Logo
>

Analis: Penundaan Short Selling Redam Volatilitas Pasar

Penundaan tersebut akan berdampak pada kenaikan likuiditas yang tidak tercapai dari target sebelumnya

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Analis: Penundaan Short Selling Redam Volatilitas Pasar
Ilustrasi short selling. Foto: Shutterstock

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Keputusan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menunda transaksi short selling dianggap tepat oleh sejumlah analis. 

    VP Head of Marketing, Strategy & Planning PT Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi, menyebut pihaknya memandang penundaan short selling berpotensi mengurangi tekanan dikarenakan dapat meredam volatilitas dalam jangka pendek.

    "Di sisi lain, penundaan tersebut akan berdampak pada kenaikan likuiditas yang tidak tercapai dari target sebelumnya," ujarnya saat dihubungi Kabarbursa.com, Rabu, 5 Maret 2025.

    Audi menceritakan, Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa juga sempat melarang short selling guna meredam volatilitas ketika krisis keuangan pada 2008 silam. Lalu, pada 2015, China juga menerapkan hal serupa atas respon crashnya pasar saham.  

    "Sehingga, memang penundaan short selling berdampak meredam volatilitas dalam jangka pendek," ucap dia. 

    Namun begitu, Audi menyatakan penerapan short selling tetap diperlukan.  Sebab, transaksi ini berguna untuk mengurangi distorsi harga, yang kemungkinan dapat menjadi over value.

    Tak hanya itu, short selling juga dapat menghambat hedging, karena saat pasar turun para fund terkadang membutuhkan short selling untuk melindungi dari resiko penurunan harga.

    Selain menunda short selling, OJK juga mengeluarkan kebijakan buyback tanpa menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 

    Secara keseluruhan, Audi melihat dua kebijakan itu cukup positif dalam jangka pendek guna menstabilkan volatilitas pasar. Meski dipandang baik, dia mengaku pihaknya khawatir penundaan short selling dan buyback tanpa RUPS akan berdampak negatif. 

    "Tetapi kami juga mengkhawatirkan dampak negatif yang cenderung mendorong terjadinya distorsi harga dan manipulasi harga tanpa didasari pada undervalued harga di pasar," tuturnya. 

    Hal serupa juga diungkapkan Founder Stocknow.id Hendra Wardana. Dia mengatakan, dua kebijakan yang diambil OJK itu berpotensi memberikan stabilitas bagi pasar dalam jangka pendek.

    "Kebijakan ini bertujuan untuk menjaga psikologis investor agar tidak panik dalam menghadapi tekanan pasar yang cukup kuat. Meski demikian, efektivitasnya masih akan diuji oleh sentimen eksternal yang lebih dominan," ujarnya. 

    OJK-BEI Tunda Transaksi Short Selling

    Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi menunda penggunaan transaksi short selling demi menjaga stabilitas pasar modal dalam negeri. 

    Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi, mengatakan keputusan tersebut diambil setelah bertemu dengan para pelaku pasar modal hari ini. 

    "Pada dialog tadi kami mendengarkan banyak sekali masukan-masukan konstruktif dari pelaku sekaligus stakeholder pasar modal yang tentunya akan segera kita tindak lanjuti sesuai dengan kapasitas dan peran kami masing-masing," ujarnya dalam acara konferensi pers di Gedung BEI Jakarta, Senin, 3 Maret 2025.

    Inarno menyampaikan pembicaraan tersebut fokus terhadap kondisi pasar saham Indonesia yang beberapa hari terakhir tengah mengalami tekanan. 

    Dengan masukan yang diterima para pelaku pasar, Inarno menyatakan pihaknya dan BEI memutuskan untuk menunda transaksi short selling. 

    "OJK akan mengambil kebijakan awal untuk pertama adalah menunda implementasi kegiatan short selling," katanya. 

    Selain itu, kata Inarno, pembicaraan tersebut juga melahirkan keputusan yakni opsi kebijakan mengkaji buyback saham tanpa adanya Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 

    Inarno menjelaskan dua kebijakan itu dipusatkan demi menjaga stabilitas pasar, peningkatan likuiditas, dan juga memberikan perlindungan terhadap investor. 

    "Selain itu kami hadir mengamati dan juga berperan aktif dalam menjaga pasar modal Indonesia tetap stabil, transparan, dan juga berintegritas khususnya bagi investor lokal, retail, maupun internasional," pungkasnya.

    Memahami Short Selling: Strategi, Risiko, dan Rekomendasi

    Short selling merupakan strategi perdagangan saham yang memungkinkan investor meraih keuntungan dari penurunan harga saham. Strategi ini dilakukan dengan cara menjual saham yang dipinjam dari pihak lain, biasanya perusahaan sekuritas, dengan harapan harga saham tersebut akan turun sehingga dapat dibeli kembali dengan harga lebih rendah. Dengan demikian, investor dapat memperoleh keuntungan dari selisih harga jual awal dan harga beli kembali.

    Proses short selling dimulai ketika seorang trader meminjam saham dari broker atau lembaga sekuritas. Saham tersebut kemudian dijual di pasar dengan harga yang sedang berlaku. 

    Jika harga saham benar-benar mengalami penurunan seperti yang diprediksi, trader dapat membeli kembali saham tersebut dengan harga lebih rendah dan mengembalikannya kepada pihak yang meminjamkan. Selisih antara harga jual awal dan harga beli kembali inilah yang menjadi keuntungan bagi trader.

    Meskipun terdengar menarik, short selling memiliki risiko yang sangat besar. Salah satu risiko utama adalah kemungkinan harga saham justru naik, bukan turun seperti yang diharapkan. 

    Jika harga saham naik, trader harus membeli kembali saham dengan harga yang lebih tinggi dari harga jualnya, yang berarti mengalami kerugian. Berbeda dengan strategi investasi biasa yang keuntungannya terbatas pada kenaikan harga saham, potensi kerugian dalam short selling bisa tidak terbatas karena harga saham dapat terus meningkat.

    Selain itu, short selling juga melibatkan biaya tambahan berupa bunga atau margin interest yang harus dibayarkan kepada broker selama saham masih dalam status pinjaman. Hal ini menambah beban finansial bagi trader, terutama jika harga saham tidak segera turun sesuai prediksi.

    Menggunakan strategi short selling memerlukan pemahaman yang mendalam mengenai pasar saham serta manajemen risiko yang baik. Oleh karena itu, strategi ini lebih cocok bagi investor berpengalaman yang telah memiliki kemampuan analisis pasar yang kuat. 

    Sebelum memutuskan untuk melakukan short selling, trader perlu mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk kondisi pasar, tren saham yang diincar, serta strategi mitigasi risiko untuk menghindari potensi kerugian yang besar.

    Dengan segala tantangan dan potensi keuntungannya, short selling tetap menjadi salah satu strategi yang menarik dalam dunia perdagangan saham. Namun, penggunaannya harus dilakukan dengan hati-hati dan hanya oleh mereka yang telah memiliki pemahaman yang cukup dalam menghadapi dinamika pasar saham.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.