KABARBURSA.COM - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatat aplikasi Livin' by Mandiri menunjukan kinerja positif pada kuartal I 2025. Hal ini tercermin dari pertumbuhan pengguna.
Hingga tiga bulan pertama 2025, pengguna terdaftar Livin’ by Mandiri mencapai 30,7 juta pengguna. Sementara, frekuensi transaksi menembus 1,1 miliar kali dan nilai transaksi mencapai Rp 1.070 triliun atau tumbuh 16 persen secara year on year (YoY).
Frekuensi transaksi secara keseluruhan juga tumbuh, khususnya pada fitur QR Payment yang mencatat kenaikan sebesar 159 persen secara year on year (YoY) per Maret 2025.
Sementara itu, peningkatan kualitas dan keterlibatan pengguna Livin’ by Mandiri turut berkontribusi terhadap pertumbuhan fee based income Bank Mandiri sebesar 20 persen secara year on year (YoY) per Maret 2025.
Adapun fitur-fitur Livin' by Mandiri turut mendorong pertumbuhan kredit sektor retail perusahaan menjadi Rp 1.672 triliun pada kuartal I 2025.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan, Livin’ by Mandiri pihaknya akan terus mengakselerasi inovasi digital agar dapat menghadirkan layanan perbankan yang semakin relevan dan adaptif terhadap kebutuhan nasabah di era yang dinamis ini.
"Kami berharap, dengan transformasi berkelanjutan, Bank Mandiri dapat memberikan nilai tambah nyata dan memperkuat hubungan jangka panjang dengan masyarakat dan nasabah," ujarnya dalam keterangan resmi dikutip, Jumat, 16 Mei 2025.
Laba Mandiri Tumbuh Empat Persen, NIM Jadi Sorotan Tajam
Sebelumnya diberitakan, Mandiri mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 4 persen secara tahunan (year on year) pada kuartal pertama tahun 2025 menjadi Rp13,2 triliun.
Meski secara kuartalan (quarter on quarter) menurun sekitar 4 persen dibandingkan akhir tahun lalu, kinerja ini masih berada dalam jalur ekspektasi pasar dengan realisasi sekitar 23 persen dari estimasi laba konsensus tahunan.
Pertumbuhan laba Mandiri tersebut sebagian besar ditopang oleh kenaikan pendapatan non-bunga yang melonjak 15 persen secara tahunan, melampaui laju pertumbuhan pendapatan bunga bersih yang hanya tumbuh 6 persen pada periode yang sama. Hal ini mengindikasikan strategi diversifikasi sumber pendapatan yang terus diperkuat oleh perseroan di tengah tekanan margin bunga yang belum mereda.
Kualitas aset Bank Mandiri tetap menjadi sorotan positif dalam laporan keuangan kuartal pertama 2025. Rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) berada di level stabil 1,2 persen, tidak berubah dari periode yang sama tahun lalu dan hanya sedikit naik dari posisi akhir tahun 2024 yang berada di angka 1,1 persen.
Rasio loan at risk (LAR) tercatat sebesar 7,2 persen, meningkat dari 6,8 persen pada akhir tahun lalu, namun tetap lebih rendah dibanding posisi tahun sebelumnya di 8,4 persen.
Peningkatan ini menurut manajemen disebabkan oleh proses restrukturisasi sementara dari sejumlah nasabah korporasi, terutama di sektor nikel yang saat ini tengah mengalami tekanan harga komoditas global.
Meski rasio credit cost atau biaya pencadangan berada di angka rendah 0,9 persen, manajemen Bank Mandiri tetap mempertahankan panduan tahunan di kisaran 1 hingga 1,2 persen sebagai langkah antisipatif terhadap ketidakpastian ekonomi global dan tekanan eksternal lainnya.
Namun demikian, performa margin bunga bersih atau NIM Mandiri masih tertekan. NIM Mandiri tercatat turun menjadi 4,8 persen pada kuartal pertama 2025, dari 5,1 persen di periode yang sama tahun lalu dan 5,3 persen pada kuartal sebelumnya.
Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan biaya dana atau cost of fund (CoF) menjadi 2,38 persen, naik dari 2,07 persen pada tahun sebelumnya, seiring dengan strategi Mandiri dalam menjaga likuiditas di tengah kondisi pasar uang yang relatif ketat.
Penurunan yield pinjaman atau loan yield menjadi 7,64 persen dari sebelumnya 7,73 persen juga turut menekan NIM Mandiri, terutama karena penurunan tingkat bunga acuan global seperti SOFR yang berdampak pada segmen kredit korporasi. Meski demikian, manajemen tetap optimistis bahwa tekanan NIM hanya bersifat temporer.
Dalam paparan kinerja terkini, Bank Mandiri menyampaikan bahwa pemulihan margin bunga diharapkan terjadi pada semester kedua 2025, seiring dengan potensi pelonggaran suku bunga Bank Indonesia dan meningkatnya belanja fiskal pemerintah yang dapat memperbaiki kondisi likuiditas perbankan nasional.
Dari sisi efisiensi, Bank Mandiri mencatatkan lonjakan beban operasional sebesar 16 persen secara tahunan menjadi Rp15,2 triliun. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh peningkatan biaya tenaga kerja sebesar 19 persen, yang mencerminkan kebijakan pemberian insentif dan bonus kepada unit-unit regional guna mendorong pertumbuhan dana murah atau CASA.
Langkah strategis ini penting untuk mengurangi ketergantungan terhadap simpanan berjangka yang berbiaya tinggi. Rasio cost-to-income (CIR) Bank Mandiri tercatat sebesar 40,8 persen, naik dari 38,2 persen pada periode yang sama tahun lalu, namun manajemen menegaskan bahwa target CIR hingga akhir tahun tetap dijaga agar tidak melebihi batas 40 persen seperti yang dicapai sepanjang tahun 2024.
Performa Saham BMRI
Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menutup pekan ini dengan performa yang patut dicermati. Pada perdagangan Jumat, 16 Mei 2025, saham bank pelat merah ini menguat 2,82 persen atau naik 150 poin ke level Rp5.475.
Kenaikan ini menambah deretan tren positif BMRI yang dalam sepekan terakhir sudah melesat 14,78 persen, bahkan mencatat lonjakan hingga 18,25 persen dalam rentang satu bulan terakhir.
Menariknya, penguatan harga saham tersebut tidak diiringi oleh lonjakan volume transaksi. Tercatat, volume perdagangan harian mencapai 229,38 juta lembar, sedikit lebih rendah dari rata-rata volume 245,25 juta.
Data ini mengisyaratkan bahwa penguatan BMRI tidak bersandar pada spekulasi jangka pendek semata, melainkan lebih pada sentimen pasar yang cukup solid terhadap fundamental perusahaan.
Kinerja positif BMRI memang tak datang tiba-tiba. Dalam beberapa waktu terakhir, Bank Mandiri secara konsisten menunjukkan pertumbuhan yang stabil, baik dari sisi ekspansi bisnis maupun adopsi teknologi digital.
Langkah transformasi digital yang dijalankan perusahaan dalam beberapa tahun terakhir mulai menunjukkan hasil yang konkret, terutama dalam memperluas basis nasabah dan mengefisiensikan operasional.
Dari sisi makroekonomi, pelaku pasar juga mulai mengambil posisi atas ekspektasi stabilnya suku bunga serta proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional yang tetap terjaga di tengah ketidakpastian global. Dalam konteks tersebut, saham-saham sektor perbankan, termasuk BMRI, menjadi incaran karena dinilai memiliki daya tahan serta potensi pertumbuhan yang menjanjikan.
Apakah tren positif ini akan berlanjut dalam jangka panjang? Masih terlalu dini untuk memastikan. Namun dengan fundamental yang relatif kuat dan prospek sektor keuangan yang tetap positif, saham BMRI memiliki modal yang cukup untuk mempertahankan momentum ini.
Yang jelas, pasar saat ini menunjukkan respons yang percaya terhadap arah baru Bank Mandiri, dan itu menjadi sinyal penting bahwa kepercayaan investor terhadap BUMN perbankan ini belum luntur.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.