KABARBURSA.COM – Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mulai menunjukkan sinyal pemulihan setelah sempat terkoreksi dari level tertingginya.
Momentum ini bertepatan dengan peristiwa penting, yaitu peletakan batu pertama megaproyek ekosistem industri baterai kendaraan listrik yang digarap bersama oleh konsorsium Antam, Indonesia Battery Corporation (IBC), dan raksasa baterai asal Tiongkok, CBL.
Nilai investasinya ditaksir mencapai USD5,9 miliar atau setara Rp96 triliun. Angka ini cukup besar dan juga menjadi sebuah langkah besar dalam ambisi Indonesia menjadi pemain kunci di industri energi baru.
Mengutip analisis founder IIE Rita Efendy, Senin, 30 Juni 2025, secara teknikal, harga saham ANTM kini diperdagangkan di kisaran Rp3.030 setelah sempat jatuh dari puncak harga Rp3.600. Koreksi tersebut cukup dalam, disertai tekanan jual yang tinggi.
Namun grafik harian memperlihatkan pola menarik, di mana harga memantul dari level support kuat di Rp2.880, yang sekaligus merupakan area pivot penting, dan ditutup menguat 3,06 persen pada perdagangan hari ini.
Kondisi ini mengindikasikan potensi pergeseran sentimen pasar dari aksi jual menuju akumulasi. Jika harga mampu menembus dan bertahan di atas Rp3.100 dalam beberapa sesi ke depan, peluang menuju target harga di kisaran Rp3.300 hingga Rp3.500 akan semakin terbuka.
Di sisi lain, koreksi terbatas ke area Rp2.900–Rp2.950 masih bisa dimanfaatkan investor sebagai titik masuk yang lebih konservatif. Meski demikian, batas risiko tetap perlu dijaga ketat di level Rp2.880 atau maksimal Rp2.750 bila harga kembali melemah.
Dari sisi fundamental, proyek industri baterai ini memberi angin segar bagi Antam. Tak lagi sekadar perusahaan tambang, Antam kini bergerak lebih dalam ke rantai hilirisasi nikel, komponen utama baterai kendaraan listrik.
Artinya, pendapatan Antam ke depan tidak semata bergantung pada harga nikel dunia, tetapi juga dari nilai tambah proses industri lanjutan yang lebih stabil dan berkelanjutan.
Di tengah meningkatnya tren elektrifikasi global, proyek ini bukan hanya soal bisnis, tapi juga bagian dari strategi jangka panjang Indonesia dalam membangun kemandirian industri energi bersih. Dan Antam berada di tengah-tengahnya.
Dengan sinyal teknikal yang mulai membaik dan dukungan katalis kuat dari proyek strategis ini, saham ANTM layak dipantau lebih dekat. Bagi investor jangka menengah hingga panjang, momentum ini bisa jadi pintu masuk untuk ikut dalam perjalanan transformasi energi nasional.
Indonesia Groundbreaking Proyek Baterai Listrik Rp100 Triliun
Diberitakan, presiden Prabowo Subianto memulai langkah penting Indonesia menuju kemandirian industri kendaraan listrik dengan menghadiri seremoni peletakan batu pertama (groundbreaking) proyek pabrik baterai mobil listrik di Kawasan Industri Artha Industrial Hill, Karawang, Jawa Barat.
Proyek ini digarap oleh konsorsium besar yang melibatkan anak usaha perusahaan global asal Tiongkok, Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL), dan dua badan usaha milik negara: PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dan Indonesia Battery Corporation (IBC).
Proyek yang diberi nama “Dragon” ini bukan sekadar proyek biasa. Ini adalah bagian dari skema ekosistem industri baterai kendaraan listrik terintegrasi yang menyatukan rantai produksi dari hulu ke hilir.
Total ada enam proyek yang digarap dalam ekosistem ini, lima berada di Halmahera Timur, Maluku Utara, dan satu di Karawang. Seluruh proyek ini dijalankan melalui perusahaan patungan bernama PT Contemporary Amperex Technology Indonesia Battery (CATIB), hasil sinergi Antam, IBC, dan anak usaha CATL yakni Brunp dan Lygend (CBL).
Dengan nilai investasi mencapai USD5,9 miliar atau setara Rp100 triliun, Proyek Dragon masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN). Tak hanya menyasar sektor industri dan teknologi, proyek ini juga diproyeksikan memberi dampak sosial dan ekonomi yang luas.
Pemerintah menargetkan proyek ini akan menyerap 8.000 tenaga kerja langsung dan mendorong pembangunan 18 dermaga multifungsi, yang juga akan memperkuat jaringan logistik industri nasional. Luas lahan yang digunakan untuk keseluruhan proyek ini mencapai lebih dari 3.000 hektare.
Dari sisi produksi, proyek ini diperkirakan akan menghasilkan daya baterai hingga 15 gigawatt hour (GWh). Jumlah ini cukup signifikan untuk memenuhi kebutuhan baterai kendaraan listrik baik untuk pasar domestik maupun ekspor.
Dalam konteks global, angka ini menempatkan Indonesia sebagai pemain penting di industri baterai kendaraan listrik, bukan lagi sekadar penyedia bahan mentah seperti nikel.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, dalam pernyataan terpisah dari Istana Kepresidenan, menyebut proyek ini sebagai proyek pembuka dari 18 proyek hilirisasi prioritas yang akan digulirkan pemerintah.
Menurutnya, groundbreaking ini adalah sinyal jelas bahwa pemerintah tidak hanya ingin mengandalkan sumber daya alam, tetapi juga ingin memastikan bahwa nilai tambah dari komoditas strategis seperti nikel bisa dinikmati di dalam negeri.
Bahlil juga menyebut kawasan industri milik Grup Artha Graha yang dipimpin pengusaha nasional Tommy Winata ini akan menjadi salah satu tulang punggung baru pertumbuhan industri berbasis energi bersih di Tanah Air.
“Ini bukan hanya proyek industri, ini adalah bukti bahwa Indonesia mulai naik kelas dalam peta global,” kata Bahlil, Jumat, 27 Juni 2026.
Dengan dukungan teknologi tinggi dari CATL, yang dikenal sebagai produsen baterai kendaraan listrik terbesar di dunia, dan kolaborasi erat antar-BUMN, proyek ini diharapkan mampu mempercepat transformasi ekonomi Indonesia menuju era industri berbasis energi terbarukan.
Indonesia selama ini dikenal sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia, komponen utama dalam baterai kendaraan listrik. Namun selama bertahun-tahun, komoditas ini lebih sering diekspor dalam bentuk bahan mentah. Melalui proyek seperti Dragon, pemerintah ingin membalik narasi tersebut, dari eksportir bahan baku menjadi produsen bernilai tambah tinggi.
Jika proyek ini berjalan sesuai rencana, bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia bukan hanya dikenal sebagai negara tambang, tapi juga sebagai pusat produksi baterai kendaraan listrik terbesar di Asia Tenggara. Dan langkah itu, kini resmi dimulai dari Karawang.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.