Logo
>

ALTO Rencanakan Penjualan Pabrik untuk Tingkatkan Cashflow

Ditulis oleh Pramirvan Datu
ALTO Rencanakan Penjualan Pabrik untuk Tingkatkan Cashflow

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Tri Banyan Tirta Tbk (ALTO) tengah merencanakan penjualan salah satu aset utama berupa pabrik. Langkah ini diambil untuk memenuhi kebutuhan dana, mengingat kondisi arus kas perusahaan yang masih belum stabil.

    Corporate Secretary ALTO, Huda Nardono, menjelaskan bahwa penjualan pabrik tersebut merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk memperbaiki cashflow. "Kami membuka peluang bagi masyarakat umum serta calon investor untuk membeli aset-aset Perseroan," ujarnya. Seperti dalam pernyataannya di Jakarta, Senin 9 Desember 2024.

    Saat ini, perusahaan juga tengah mencari investor baru untuk mendukung kelangsungan operasionalnya. "Investor ini diharapkan bisa membantu memastikan kegiatan operasional tetap berjalan lancar," tambahnya.

    Selain itu, keputusan penghentian produksi merek-merek minuman seperti ALTO, TOTAL, dan TOTAL 8+ juga dipengaruhi oleh kondisi keuangan perusahaan. Biaya distribusi dan pemasaran yang sangat tinggi menjadi tantangan tersendiri bagi Perseroan. Selama pandemi COVID-19, perusahaan berusaha menjaga kestabilan cashflow dengan memangkas pengeluaran, sehingga operasional tetap berjalan.

    Untuk itu, kapasitas produksi yang ada dialihkan untuk memenuhi permintaan makloon, baik untuk produk air minum dalam kemasan (AMDK) maupun PH8+. "Kami sementara menghentikan produksi merek sendiri karena cashflow yang belum memungkinkan," ujar Huda.

    Penurunan Drastis Pendapatan

    ALTO juga menghadapi tantangan dari segi pendapatan. Pada paruh pertama 2024, perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar Rp16,54 miliar, jauh menurun dibandingkan dengan pendapatan pada akhir 2023 yang mencapai Rp180,56 miliar. Penurunan tajam ini bisa menjadi salah satu faktor yang memperburuk arus kas perusahaan, mempersempit ruang gerak mereka dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.

    Pendapatan ALTO juga mengalami penurunan signifikan, dengan total pendapatan di semester pertama 2024 hanya mencapai Rp44,4 miliar, turun drastis sebesar 70,4 persen dibandingkan pendapatan Rp149,8 miliar pada semester pertama 2023. Penurunan pendapatan ini turut memengaruhi laba kotor, yang hanya mencapai Rp4,0 miliar, turun 70,8 persen dari Rp13,7 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

    EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) perusahaan juga mencatatkan penurunan tajam, hanya sebesar Rp884,1 juta, turun sebesar 89,5 persen dibandingkan Rp8,4 miliar di semester pertama tahun 2023. Selain itu, EBITDA margin ALTO juga tergerus menjadi hanya 2 persen, jauh di bawah kinerja tahun sebelumnya.

    Dalam laporan keuangannya, ALTO juga mencatatkan rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio) yang cukup tinggi, mencapai 2,06 kali, dengan total liabilitas jangka pendek sebesar Rp155,9 miliar dan liabilitas jangka panjang sebesar Rp488,1 miliar. Total ekuitas perusahaan tercatat sebesar Rp313,0 miliar, sementara total aset mencapai Rp957,0 miliar.

    Dari sisi profitabilitas, perusahaan mencatatkan rasio Return on Assets (ROA) sebesar -1,12 persen dan Return on Equity (ROE) sebesar -3,43 persen, yang mencerminkan tekanan kinerja keuangan perusahaan selama semester pertama 2024. Net margin tercatat di angka -24,1 persen, mencerminkan kerugian yang cukup besar dalam kegiatan operasional perusahaan.

    Meskipun kondisi pasar tetap menantang, perusahaan belum membagikan dividen untuk periode ini, dengan rasio dividen yang tetap di 0,00. Rasio price-to-book value (PBV) perusahaan tercatat sebesar 0,11x, yang menunjukkan valuasi pasar yang relatif rendah dibandingkan nilai buku perusahaan.

    Tantangan bagi Tri Banyan Tirta

    Tantangan yang dihadapi PT Tri Banyan Tirta Tbk dalam menyelesaikan kewajiban kepada para pemasok menunjukkan adanya masalah likuiditas yang signifikan, meskipun dari segi aset, perusahaan masih berada di jalur yang aman.

    Upaya negosiasi dengan pemasok menjadi solusi utama yang diandalkan manajemen untuk menyelesaikan perkara PKPU ini. Dengan kewajiban yang tertunggak sejak 2021, keberhasilan negosiasi ini akan sangat menentukan kelangsungan operasional perusahaan.

    Bagi para pemangku kepentingan, terutama investor, perkembangan dalam penyelesaian kasus PKPU ini perlu dicermati dengan baik, karena keberhasilan atau kegagalan negosiasi akan berpengaruh pada kondisi keuangan jangka pendek perusahaan.

    Stabilitas likuiditas dan arus kas yang lebih baik akan menjadi kunci keberhasilan ALTO untuk bangkit dari krisis yang saat ini tengah dihadapinya. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.