Logo
>

Analisis Penurunan Harga Minyak Brent dan WTI Oktober-November 2025

Pada penutupan perdagangan, harga minyak Brent untuk kontrak November 2025 jatuh 76 sen atau 1,1 persen

Ditulis oleh Pramirvan Datu
Analisis Penurunan Harga Minyak Brent dan WTI Oktober-November 2025
Ilustrasi minyak dunia. Foto: dok Pertamina

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga minyak mentah terjun tajam, tertekan oleh kekhawatiran yang meluas seputar pasokan yang berlimpah dan pelemahan permintaan yang jauh melebihi perkiraan pasar, meskipun Federal Reserve baru saja menurunkan suku bunga untuk pertama kalinya tahun ini dengan harapan meningkatkan konsumsi.

    Pada penutupan perdagangan, harga minyak Brent untuk kontrak November 2025 jatuh 76 sen atau 1,1 persen, ke posisi USD66,68 per barel. Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Oktober 2025 turun 89 sen atau 1,4 persen, berada di level USD62,68 per barel.

    Kedua harga acuan ini sebenarnya sempat mencatatkan kenaikan selama dua minggu berturut-turut, namun kini ketidakpastian menyelimuti pasar. Pasokan minyak dunia yang terus menguat, dikombinasikan dengan keputusan OPEC yang mengurangi pemangkasan produksi, menciptakan tekanan tersendiri bagi pasar. Demikian diungkapkan Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates.

    “Sanksi terhadap ekspor minyak mentah Rusia sejauh ini belum menunjukkan dampak signifikan,” katanya.

    Federal Reserve memangkas suku bunga acuannya sebesar seperempat poin persentase pada hari Rabu lalu, dan memberikan sinyal kemungkinan pemangkasan lebih lanjut seiring munculnya tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja Amerika Serikat. Biasanya, penurunan biaya pinjaman seperti ini akan mendorong permintaan minyak sekaligus mengangkat harga.

    Namun, John Kilduff, mitra di Again Capital, memandang bahwa pemangkasan suku bunga sebesar seperempat poin persentase di masa mendatang kemungkinan tidak cukup untuk menggairahkan pasar minyak. Pelemahan dolar yang menyertai kebijakan tersebut justru membuat harga minyak menjadi lebih mahal secara internasional.

    “Fed perlu bertindak lebih agresif,” ujarnya.  Seperti dilansir Reuters.“Kenaikan sebesar 50 poin basis diperlukan untuk benar-benar memacu permintaan. Saat ini, kebijakan Fed belum mampu menggeser fundamental pasar minyak.”

    Dari sisi permintaan, tren melemah semakin nyata. Seluruh lembaga energi utama, termasuk Badan Informasi Energi AS (EIA), menyuarakan kekhawatiran yang sama. Priyanka Sachdeva, analis di Phillip Nova, menilai kondisi ini meredam harapan lonjakan harga minyak dalam waktu dekat.

    Lipow juga menyoroti musim turnaround kilang yang tengah berlangsung sebagai faktor yang semakin menekan permintaan. Turnaround merupakan periode rutin di mana kilang menghentikan unit produksinya untuk pemeliharaan menyeluruh, biasanya terjadi pada musim semi dan gugur.

    Di Amerika Serikat, kenaikan stok distilat sebesar 4 juta barel—melampaui ekspektasi—menjadi sinyal peringatan bagi pasar. Hal ini menandakan permintaan di negara konsumen minyak terbesar dunia mulai melemah, yang selanjutnya menekan harga lebih jauh.

    Kondisi ekonomi domestik AS turut menambah tekanan. Data terbaru mengindikasikan pasar tenaga kerja yang melemah, sementara pembangunan rumah keluarga tunggal merosot ke titik terendah dalam beberapa tahun terakhir pada Agustus. Penurunan tersebut dipicu oleh kelebihan pasokan rumah baru yang belum terjual, sehingga membebani sektor properti dan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.