KABARBURSA.COM - Amerika Serikat sedang chaos setelah kandidat calon presiden sekaligus mantan presiden Donald Trump ditembak. IHSG dan Rupiah diprediksi akan menelan pil pahit dala seminggu ke depan. Padahal, minggu kemarin IHSG dan Rupiah sudah berada pada posisi terbaiknya.
Di sini, suku bunga akan menajdi penggerak utama pasar keuangan Indonesia. Investor akan fokus mencermati komentar para pejabat The Fed serta hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia. Begitu pula dengan rilis data perdagangan dari China dan dalam negeri yang akan mengiringi gerak pasar keuangan Indonesia.
Pekan Cemerlang bagi Pasar Keuangan RI
Minggu lalu, sasar keuangan Indonesia menunjukkan performa yang mengesankan pekan lalu, dengan IHSG dan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan signifikan.
Pada perdagangan Jumat, 12 Juli 2024, IHSG ditutup naik 0,37 persen ke posisi 7.327,58. Keberhasilan ini dicapai setelah IHSG membalikkan arah dari level psikologis 6.800 dan mencapai 7.300 hanya dalam tiga pekan, melejit sebesar 6,36 persen sejak 24 Juni lalu.
Volume transaksi pada perdagangan akhir pekan lalu mencapai sekitar Rp12 triliun dengan 15 miliar lembar saham diperdagangkan sebanyak 1 juta kali. Dari 329 saham yang menguat, sektor properti dan infrastruktur menjadi penopang utama dengan kenaikan masing-masing 3,19 persen dan 1,09 persen.
Sementara itu, nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS juga menunjukkan penguatan yang signifikan, menyentuh level terkuatnya sejak 1,5 bulan terakhir. Menurut Refinitiv, Rupiah ditutup menguat 0,34 persendi angka Rp16.135/USD pada akhir pekan kemarin. Ini merupakan apresiasi delapan hari beruntun dengan penguatan mingguan sebesar 0,86 persen.
Kinerja positif IHSG dan Rupiah ini dipicu oleh respons investor terhadap data inflasi AS terbaru yang melandai. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan indeks harga konsumen (IHK) pada Juni 2024 tercatat 3 persen, turun dari 3,3 persen pada Mei 2024, dan lebih baik dari ekspektasi pasar yang memperkirakan 3,1 persen.
IHK mengukur perubahan harga dari berbagai barang dan jasa di AS, termasuk buah-buahan, sayuran, hingga tiket konser dan peralatan rumah tangga. IHK inti, yang tidak termasuk harga energi dan pangan, juga menunjukkan pelambatan dengan kenaikan 0,1 persen dari Mei, laju paling lambat sejak Agustus 2021.
Laporan inflasi yang lebih baik dari perkiraan ini memperkuat harapan bahwa bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan segera memangkas suku bunga. The Fed telah mempertahankan suku bunga acuan di level 5,25-5,50 persen untuk ketujuh kalinya secara beruntun pada Juni 2024. Dengan inflasi yang melandai, ada harapan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga secepatnya.
Perangkat Fedwatch menunjukkan peluang 84 persen bahwa pemangkasan suku bunga akan terjadi pada September 2024, meningkat signifikan dari 68 persen sehari sebelumnya.
Pekan lalu memang menjadi minggu yang menggembirakan bagi pasar keuangan Indonesia, dengan IHSG dan rupiah menunjukkan performa yang kuat di tengah sentimen global yang positif.
Neraca Dagang dan Agenda Bank Indonesia
Dari dalam negeri, perhatian tertuju pada rilis data neraca dagang periode Juni 2024 yang dijadwalkan siang ini. Surplus neraca perdagangan Indonesia diproyeksikan mengalami sedikit penurunan pada Juni 2024 akibat lonjakan impor.
Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data perdagangan internasional Indonesia untuk Juni 2024 pada Senin, 15 Juli 2024. Berdasarkan konsensus pasar, dari sembilan lembaga, surplus neraca perdagangan diperkirakan mencapai USD2,88 miliar. Angka ini menunjukkan penurunan tipis dibandingkan surplus Mei 2024 yang mencapai USD2,93 miliar. Jika prediksi ini akurat, maka Indonesia akan mencatat surplus perdagangan selama 50 bulan berturut-turut.
Konsensus pasar juga menunjukkan bahwa ekspor diperkirakan tumbuh 5,95 persen year-on-year (yoy), sementara impor diproyeksikan melonjak 9,84 persen yoy pada Juni 2024. Sebagai perbandingan, nilai ekspor Indonesia pada Mei 2024 mencapai USD22,33 miliar, naik 13,82 persen dibandingkan dengan ekspor April 2024, dan naik 2,86 persen dibandingkan Mei 2023.
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI)
Selain data perdagangan, minggu ini juga diwarnai dengan agenda penting dari Bank Indonesia (BI), yakni Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang akan berlangsung selama dua hari, dari 16 hingga 17 Juli 2024. Hasil rapat ini akan diumumkan pada Rabu, 17 Juli 2024 sore.
RDG BI ini menjadi sorotan karena akan mencerminkan pandangan Bank Indonesia terkait kondisi ekonomi terkini, terutama mengenai nilai tukar rupiah dan kebijakan suku bunga acuan. Rupiah sempat melemah menembus level terendah sejak pandemi Covid-19, namun kini telah menunjukkan tanda-tanda penguatan.
Hasil dari RDG ini akan menjadi indikasi penting mengenai arah kebijakan moneter Bank Indonesia dalam beberapa bulan ke depan, terutama dalam menghadapi tantangan ekonomi global dan domestik. Kebijakan suku bunga acuan akan menjadi perhatian utama, mengingat dampaknya yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia.
Secara keseluruhan, pekan ini menjadi periode yang penting bagi ekonomi Indonesia dengan rilis data neraca perdagangan dan keputusan kebijakan moneter dari Bank Indonesia.(*)