tempo sejak Desember 2021. Sementara itu, permohonan PKPU lain yang diajukan oleh Demitri Tjandra dengan nomor perkara 239/Pdt.Sus-PKPU/2024/PN Niaga Jkt.Pst sudah dicabut, menunjukkan upaya negosiasi yang berhasil. Namun, tiga perkara PKPU lainnya masih dalam proses negosiasi," ujar dia, Jumat, 25 Oktober 2024.

    Lebih lanjut, meski total aset konsolidasi perusahaan lebih besar dibandingkan total liabilitas, manajemen ALTO mengakui bahwa mereka menghadapi masalah dalam likuiditas jangka pendek. Hal ini tercermin dari current ratio yang menunjukkan arus kas yang ketat.

    "Dengan kondisi ini, ALTO sedang berupaya mengurangi biaya operasional dan produksi yang dinilai tidak produktif sebagai langkah untuk menjaga stabilitas keuangan perusahaan," jelasnya.

    Jika dibandingkan dengan ekuitas perusahaan, nilai kewajiban kepada kedua pemasok utama dinilai tidak material oleh manajemen. Namun, hal ini tidak mengurangi urgensi penyelesaian masalah PKPU.

    Saat ini, produsen AMDK yang lebih dikenal dengan merek Alto sedang menjalankan negosiasi intensif dengan kedua pemasok guna mencapai kesepakatan damai yang bersifat kekeluargaan, dengan harapan agar tuntutan PKPU dapat dicabut.

    Perusahaan juga menegaskan bahwa mereka sedang fokus untuk menyelesaikan masalah ini sesegera mungkin. Keberhasilan dalam mengatasi tantangan PKPU ini akan menjadi indikator penting dalam menjaga stabilitas dan kredibilitas ALTO di mata para pemasok dan investor.

    Kinerja Keuangan: Penurunan Drastis Pendapatan

    ALTO juga menghadapi tantangan dari segi pendapatan. Pada paruh pertama 2024, perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar Rp16,54 miliar, jauh menurun dibandingkan dengan pendapatan pada akhir 2023 yang mencapai Rp180,56 miliar. Penurunan tajam ini bisa menjadi salah satu faktor yang memperburuk arus kas perusahaan, mempersempit ruang gerak mereka dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.

    Pendapatan ALTO juga mengalami penurunan signifikan, dengan total pendapatan di semester pertama 2024 hanya mencapai Rp44,4 miliar, turun drastis sebesar 70,4 persen dibandingkan pendapatan Rp149,8 miliar pada semester pertama 2023. Penurunan pendapatan ini turut memengaruhi laba kotor, yang hanya mencapai Rp4,0 miliar, turun 70,8 persen dari Rp13,7 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

    EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) perusahaan juga mencatatkan penurunan tajam, hanya sebesar Rp884,1 juta, turun sebesar 89,5 persen dibandingkan Rp8,4 miliar di semester pertama tahun 2023. Selain itu, EBITDA margin ALTO juga tergerus menjadi hanya 2 persen, jauh di bawah kinerja tahun sebelumnya.

    Dalam laporan keuangannya, ALTO juga mencatatkan rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio) yang cukup tinggi, mencapai 2,06 kali, dengan total liabilitas jangka pendek sebesar Rp155,9 miliar dan liabilitas jangka panjang sebesar Rp488,1 miliar. Total ekuitas perusahaan tercatat sebesar Rp313,0 miliar, sementara total aset mencapai Rp957,0 miliar.

    Dari sisi profitabilitas, perusahaan mencatatkan rasio Return on Assets (ROA) sebesar -1,12 persen dan Return on Equity (ROE) sebesar -3,43 persen, yang mencerminkan tekanan kinerja keuangan perusahaan selama semester pertama 2024. Net margin tercatat di angka -24,1 persen, mencerminkan kerugian yang cukup besar dalam kegiatan operasional perusahaan.

    Meskipun kondisi pasar tetap menantang, perusahaan belum membagikan dividen untuk periode ini, dengan rasio dividen yang tetap di 0,00. Rasio price-to-book value (PBV) perusahaan tercatat sebesar 0,11x, yang menunjukkan valuasi pasar yang relatif rendah dibandingkan nilai buku perusahaan.

    Tantangan bagi Tri Banyan Tirta

    Tantangan yang dihadapi PT Tri Banyan Tirta Tbk dalam menyelesaikan kewajiban kepada para pemasok menunjukkan adanya masalah likuiditas yang signifikan, meskipun dari segi aset, perusahaan masih berada di jalur yang aman.

    Upaya negosiasi dengan pemasok menjadi solusi utama yang diandalkan manajemen untuk menyelesaikan perkara PKPU ini. Dengan kewajiban yang tertunggak sejak 2021, keberhasilan negosiasi ini akan sangat menentukan kelangsungan operasional perusahaan.

    Bagi para pemangku kepentingan, terutama investor, perkembangan dalam penyelesaian kasus PKPU ini perlu dicermati dengan baik, karena keberhasilan atau kegagalan negosiasi akan berpengaruh pada kondisi keuangan jangka pendek perusahaan.

    Stabilitas likuiditas dan arus kas yang lebih baik akan menjadi kunci keberhasilan ALTO untuk bangkit dari krisis yang saat ini tengah dihadapinya. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.