KABARBURSA.COM - PT Harum Energy Tbk (HRUM) mengumumkan rencana untuk mengalokasikan sekitar Rp1 triliun untuk program buyback saham. Rencana ini akan dibahas dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang dijadwalkan pada 17 September 2024.
Jika disetujui, perusahaan yang sedang bertransisi dari sektor batu bara ke sektor penghiliran nikel ini akan melaksanakan buyback dari 18 September 2024 hingga 17 September 2025. Dengan anggaran sebesar Rp1 triliun, HRUM berencana untuk membeli kembali sekitar 849 juta lembar saham.
Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan nilai investasi para pemegang saham dengan mengalokasikan sebagian dari arus kas bersih perusahaan untuk buyback saham.
Manajemen PT Harum Energy Tbk menjelaskan bahwa aksi buyback ini memiliki dua tujuan utama. Pertama, untuk memberikan fleksibilitas dalam mencapai struktur permodalan yang lebih efisien, dan kedua, untuk menurunkan keseluruhan biaya modal perusahaan. Selain itu, buyback ini diharapkan dapat memperbaiki laba per saham (EPS) dan return on equity (ROE) secara berkelanjutan.
Manajemen juga menyebutkan bahwa proforma laba per saham setelah buyback, dengan alokasi biaya Rp1 triliun atau sekitar USD61,8 juta, diperkirakan akan meningkat dari USD0,002806 per akhir Juni 2024 menjadi USD0,002922. Ini menunjukkan peningkatan sebesar USD0,000186.
Kinerja Semester I 2024
PT Harum Energy Tbk yakin bahwa program buyback saham yang direncanakan tidak akan memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap operasional perusahaan. Perusahaan menyatakan bahwa mereka memiliki modal kerja dan kas yang cukup untuk mendukung program buyback serta kegiatan usaha lainnya secara bersamaan.
Program buyback ini diharapkan dapat memperbaiki likuiditas perdagangan saham HRUM sehingga lebih mencerminkan kondisi fundamental perusahaan. Menurut laporan keuangan untuk semester I 2024, HRUM berhasil mencatatkan peningkatan pendapatan yang signifikan, meskipun laba bersih perusahaan tidak menunjukkan perbaikan yang sama.
Laporan keuangan menunjukkan bahwa PT Harum Energy Tbk mengalami kenaikan pendapatan sebesar 21,21 persen dibandingkan tahun lalu, mencapai USD596,68 juta, naik dari USD492,24 juta pada semester I 2023. Peningkatan pendapatan ini didorong oleh dua segmen utama: pendapatan dari kontrak dengan pelanggan yang meningkat 20,4 persen year on year (yoy), dan pendapatan sewa yang melonjak tajam sebesar 112,31 persen yoy.
Namun, meskipun pendapatan mengalami kenaikan, laba bersih HRUM justru mengalami penurunan yang signifikan sebesar 75 persen yoy. Laba bersih turun dari USD150,6 juta pada semester I 2023 menjadi USD37,36 juta pada semester I 2024. Penurunan laba bersih ini terutama disebabkan oleh lonjakan beban pokok pendapatan dan beban langsung yang meningkat 87 persen yoy, mencapai USD447,95 juta.
Saham HRUM
Pada perdagangan hari Senin, 12 Agustus 2024, saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) mendapatkan sambutan positif dari pasar, melonjak sebesar 13,79 persen hingga mencapai level Rp1.320 per saham. Meskipun demikian, saham perusahaan yang dimiliki oleh konglomerat Kiki Barki ini masih mengalami penurunan sebesar 4,35 persen sejak awal tahun.
Lonjakan harga batu bara yang signifikan pada minggu lalu turut menyokong kenaikan saham HRUM hari ini. Harga batu bara meningkat 3,26 persen sepanjang pekan lalu, mencapai level tertinggi dalam delapan bulan terakhir sejak Desember 2023. Pada akhir pekan lalu, menurut Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak September ditutup pada USD150,5 per ton, naik 1,01 persen dan melanjutkan tren penguatan selama delapan hari berturut-turut.
Penguatan harga batu bara tersebut mencatatkan dua rekor. Rekor pertama adalah harga tertinggi sepanjang tahun ini, dan jika diteliti lebih lanjut, harga batu bara kemarin merupakan yang tertinggi sejak 7 Desember 2023. Rekor kedua adalah penguatan tujuh hari berturut-turut, pencapaian terbaik sejak awal Maret 2024, di mana harga batu bara menguat selama 11 hari berturut-turut.
Kenaikan harga batu bara ini sejalan dengan harga gas Eropa yang tetap tinggi, kemungkinan dipengaruhi oleh dampak serangan Ukraina ke barat daya Rusia. Menurut Montel News, data Ice Index menunjukkan kontrak gas TTF acuan Eropa berakhir pada EUR39,73/MWh, naik EUR1,27 dalam sehari dan mendekati level tertinggi dalam delapan bulan terakhir, yaitu EUR40,48/MWh pada 8 Desember. Lonjakan harga gas ini membuat Eropa beralih ke batu bara, menyebabkan permintaan dari benua tersebut meningkat dalam dua bulan terakhir.
Sementara itu, analis Samuel Sekuritas, Farras Farhan, menyoroti transformasi HRUM menuju bisnis nikel. Terlihat dari lonjakan volume penjualan nikel sebesar 63,1 persen secara kuartal, mencapai 13.874 ton pada kuartal II 2024. Peningkatan ini didorong oleh kontribusi signifikan dari PT Westrong Metal Industry (WMI) yang menyuplai 8.365 ton nikel, dengan pendapatan total dari nikel mencapai USD285,1 juta.
"Kenaikan harga nikel di London Metal Exchange (LME) juga berkontribusi pada harga jual rata-rata yang lebih tinggi, yakni USD13.537 per ton," jelas Farras dalam laporan terbarunya.
Namun, laba PT Harum Energy Tbk untuk semester I 2024 berada di bawah ekspektasi. Hal ini disebabkan oleh penurunan harga batu bara yang mencapai USD94,5 per ton serta penyesuaian nilai wajar WMI sebesar USD30,8 juta. Meskipun kontribusi dari nikel meningkat, margin laba HRUM masih lebih rendah dibandingkan dengan unit bisnis batu bara. Ancaman terhadap laba muncul dari penurunan harga batu bara Newcastle dan nikel LME, serta kelebihan pasokan yang dipicu oleh perlambatan ekonomi global, terutama di China.
Di sisi lain, penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) strategis dengan Eternal Tsingshan Group dan dimulainya operasi tambang nikel laterit HRUM pada kuartal III 2024 diharapkan dapat memperkuat posisi bisnis nikel perusahaan. Berdasarkan analisis ini, Samuel Sekuritas merekomendasikan untuk membeli saham HRUM dengan target harga Rp1.600 per saham. (*)